BAB I. bertujuan. untuk. mengidentifikasi. lokal asli di. penyebab. di Provinsi. Riau, dengan. konflik yang 93,764 45,849 27,450 3,907 29,280 14,000

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Investigasi 2010 Dipublikasikan Maret 2011

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

TERM OF REFERENCE KONGRES DAN LOKAKARYA JARINGAN MASYARAKAT GAMBUT RIAU PEKANBARU, MARET 2010

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari Tuhan Yang Maha Esa. Ketersediaan tanah sebagai sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB VI ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

MASYARAKAT PEDULI API KAMPUNG RAWA MEKAR JAYA KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU

MASYARAKAT PEDULI API KAMPUNG RAWA MEKAR JAYA KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Talang Mamak Hidup Terjepit di tanah dan Hutannya Sendiri. Pertama-tama Saya akan menceritakan tentang: Asal-usul Talang Mamak,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

PEDOMAN WAWANCARA. NO Data Daftar Pertanyaan

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

BAB V KESIMPULAN. A. Analisis dari periodesasi di atas secara rinci diuraikan sebagai berikut 1. Perkembangan Penduduk dan Luas Ladang

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

Catatan Konflik Sumberdaya Alam di Riau Sepanjang Tahun 2011 Oleh : Romes Ip

VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

PENGARUH HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TUGAS AKHIR

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi modal dasar pembangunan nasional disektor pertanian sebagai prioritas

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER PERAWANG MILL PROPINSI RIAU

BAB IV ANALISIS. 4.1 Penentuan Batas Wilayah Adat

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis

pernyataan singkat tentang hasil penelitian sedangkan saran berisikan hal-hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan hasil penelitian. 8.1.

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Inisiatif penyelesaian konflik Sumber Daya Alam melalui Mediasi i

IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo Sejarah Kawasan

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Hak atas sumberdaya hutan, penegakan dan kepatuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

Perkembangan Insiden di Wirakarya Sakti (WKS) di Jambi, posting pada 23 Mei 2015:

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

DOKUMEN POTENSI DESA PULAU MUDA

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berusaha. Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional terutama dalam

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

IX. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI AKIBAT PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan. Ditinjau dari aspek ekonomi,

TINJAUAN PUSTAKA. hutan memiliki 3 fungsi utama yang saling terkait satu sama lain, yakni fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. salah satu dari perusahaan-perusahaan terbesar di Indonesia. PT. Arara Abadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QANUN MUKIM LANGO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

BAB V SUMBER DAYA ALAM

BAB V KONFLIK ANTAR PEMANGKU KEPENTINGAN DI KAWASAN TESSO NILO. 5.1 Analisis Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Kawasan TNTN

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang tinggi, kurang lebih 57,5%

QANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dalam Berbagai Thema Proyek Kemakmuran Hijau Jendela-2

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

Berkonflik petak 385 di kelurahan Okura kecamatan rumbai pesisir pekanbaru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu Hutan Tanaman PT Artelindo Wiratama Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab tidak terselesaikannya konflikk antara perusahaan hutan tanamann industri dan masyarakat lokal asli di Provinsi Riau. Penelitian ini juga hendak mengidentifikasi resolusi dan dinamika antar aktor pasca resolusi konflik dan mendalami penyebabb konflik terus terjadi berulang kali. Penelitian inii menjadi penting, mengingat banyaknya konflik yang terjadi di Provinsi Riau terkait konflik perusahaan dengan masyarakat lokal. Hal ini dapat dilihat dalam laporan tahunan scale up tahun 20100 yang menemukan 42 titik lokasi konflik, yang tersebar di semua Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, dengan melibatkan lahan seluas 342.571 hektar. Konflik yang terjadi merupakan repetisi dari konflik yang pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. 1 Distribusi Luas Lahan Konflik Berdasarkan Kabupaten/Kota (dalam Ha) 93,764 45,849 27,450 3,907 29,280 14,000 22,705 42,258 48,635 12, 927 702 1,659 Sumber: Laporan Tahunan Scale Up Tahun 2010 Gambar 1. Distribusi Luas Lahan Konflik Berdasarkan Kabupaten/Kota 1 Laporan tahunan scale up tahun 2010.Konflik Lahan Antara Masyarakat dengan Perusahaan di R iau tahun 2010 1

