Methadon sejak 1972 disetujui FDA telah terbukti secara klinis mengurangi jumlah orang kecanduan opiat dengan efek samping jangka panjang terbatas

dokumen-dokumen yang mirip
Modul ke: Kecanduan Obat. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI.

ANALGETIKA. dr. Agung Biworo, M.Kes

ANALGETIKA. Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid. Analgetika opioid

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

OBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Karakteristik Terapi Adiksi yang Efektif, NIDA (National Institute on Drug Abuse, 1999) menunjuk 13 prinsip dasar terapi efektif berikut:

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4

GAMBARAN DOSIS TERAPI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

REHABILTASI PADA NAPZA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan

Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan Tebet

BAB I PENDAHULUAN. laporan kinerja BNN pada tahun 2015 dimana terjadi peningkatan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PO TENTANG

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan soal 4.4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

TATA CARA PELAYANAN PTRM SERTA PROSEDUR MONITORING DAN EVALUASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alur Klinis dan Biaya Pengobatan Rumatan Metadon di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 57 TAHUN 2013 enkes/s TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADONA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TERAPI BUPRENORFINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

Oleh : MASYKUR KHAIR. Definisi

Pedoman Penyelenggaraan Program Terapi Rumatan Metadona

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

ISU KONTEMPORER DALAM FARMAKOLOGI KEPERAWATAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB II JENIS-JENIS NARKOBA DAN SIFAT PENGGUNANYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 494/MENKES/SK/VII/2006 TENTANG

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.

NAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA.

FARMAKOLOGI NIKOTIN DAN PRINSIP ADIKSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003

ABSTRAK PERILAKU BUNUH DIRI PADA KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

Kualitas Hidup Klien Terapi Metadon di Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Sandat RSUP Sanglah

PERANAN PSIKOTERAPI PADA PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN ZAT GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK Glutamat Sebagai Neurotransmitter

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mual muntah pascaoperasi atau post operatif nausea and vomiting (PONV)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan dan kontrasepsi. Obat digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

Pedoman Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

MENGHILANGKAN RACUN NAPZA DARI TUBUH KLIEN

UNIVERSITAS INDONESIA. Analisis Efisiensi Biaya Terapi Sulih Bagi Pecandu Heroin Antara Metadon dan Burphenorphin di RSKO Cibubur tahun 2007.

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi jenis makanan cepat saji, makanan kemasan dan awetan yang

Putri Immi Rizky Budiyani 1, Renti Mahkota 2 ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN RETENSI PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

I.PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan sebagai mana mestinya, pada dasarnya narkoba hanya boleh di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Amerika, nyeri kepala lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah untuk menampung orang-orang yang melanggar

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. resiko utama penularan HIV AIDS pada beberapa tahun terakhir. Menurut. pengguna narkoba suntik (Yayasan Spiritia. 2014).

17. Keputusan Menteri...

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS

HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PADA NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NAPZA DI KLINIK METADON LP KEROBOKAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

sehingga teori Skinner ini disebut S-O-R (Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan teori S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Farmakoterapi Obat Gangguan Mental

Transkripsi:

Methadone dan Suboxone

Methadone pertama kali digunakan dan dipasarkan pada tahun 1939 di di Jerman sebagai obat penghilang rasa sakit yang efektif. Pada awal 1950-an, penggunaan metadon mulai di di Amerika Serikat sebagai pengobatan untuk pasien detoksifikasi dari heroin. Methadone Methadon sejak 1972 disetujui FDA telah terbukti secara klinis mengurangi jumlah orang kecanduan opiat dengan efek samping jangka panjang terbatas Metadon adalah agonis opiat yang mempengaruhi reseptor mu.

Methadone Memberi pecandu opiat kepuasan seperti heroin Lebih mudah dipantau dan dosis diturunkan sampai akhirnya benar-benar tidak menggunakan

Methadone di Indonesia Di Indonesia disebut PTRM (program terapi rumatan metadon) Terapi Rumatan Methadone (MMT Methadone Maintenance Therapy) MMT akan mengurangi atau menghilangkan penggunaan heroin, mengurangi angka kematian dan mengurangi angka kriminalitas yangberhubungan dengan pemakaian heroin. Prinsip utama rumatan methadone adalah untuk meniadakan keadaan sakau (putus obat), meminimalkan gejala-gejala putus obat dan menghilangkan efek euphoria yang disebabkan heroin.

