BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1 Lembar permohonan dan persetujuan menjadi talent video

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan khususnya yaitu olahraga. Olahraga merupakan suatu bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

Penanganan atau pertolongan terhadap cedera Oleh Tri Ani Hastuti

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan sehari-hari. Menurut World Health Organization (WHO)

Disusun Oleh: LABIB ALFIKRI

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dilihat dengan membagi aktivitas olahraga berdasarkan tujuan yang

CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K. Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UMY berdasarkan nilai kecerdasan emosional Nilai Kecerdasan Emosional

Pengantar Cedera Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Kata kunci: Penanganan Cedera, Olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan

Oleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

BAB I PENDAHULUAN. agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan secara efektif. Mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

Written by Dr. Brotosari Wednesday, 02 September :18 - Last Updated Wednesday, 28 December :53

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

CEDERA OLAHRAGA. By : Faidillah Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS PRIMIPARA TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI LULUT BANJARMASIN ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok oleh dua tim dengan beranggotakan masing-masing lima orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN. profesi pendidikan dokter gigi UMY angkatan 2011 di Rumah Sakit Gigi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

KORELASI ANTARA KONDISI EDUKATIF GURU DENGAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN KELAS PADA SMK NURUSSALAF KEMIRI PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL RECIPROCAL TEACHING

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. iklim tropis, dengan luas wilayah 56,400 Ha. Batas wilayah utara desa

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing cabang olahraga termasuk Cabang Bulu Tangkis atau

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

IDENTIFIKASI CEDERA PADA OLAHRAGA BULUTANGKIS USIA DINI-PEMULA di KOTA YOGYAKARTA

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA RICE PADA SPRAIN TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT DUKUH MORODIPAN GONILAN KARTASURA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Hal ini berarti juga bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. Manusia sebagai individu maupun golongan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sepak bola Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Anggota dari UKM sepak bola ini terdiri dari 32 anggota dari beberapa Fakultas yang ada di UMY kecuali Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Aktivitas dari UKM sepak bola setiap hari Senin dan Kamis yaitu latihan dan tanding. Setiap aktivitas yang ada di UKM sepak bola baik itu latihan, tanding, dan mengikuti liga masih belum ada tim kesehatannya, karena dari anggota sendiri tidak ada yang kuliah di kesehatan. Hal ini sangat beresiko terhadap pertolongan cedera pada anggota UKM itu sendiri, karena sesuai hasil wawancara kepada pelatih UKM bahwa setiap tanding dan mengikuti liga sering ada yang terkena cedera ankle sejumlah 2 orang. Jadwal latihan dilakukan setiap hari Senin mulai dari pukul 6.00 WIB sampai pukul 7.35 WIB yang dilatih oleh bapak Koco Pramono. Jadwal tanding yang di agendakan oleh pelatih yaitu setiap hari Kamis pukul 6.00 WIB. Selain aktivitas latihan dan tanding, UKM sepak bola yang di ketuai oleh Muhammad Imam Firdaus juga selalu mengikuti Liga Sepak bola antar mahasiswa. 33

34 2. Gambaran Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam kelompok ini meliputi nama, usia, pendidikan/program studi, cedera yang pernah dialami, pertolongan yang di lakukan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 4. Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan/program studi, cedera yang pernah dialami, pertolongan yang di lakukan. No Karakteristik Responden F % Usia (Depkes RI, 2009) Remaja Awal (26) Remaja Akhir (725) 32 00 Total 32 00.0 2 Pendidikan(UU RI. No 2 tahun 202) Pendidikan Rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, tidak tamat SMP/MTS, SMA) Pendidikan Tinggi 32 00 (Diploma/Sarjana/Magister/Doktor) Total 32 00.0 3 Cedera yang pernah dialami Ankle Cedera kepala Cedera lutut Hamstring Keseleo Kram otot Lutut Memar Patah kaki Patah lengan Terkilir Tumit 20 2 62.5 3. 6.3 3. 3. 3. 3. 3. 3. 3. 3. 3. Total 32 00.0 4 Pertolongan yang di lakukan Didiamkan (belum benar) Digotong (belum benar) Fisioterapi (belum benar) 2 3. 3. 6.3