Distribusi Konflik Berdasarkan Status Lahan (dalam Ha) 230,492 28,000 84,079 Hutan Produksi Hutan Lindung/Konservasi Perkebu unan/hpl Sumber: Laporan Tahunan Scale Up Tahun 2010 Gambar 2. Distribusi Konflik Berdasarkan Status Lahan Dari kedua diagram di atas dapat diketahui bahwa konflik yang terjadi di Provinsi Riau tersebar merata di seluruh kabupaten/kota. Selain itu, dari luasnya lahan konflik, yang terbanyak adalah konflik yang melibatkan status lahan hutan produksi artinya terjadi konflik antara perusahaan dengan masyarakat lokal. Dengan melihat banyaknya fakta yang ada maka tema mengenai konflik ini menarik untuk dikaji dan diteliti dengan berfokus pada penyebab terjadinya konflik antara perusahaan dan masyarakat lokal yang tidak pernah selesai hingga saat ini. Salah satu konflik yang menarik untuk diteliti adalah konflik antara PT Arara Abadi Tbk dan masyarakat Sakai Desa Mandiangin. Alasan pemilihan lokasi kasus yaitu : 1. PT Arara Abadi adalah supplier utama PT Indah Kiat yang keduanya merupakan anak perusahaan APP, produsen pulpp dan kertas terbesar di Indonesia dan peringkat pertama di antara negara-negara Asia. 2

2. Konflik terjadi dengan masyarakat suku Sakai yakni masyarakat adat asli Provinsi Riau 3. Terjadinya konflik di daerah ini sudah berlangsung sangat lama dimulai dari tahun 1986 hingga saat ini (2013) 4. Lokasi konflik yang paling dekat dengan kantor PT Arara Abadi di Perawang Secara umum karakteristik masyarakat Sakai adalah sebagai berikut: 2 1. Berladang pindah dan bercocok tanam. Karakteristik utama kehidupan masyarakat Sakai merupakan berladang dan bercocok tanam. Karakteristik tersebut memiliki implikasi pada kebutuhan masyarakat Sakai akan hutan. Implikasinya yaitu masyarakat memerlukan wilayah hutan yang sangat luas untuk dijadikan ladang dan digunakan untuk bercocok tanam. Ladang yang dimiliki oleh masyarakat Sakai merupakan sebagian dari hutan yang dibuka dengan cara ditebang ataupun dibakar. Selain itu, tingginya kebutuhan dan ketergantungan akan hutan juga dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat di mana biasanya keluarga yang memiliki anak sudah pasti harus menyediakan tanah, hutan/ ladang guna digarap oleh anaknya. Hal ini sesuai dengan adat kebiasaan yang dimiliki oleh masyarakat sakai yang diturunkan secara turun temurun oleh nenek moyang masyarakat Sakai. Dampaknya yaitu semakin meningkatnya kebutuhan akan wilayah hutan yang luas untuk dijadikan ladang guna diberikan kepada anak cucu mereka. Setelah ladang dibuka, maka langkah selanjutnya adalah menanami ladang tersebut 2 Parsudi Suparlan. 1995. Orang Sakai Di Riau: Masyarakat Terasing Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.Hlm: 94. 3

dengan ubi menggalo (ubi beracun). Komoditas ini sangat disukai oleh masyarakat Sakai, lama hidup ubi ini sampai menghasilkan ubi diperlukan waktu selama 2 tahun. Yang kemudian dipanen dan dijual ke pasar ataupun kepada Tengkulak. Selain ubi, masyarakat juga menanami ladangnya dengan tanaman karet untuk disadap dan dijual kepada tengkulak. 2. Melakukan kegiatan upacara magi pada kegiatan-kegiatan berladang Budaya dan adat yang dimiliki oleh masyarakat Sakai sangat dijunjung tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan upacara yang mewarnai proses dan kegiatan berladang, yang dimulai dari pembukaan ladang, penanaman hingga pemanenan hasil bercocok tanam. 3. Mengumpulkan hasil hutan Ciri ketiga yang dimiliki oleh masyarakat Sakai yaitu mengambil hasil hutan berupa buah-buahan seperti mangga, rambutan, durian, nangka, dan cempedak serta rotan, kayu gelondongan, dammar, kemenyan, daun kapau, dan madu lebah hutan yang dijual kepada tengkulak atau langsung ke pasar. Hasil kayu ini biasanya digunakan untuk memasak dan membangun bagi masyarakat Sakai. Sedangkan pengambilan rotan biasanya dipakai untuk membuat suatu alat kerajinan seperti alat pengail ikan atau yang sering disebut bubu. Madu lebah hutan ini biasanya hanya terdapat di pohon sialang. Dimana, pohon sialang merupakan pohon tempat habitat lebah. Pohon ini sangat dihormati dan dilindungi oleh masyarakat Sakai bahkan masyarakat tidak berani untuk mengusik pohon tersebut. Hasil-hasil yang diperoleh 4

