I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

THE INFLUENCE OF THE INPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TOWARD STUDENTS MATHEMATICAL COCEPTUAL UNDERSTANDING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan. Pendidikan mengarahkan kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan dan lebih bertakwa kepada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mengatasi kesulitan belajar. Guru juga perlu mengadakan berbagai alternatif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk mencapai suatu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Masalah internal yang sering dihadapi siswa dalam pembelajaran

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

I. PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan,

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

Charlina Ribut Dwi Anggraini

UPAYA PENINGKATAN RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan diri seseorang dalam memecahkan masalah di kehidupan

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk menumbuhkembangkan potensi dalam. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut tercantum di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah membekali generasi bangsa untuk dapat mengembangkan diri sehingga memiliki kemampuan untuk mempertahankan hidup di lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, perlu diupayakan perbaikan bidang pendidikan secara terus menerus sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tanpa mengabaikan nilai kemanusiaan agar mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa salah satu di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika. Matematika sebagai bahan pelajaran yang wajib dipelajari pada jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Oleh karena itu, pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memberikan keterampilan kepada

mereka untuk mampu menggunakan penalaran dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. 2 Dalam perkembangan pembelajaran matematika sekolah selama ini, guru memegang peranan utama dalam penyampaian materi di kelas. Guru aktif bertindak sebagai pemberi informasi, sedangkan siswa hanya aktif menerima informasi dengan cara mendengarkan, mencatat, dan menghafal. Pada umumnya guru menyadari bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang kurang diminati, ditakuti dan membosankan oleh sebagian besar siswa. Hal ini mengakibatkan siswa kurang memberi perhatian pada pelajaran matematika sehingga siswa kurang termotivasi untuk mempelajari matematika. Masalah lain yang banyak dijumpai di sekolah selama ini adalah ketidaksukaan siswa pada pelajaran matematika menyebabkan siswa enggan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru, padahal dari soal-soal tersebutlah siswa dapat melatih kemampuan matematisnya dengan mengerjakan setiap tipe soal metematika. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru dituntut untuk menciptakan kondisi belajar di kelas yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa sehingga siswa memiliki keterampilan, keberanian, serta mempunyai kemampuan matematis. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan berbagai alternative pembelajaran yang menarik. Pembelajaran matematika di berbagai sekolah menghendaki proses belajar yang efektif. Sehubungan dengan pentingnya pembelajaran matematika yang efektif maka proses pembelajaran matematika perlu diupayakan lebih baik. Oleh karena itu, guru perlu mengunakan model pembelajaran bermutu agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang memadai dan hasil

3 belajar yang baik. Situasi yang dikehendaki ini menuntut proses pembelajaran yang banyak melibatkan murid. Soedjadi (2000:23) menyatakan bahwa betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang diterapkan belum tentu akan dapat menjamin tercapainya tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan itu adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada keterlibatan murid secara optimal. Menurut analisis TIMSS 2011 rata-rata skor matematika siswa di Indonesia untuk setiap kemampuan yang diteliti masih berada di bawah rata-rata skor matematika siswa internasional, untuk kemampuan pengetahuan berada pada ranking ke 38, penerapan pada ranking ke 35, dan penalaran pada ranking ke 36 dari 48 negara. Berdasarkan analisis TIMSS di atas, terlihat bahwa pembelajaran matematika di Indonesia belum memuaskan dan masih cukup rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya perbaikan proses pembelajaran matematika. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangatlah banyak. Menurut Ruseffendi (2006: 10) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar matematika terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya, kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, dan minat anak. Sedangkan faktor luar antara lain model penyajian materi matematika, pribadi dan sikap guru, suasana pengajaran, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat luas. Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah model pembelajaran yang digunakan.