35 Istirahat dan kompres (belum benar) Kaki didorong (belum benar) Kompres dan istirahat (belum benar) Kompres es (belum benar) Kompres es dan balut (belum benar) Kompres es dan terapi(belum benar) Operasi (belum benar) Pijat (belum benar) Pijat dan kompres es (belum benar) 2 0 0 3. 6.3 3. 3.3 3. 3. 3. 3.3 3. Total 32 00.0 Sumber: data primer 207 Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa responden terbanyak berusia 725 tahun sebanyak 32 orang atau 00%. Seluruh responden berpendidikan tinggi 32 orang. Cedera yang pernah dialami oleh responden mayoritas yaitu cedera ankle sebanyak 20 orang atau 62,5%. Pertolongan pertama setelah cedera yang dialami dahulu mayoritas yaitu pijat sebanyak 0 orang dan kompres es sebanyak 0 orang atau 3,3%. 3. Gambaran tingkat pengetahuan UKM sepak bola tentang pertolongan pertama cedera sprain Hasil penelitian Gambaran tingkat penegetahuan UKM sepak bola tentang pertolongan pertama cedera sprain sebagai berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi tingkat pengetahuan anggota UKM sepak bola tentang pertolongan cedera sprain.(n:32) No Katagorik Frekuensi % 2 3 Baik Cukup Kurang 9 9 4 28, 59,4 2,5 Total 32 00 Sumber: Data Primer 207 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 32 responden di UKM sepak bola tentang pertolongan pertama cedera sprain sebanyak 9

36 responden (59,4%) mempunyai pengetahuan yang cukup diikuti sebanyak 9 responden (28,%) mempunyai pengetahuan baik dan terdapat 4 responden (2,5%) masih mempunyai pengetahuan kurang. Tabel 4.3 Hasil tingkat pengetahuan anggota UKM sepak bola tentang pertolongan cedera sprain berdasarkan karakteristik responden. No Karakteristik Tingkat Pengetahuan Total Responden B % C % K % % Usia (Depkes RI, 2009) Remaja awal (26) (9) (9) (4) 2,5 (32) 00 Remaja akhir (7 25) 28, 59,4 Total Pengetahuan (9) 28, (9) 59,4 (4)2,5 (32) 00% 2 Pendidikan (UU RI No.2 tahun 202) Pendidikan Rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, tidak tamat SMP/MTS, SMA) Pendidikan Tinggi (Diploma/Sarjana/M agister) (9) 28, (9) 59,4 (4) 2,5 (32) 00 Total Pengetahuan (9)28, (9)59,4 (4)2,5 (32) 00% 3 Cedera yang pernah dialami Ankle Cedera kepala Cedera lutut Hamstring Keseleo Kram otot Lutut Memar Patah kaki Patah lengan Terkilir (7)2,9 (2)37,5 (20) 62,56 (2) 6,3

37 Total (9)28, (9)59,4 (4)2,5 32 4 Pertolongan dilakukan Sudah benar Belum benar (9) 28, (9) 59,4 (4) 2,5 (00%) (32) 00 Total Pengetahuan (9)28, (9)59,4 (4) 2,5 (32) 00 % Sumber: data primer 207 Tabel 4.3 di atas menunjukkan tingkat pengetahuan responden berdasarkan usia sebagian besar dalam kategorik cukup yaitu 9 orang (59,4%), baik 9 orang (28,%), dan kurang 4 orang (2,5%) pada rentang usia 725 tahun. Tingkat pengetahuan responden berdasarkan pendidikan dalam kategorik cukup pada pendidikan tinggi 32 orang (00%). Tingkat pengetahuan responden berdasarkan pengalaman cedera yang pernah di alami yaitu ankle dengan kategorik cukup 2 orang (37,5%), kategorik baik 7 orang (2,9%), kategorik kurang orang (3,%) dengan total 20 orang. Tingkat pengetahuan responden berdasarkan pertolongan pertama yang pernah dilakukan (terapi), didapatkan hasil bahwa seluruh anggota masih belum benar dalam melakukan pertolongan dengan kategori cukup 9 orang (59,4%), baik 9 orang (28,%) dan kurang 4 orang (2,5%).