masyarakat dari hutan biasanya digunakan oleh masyarakat Sakai untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, dan dijual ke pasar atau melalui tengkulak. 4. Berburu hewan liar di hutan dan menangkap ikan di sungai/rawa-rawa. Masyarakat Sakai tidak hanya menggantungkan hidup pada hutan, tetapi juga bergantung pada sungai dan rawa-rawa. Hal ini dapat dilihat dari lokasi rumah masyarakat Sakai di Riau yang pada umumnya terletak di dekat sungai atau rawa. Sungai dan rawa ini menjadi tempat masyarakat Sakai untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti kebutuhan protein hewani seperti ikan serai, ikan gabus, ikan sepat, udang dan lain sebagainya. Mereka biasanya mengambil hasil dari sungai dengan cara memancing atau menggunakan bubu. Dari keempat ciri di atas dapat diketahui bahwasannya ciri dan karakteristik masyarakat sakai merupakan masyarakat tradisional yang masih sangat menggantungkan kehidupannya pada alam yaitu hutan dan sungai ataupun rawa. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kehidupan sehari-hari mereka yang berasal dari ketiga aspek di atas yakni hutan, sungai dan rawa. Tingginya ketergantungan masyarakat Sakai terhadap hutan membuat masyarakat menjaga hutan. Hal ini dilakukan oleh masyarakat karena makna hutan bagi masyarakat asli Riau ini sangat dalam. Masyarakat Sakai itu sendiri tersebar hampir di seluruh kabupaten di Provinsi Riau. Salah satu lokasi yang didiami oleh masyarakat Sakai adalah Desa Mandiangin, Kecamatan Minas Kabupaten Siak, Riau. Desa Mandiangin merupakan desa tempat tinggal suku Sakai sejak tahun 1927. Saat itu, kehidupan masyarakat Sakai hanya 5

mengandalkan hutan, sungai dan rawa sebagai penopang hidupnya seperti halnya dengan kehidupan Sakai di daerah lain. Namun, keadaan justru berbeda semenjak adanya perusahaan yang beroperasi di lokasi pemukiman. Perusahaan tersebut adalah PT Arara Abadi Tbk yang merupakan anak perusahaan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk yang didirikan pada tahun 1983 berlokasi di Kecamatan Tualang. PT Arara Abadi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang hutan tanaman industri acasia dan eucalyptus. Lokasi kegiatan operasional PT Arara Abadi sangat dekat dengan lokasi pemukiman masyarakat Sakai Mandiangin bahkan tanah ulayat mereka juga menjadi lokasi operasional perusahaan. Kegiatan operasional perusahaan dimulai dengan mengalihfungsikan hutan yang berimplikasi pada perubahan kehidupan masyarakat Sakai. Hutan yang dialihfungsikan diubah menjadi hutan tanaman industri berupa hutan acasia yang secara tidak langsung merubah kehidupan masyarakat Sakai. Sungai dan rawa yang menjadi tempat masyarakat Sakai mencari ikan pun telah diubah menjadi kanal-kanal yang mengering. Pihak masyarakat Sakai merasa dirugikan akibat kegiatan operasional perusahaan yang mengganggu kehidupan mereka sehingga timbul suatu konflik antara PT Arara Abadi Tbk dan masyarakat Sakai Mandiangin. Secara garis besar ada dua fase konflik yang pernah terjadi yaitu pada tahun 1999 dan pada tahun 2012. Konflik besar terjadi pada tahun 1999. Menurut M. Darus Empong, Kepala desa Mandiangin tahun 1997, menyatakan sekitar 2.000 hektar tanah ulayat mereka dianeksasi oleh Arara Abadi. Padahal selama beberapa generasi, tanah 6