Methadone adalah agonis penuh tedahadp reseptor Mu Opioid. Methadone juga berikatan terhadap reseptor Glutamatergic NMDA (N-Methyl-D-Aspartate), yang mana akan bertindak sebagai reseptor antagonis terhadap glutamate. Glutamat adalah neurotransmitor pembangkit utama pada system saraf pusat. Reseptor NMDA ini empunyai peran yang sangat penting dalam menyampaikan pembangkitan jangka panjang dan pembentukan memori. Antagonis NMDA seperti dekstromethorpan, ketamin dan ibogaine saat ini sedang diteliti perannya dalam penurunan toleransi terhadap opoid dan kemungkinan untuk pengurangan toleransi stau withdrawal (sakau). Peran methadone sebagai antagonis terhadap NMDA ini lah yang memungkinkan metadhone berkerja dalam menurunkan kemungkinan sakau dan toleransi obat. Peran ini juga penting dalam manajemen nyeri neuropathy.

Dosis Sebagian besar pasien membutuhkan dosis antara 80-120 mg untuk mencapai kadar terapi yang dibutuhkan 20-30 mg PO sekali sehari atau dosis minimum yang diperlukan untuk menekan withdrawal; dapat dititrasi sampai 40 mg / hari dalam dosis terbagi dan dilanjutkan selama 2-3 hari, kemudian menurun 20% setiap hari 30 40 mg, fase induksi direkomendasikan untuk meningkatkan dosis 5 10 mg setiap 3 5 hari

SUBOXONE Kombinasi buprenorfin dan nalokson. Buprenorfin ditemukan tahun 1960 dan digunakan untuk pasien pengobatan kecanduan opiat. Pada tahun 1970-an,perusahaan farmasi menemukan obat kombinasi yang bisa memberikan 'obat' untuk kecanduan dan fokus terus bergeser dari agonis opiat, seperti buprenorfin, dan antagonis opiat, seperti nalokson. Ada banyak bentuk dan kombinasi obat ini dan akhirnya buprenorfin dan nalokson digabungkan menjadi Suboxone, yang mendapat persetujuan Federal Drug Administration pada tahun 2002.

Ada tiga reseptor opiat utama di otak : Khususnya mu Kappa, dan Reseptor delta. Reseptor ini dipengaruhi oleh endorfin, yang dapat menghasilkan rasa euforia dan merupakan katalis utama untuk menciptakan kebiasaan. Reseptor ini sering disebut "pusat reward" karena pelepasan endorfin ke reseptor ini menyebabkan sensasi yang menyenangkan, atau imbalan, dan dengan demikian meningkatkan kemungkinan orang yang melakukan tindakan yang sama berulang kali untuk melepaskan lebih banyak hormon endorfin.

Dalam melawan kecanduan opiat, methadon dan buprenorfin (agonis opiat) sering digunakan. Agonis opiat berfungsi untuk memblokir reseptor opiat dengan mengikat, mencegah opiat lainnya, Meskipun agonis opiat juga dapat menghasilkan perasaan yang tinggi, tapi dapat mengurangi efek dari opiat buatan lainnya dan dapat digunakan dalam meruncing dosis untuk membantu mengurangi keinginan seseorang untuk obat opiat. Nalokson adalah antagonis opioid, yang mengikat reseptor opioid tetapi tidak menghasilkan efek pada mereka. Ini berarti bahwa reseptor diblokir tapi tidak dirangsang, yang tidak menghasilkan efek euforia, dan blok opiat lainnya dari merangsang reseptor.

Nalokson ditambahkan ke Suboxone untuk membantu reseptor blok untuk mengurangi euforia tetapi juga membantu mencegah penyalahgunaan obat. Suboxone sangat efektif dalam mengurangi ketergantungan opiat karena berisi kombinasi dari agonis dan antagonis.

Dosis Dosis dapat berkisar mulai 2mg buprenorfin/ 0,5mg nalokson sampai 12mg buprenorfin/ 3mg nalokson dan dosis tergantung pada tahap pengobatan. Tahap pertama pengobatan disebut fase induksi, biasanya dimulai dengan pemberian dosis tinggi dari Suboxone. Kemuadian Fase stabilisasi dimulai setelah sekitar 1 minggu dan berlangsung selama 1-2 bulan. Pasien dalam fase ini biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda penarikan, memiliki efek samping yang minimal, dan keinginan menggunakan opioitnya telah berkurang.

Terakhir adalah fase stabilisasi, pasien diberikan dosis suboxone yang lebih rendah dan dosis ini akan dipertahankan selama fase pemeliharaan. Fase ini bervariasi dan dapat berlangsung dari beberapa bulan untuk seumur hidup. Terapi dengan Suboxone atau menghilangkan terapi sama sekali adalah keputusan yang dibuat oleh pasien, penyedia dan tergantung pada gejala-gejala pasien, toleransi, dan kondisi mental.