38 B. PEMBAHASAN. Gambaran Karakteristik Demografi anggota UKM sepak bola Hasil penelitian ini menunjukkan sebagain besar responden UKM sepak bola UMY berumur 725 tahun yaitu sebanyak 32 orang (00%). Usia tersebut secara umum memberikan gambaran bahwa seluruh responden dalam tahap usia remaja, dimana masa remaja sedang aktif untuk mencari informasi tertentu yang mereka ingin ketahui dan lebih mendominasi menggunakan pemikiran secara logis bahkan abstrak. Sesuai dengan Santrock (2009), bahwa remaja berpikir lebih abstrak dan lebih ideal, serta berpikir lebih logis mengenai konsepkonsep abstrak. Jahja (20) menyatakan, bahwa masa remaja dibagi menjadi 2 bagian, yaitu remaja awal dan akhir masa remaja. Hal ini sesuai menurut Depkes RI (2009), bahwa usia 725 tahun termasuk dalam remaja akhir (late adolescence) yang mampu memahami dirinya dengan lebih baik dan dapat mengaitkan dengan jelas informasi yang abstrak kedalam hidupnya. Notoatmodjo (200), remaja tahap akhir akan lebih mudah memahami segala hal untuk menambah pengetahuan untuk mempersiapkan masa dewasanya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa mayoritas responden berpendidikan tinggi (00%), hal ini dikarenakan lokasi penelitian berada di kawasan pendidikan yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Selain itu, sesuai pengamatan peneliti dan hasil penelitian bahwa usia dari responden yaitu 725 dimana sudah masuk dalam jenjang mahasiswa.

39 Hal ini sesuai dengan fasefase perkembangan individu menurut (Yusuf, 20), bahwa usia 825 tahun tahap perkembangan pendidikan ada pada jenjang mahasiswa yang mana perkembangan yang digunakan dalam pendidikan bersifat elektif tidak terpaku pada suatu pendapat saja melainkan bersifat luas. UU RI No.2 Tahun 202 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hasil data penelitian diketahui cedera olahraga pada responden yang banyak terjadi yaitu pergelangan kaki yaitu ankle 20 orang (62,56%). Hal tersebut menurut peneliti dapat terjadi karena responden selalu melakukan aktivitas gerak seperti menggiring bola dan menendang menggunakan kaki, kurang pemanasan, serta faktor dari lapangan yang tidak rata karena menurut peneliti lapangan yang di gunakan oleh responden untuk latihan masih belum sesuai standar nasional. Hal ini sesuai menurut (Setiawan, 20), bahwa faktor terjadinya cedera karena keadaan lapangan yang tidak rata sehingga meningkatkan potensi olahragawan terjatuh dan terkilir. Sesuai dengan penelitian Hermawan (205) bahwa nilai presentasi cedera tertinggi yaitu pada pergelangan kaki yang disebabkan karena penggunaan kaki seperti menendang dan mengoper bola.

40 Berdasarkan riwayat kejadian cedera dan faktor yang mempengaruhi merupakan pengalaman yang dimiliki oleh responden untuk meningkatkan pengetahuan. Menurut (Mubarak & Chayatin 2009) mengemukakan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan merupakan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar (kampus) yang dapat meningkatkan pengetahuan terhadap sesuatu. 2. Gambaran tingkat pengetahuan UKM Sepak bola UMY tentang pertolongan pertama cedera sprain Berdasarkan hasil penelitian secara umum gambaran tingkat pengetahuan UKM sepak bola tentang pertolongan pertama cedera sprain seluruh responden memiliki pengetahuan dengan kategorik baik 9 orang (28, %), cukup sebanyak 9 orang (59,4 %), dan kurang 4 orang (2,5%). Hal tersebut menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh UKM Sepak bola UMY tentang pertolongan cedera sprain sebagian besar kategori cukup. Hasil tersebut menunjukan bahwa mayoritas responden penelitian ini belum sepenuhnya mengetahui, paham dan mengerti mengenai pertolongan cedera sprain. Hal ini ditunjukkan dari hasil jawaban responden yang belum mampu menjawab semua pernyataan di kuesioner dengan benar dengan ratarata nilai 3,22 dan nilai rendah 9, selain itu dilihat dari hasil penelitian berdasarkan pertolongan yang pernah dialami yaitu masih belum benar dengan tekhnik RICE sebanyak 32 orang (00%). Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini berdasarkan usia, pengalaman, dan pendidikan.

4 a. Usia Pengetahuan tentang pertolongan pertama cedera sprain berdasarkan usia dalam kategori cukup (59,4%), kategorik cukup pada usia 725 tahun. Hal ini menurut peneliti responden dalam kategori usia remaja akhir, dimana remaja akhir masuk dalam tahap operasional formal secara pemikiran yang dimiliki sudah mampu untuk menalar dan menganalisa secara logis hal abstrak maupun konkrit yang baru di dapatkan. Berdasarkan perkembangan kognitif (intelegensi) menurut Yusuf (20), usia remaja akhir berada pada periode operasi formal dimana perkembangan mental tingkat tinggi yang sudah mampu berhubungan dengan peristiwa abstrak tidak hanya dengan peristiwa konkrit dan mampu memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada. Santrock (2009) menyatakan bahwa remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata sebagai jangkar untuk berfikir, melainkan dapat menalar peristiwa yang kemungkinan adalah murni hipotesis abstrak dan dapat mencoba untuk melakukan penalaran secara logis tentang sesuatu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paulus (202) dimana responden dalam penelitiannya yang didominasi oleh remaja akhir berada dalam kategori pengetahuan cukup, karena didalam penelitiannya pengetahuan usia remaja akhir lebih tinggi dibandingkan remaja awal.