itu telah menjadi sumber mata pencaharian tradisional untuk Sakai. 3 Sehingga konflik diantara kedua belah pihak pun terjadi. Namun pihak perusahaan mengambil langkah membawa pasukan bersenjata dan memukuli masyarakat yang mencoba melakukan perlawanan. 4 Sehingga konflik redam dengan sendirinya. Tanpa diduga konflik kembali terjadi pada tahun 2012. Pada 24 April 2012 lalu menurut berita yang ada dalam Riauplus.com, masyarakat Sakai Mandiangin melakukan perlawanan kembali dengan cara merusak tanaman akasia milik perusahaan. Dari beberapa fakta di atas, menunjukan bahwa konflik yang terjadi antara PT Arara Abadi Tbk dan masyarakat Sakai Mandiangin merupakan konflik yang berkepanjangan dari konflik yang sebelumnya pernah terjadi dan tidak pernah menemui titik terang. Konflik yang tidak kunjung menemui titik terang tersebut sangat menarik untuk diteliti. Sehingga dengan latar belakang di atas perlu adanya pengidentifikasian penyebab tidak terselesaikannya konflik hingga saat ini. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, rumusan masalah peneliti secara umum adalah Mengapa konflik yang terjadi antara PT Arara Abadi Tbk dan masyarakat Sakai Desa Mandiangin tidak pernah selesai hingga saat ini? 3 Laporan tahunan scale up tahun 2010.Konflik Lahan Antara Masyarakat dengan Perusahaan di R iau tahun 2010 4 http://www.media sindo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=874:solusi konflik petani dengan ptararaabadi&catid=35:berita nasional&itemid=29 diakses pada tanggal 11 Mei 2012 pukul 18.00 7

Pertanyaan rumusan masalah di atas kemudian dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan khusus sebagai berikut: 1. Siapa saja yang terlibat konflik? 2. Apa yang dipertaruhkan sehingga konflik selalu timbul? 3. Bagaimana penyelesaian konflik yang pernah dilakukan? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyebab tidak terselesaikannya konflik antara PT Arara Abadi Tbk dan masyarakat Sakai Desa Mandiangin hingga saat ini. Kemudian tujuan penelitian ini secara khusus yaitu: 1. Mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam konflik perusahaan dan masyarakat lokal 2. Mengetahui sumber terjadinya konflik 3. Mengetahui dan mengidentifikasi fase terjadinya konflik dan penyelesaiannya. 1.4. Manfaat Penelitian Secara umum manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah: Bagi Ilmu Pengetahuan Memberikan partisipasi terhadap penambahan pengetahuan baru tentang konflik antara perusahaan kayu dengan masyarakat lokal dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8

Bagi Perusahaan Sebagai sumbangsih pemikiran kepada perusahaan dalam mempertimbangkan dan meningkatkan perannya untuk lebih mengakomodasi kepentingan masyarakat. Bagi Pemangku Kebijakan Dapat memberikan informasi serta saran atas peran yang harus dilakukan oleh pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan besar. Bagi Civitas Akademika Bidang Ilmu Manajemen dan Kebijakan Publik. Sebagai tambahan referensi bagi civitas akademika dalam bidang ilmu manajemen dan kebijakan publik serta merupakan pembahasan yang tepat bagi bidang ilmu manajemen dan kebijakan terkait dengan peran, upaya dan strategi para aktor dalam menyelesaikan konflik. Bagi Pembaca Menambah informasi dan pengetahuan lebih mengenai pelaksanaan kapitalisme yang ada di Indonesia dan dampaknya bagi masyarakat lokal dan masyarakat luas. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bekal dan tambahan pengetahuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan cara berpikir kritis terhadap konflik antara perusahaan kayu dengan masyarakat lokal. Serta menjadi bahan pelajaran bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 9