4 Dari wawancara pada beberapa siswa dari beberapa sekolah disimpulkan bahwa mereka tidak menyukai pelajaran matematika karena menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang membosankan, hanya menghafal rumus tanpa mengerti dan mampu mengaplikasikannya. Indikasinya dapat dilihat dari nilai hasil belajar matematika siswa yang belum optimal. Salah satu penyebabnya adalah penerapan model pembelajaran konvensional yang kurang efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pembelajaran konvensional yang diterapkan oleh guru selama ini belum menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa secara optimal. Pemilihan pembelajaran melalui kerja kelompok merupakan upaya guru yang dapat melibatkan siswa dalam belajar. Model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok adalah model pembelajaran kooperatif. Selama ini pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika di sekolah menengah atas adalah model pembelajaran konvensional yaitu di awali dengan guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas dengan metode ceramah, memberikan contoh soal kemudian memberikan tugas diskusi kelompok, setelah itu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya serta tanya jawab dan diakhiri dengan pemberian tugas. Meskipun di kelas guru telah menerapkan pembelajaran secara diskusi kelompok, namun diskusi yang terjadi hanya melibatkan siswa tertentu saja, sehingga sebagian besar siswa masih kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal lain yang ditemukan dalam proses pembelajaran di kelas adalah dalam hal pembagian kelompok, siswa diberi kebebasan untuk memilih anggota kelompoknya masing-masing, sehingga siswa

5 cenderung memilih teman yang pandai untuk menjadi anggota kelompoknya. Selain itu, siswa dikelompokkan dalam kelompok besar yang terdiri dari tujuh sampai delapan orang, hal ini menyebabkan kurangnya rasa tanggung jawab antar siswa dalam kelompok sehingga mereka cenderung mengandalkan kemampuan teman lain dalam kelompoknya. Dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa, penerapan model pembelajaran kooperatif menurut penelitian yang telah dilakukan para ahli terbukti efektif membantu siswa menguasai bahan ajar sehingga mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas dalam mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap siswa harus saling membantu temannya satu sama lain dalam memahami pelajaran, saling berdiskusi menyelesaikan tugas, dan saling bertanya antar teman jika belum memahami pelajaran. Slavin (2005: 20) mengemukakan dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja berkelompok saling membantu dalam penguasaan bahan ajar. Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam perkembangannya, Cooperatif Learning mempunyai berbagai macam tipe. Beberapa diantaranya adalah; (1) STAD (Student Teams Achievement Divisions); (2) TGT (Team Game Tournament); (3) Jigsaw; (4) GI (Group Investigation); dan (5) TPS (Think Pair Share).

6 Dalam penelitian ini, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Hal ini dikarenakan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari empat sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih materi-materi dari pokok bahasan yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, setelah itu membagi materi-materi ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Selanjutnya tiap-tiap kelompok mempresentasikan atau menampilkan hasil diskusi mereka di hadapan seluruh siswa lain. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa?. Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian apakah peningkatan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran tipe Group Investigation lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran konvensional.

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis, manfaat tersebut adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait dengan hasil belajar matematika siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. 2. Manfaat Praktis Bagi guru dan calon guru, diharapkan penelitian ini berguna sebagai bahan sumbangan pemikiran khususnya bagi guru kelas XI IPS SMA Negeri 8 Bandar Lampung tentang suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Bagi kepala sekolah, diharapkan dengan penelitian ini kepala sekolah memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan

8 hasil belajar matematika siswa. Penerapan model pembelajaran GI (Group Investigation) dikatakan efektif jika hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional. 2. Group Investigation yaitu pembelajaran yang dimana para siswa melakukan investigasi untuk mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan sehingga siswa dapat saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mengsintesis semua gagasan sehingga siswa mengerti dengan materi yang di pelajari, dengan demikian hasil belajar matematika siswa dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. 3. Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang selama ini diterapkan di sekolah dimana pembelajaran lebih terpusat pada guru. Dimana proses pembelajaran di awali dengan guru menjelaskan materi pelajaran di depan kelas dengan metode ceramah, memberikan contoh soal kemudian memberikan tugas diskusi kelompok, setelah itu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya serta tanya jawab dan diakhiri dengan pemberian tugas. 4. Hasil belajar siswa merupakan sesuatu yang dicapai siswa dari perbuatan dan usaha belajar dan merupakan ukuran sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang dipelajari setelah proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini dicerminkan melalui hasil belajar matematika siswa yang dilihat dari data skor posttest yang dilakukan pada akhir pembelajaran.