42 b. Pendidikan Pengetahuan tentang pertolongan cedera sprain berdasarkan tingkat pendidikan responden dalam kategori cukup (59,4%). Hal ini ditunjukan dengan hasil penelitian bahwa seluruh responden ada pada pendidikan tinggi (00%). Sistem belajar di perguruan tinggi ini tidak terpaku pada suatu pendapat melainkan secara luas untuk mengembangkan pengetahuan individu dari yang kurang akan menjadi lebih baik. Sesuai dengan UU RI No.2 tahun 202 pasal 6, bahwa pendidikan tinggi diselenggarakan berdasakan prinsip yaitu pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa dengan memperhatikan lingkungan secara selaras dan seimbang. Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menambah keterampilan, pengetahuan dan meningkatkan kemandirian maupun pembentukan kepribadian seseorang (Suaidah dan Cahyono, 202). Proses belajarmengajar (pendidikan) perguruan tinggi bersifat elektif, maksudnya tidak terpaku pada suatu pendapat saja tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai hubungan erat terhadap pengetahuan dan kematangan dalam perkembangan individu (Yusuf, 20). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ditha (206) tentang gambaran tingkat pengetahuan tentang penanganan cedera dengan responden samasama dalam tingkat pendidikan tinggi dengan hasil

43 pengetahuan yang cukup. Selain itu, sesuai dengan penelitian Paulus (202) dengan hasil pengetahuan yang cukup pada responden pendidikan tinggi, karena responden yang latar belakangnya bukan dari pendidikan tinggi kesehatan. c. Pengalaman Tingkat pengetahuan responden tentang pertolongan cedera sprain berdasarkan pengalaman dalam kategori cukup (59,4%). Hal ini karena responden sebelumnya sudah ada pengalaman pernah terkena cedera ankle (62,56%) dan sudah melakukan pertolongan dengan mengistirahatkan dan mengkompres es (3,%), akan tetapi pertolongan yang dilakukan masih belum sesusai dengan langkahlangkah RICE sebanyak 32 orang (00%). Menurut Sumartiningsih (202), bahwa pertolongan pada cedera ankle sprain menggunakan teknik RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation). Menurut peneliti riwayat penyakit atau cedera tersebut merupakan salah satu pengalaman seseorang sebagai sumber tahu untuk mengatasi hal yang akan terjadi di kemudian waktu. Bloom dalam Potter & Perry (2008) menyatakan tahu dalam tingkat pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari/dialami sebelumnya. Tahu berarti tingkat pengetahuan responden dalam cara pemberian pertolongan dasar terhadap responden yang terkena cedera, akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pertolongan yang dilakukan oleh responden masih belum sesuai dengan langkahlangkahnya yaitu RICE. Menurut (Notoatmodjo, 2009), pengalaman

44 merupakan guru yang baik, dimana bisa menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Menurut Khakim, Nurullita, dan Meikawati (206), pengalaman adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta ketrampilan seseorang dalam melakukan sesuatu (pekerjaan) yang dapat diukur dari pengalaman, tingkat pengetahuan maupun ketrampilan yang dimilikinya. Riwayat terjadinya cedera terkait lama & seringnya terpapar cedera yang dilakukan oleh responden sebelumnya sangat membantu terhadap pengetahuan tentang pertolongan cedera sprain yang dimiliki. KEKUATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN. Kekuatan Penelitian a. Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang menggali tingkat pengetahuan awal dan bisa sebagai modal lanjutan untuk di lakukan penelitian. b. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dalam pengambilan sampelnya, sehingga untuk mengukur tingkat pengetahuan sangat jelas hasilnya. c. Belum dilakukannya penelitian tentang tingkat pengetahuan tentang pertolongan cedera sprain di UKM Sepak bola UMY. 2. Kelemahan Penelitian a. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif sehingga tidak dapat mengukur korelasi atau komparasi antara pengetahuan dengan karakteristik responden dan besar sampel hanya 32 responden.