1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waralaba atau Franchising adalah salah satu strategi pemasaran dari banyak kemungkinan cara memasarkan usaha. Waralaba adalah sebuah bentuk jaringan bisnis, yakni jaringan yang terdiri dari banyak pengusaha yang bekerja dengan sebuah sistem yang sama. Legalitas yuridis waralaba sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1997 dengan dikelurkannya Peraturan Pemerintah RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba yang disusul dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Noomor : 259/MPP/Kep/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba yang mana peraturan ini kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba. Konsep waralaba yang dikenal di Indonesia, berasal dari Amerika Serikat. Sistem waralaba di Amerika Serikat pertama kali dikenal pada tahun 1951. Pada saat itu, di Amerika Serikat timbul apa yang dinamakan sistem waralaba Amerika generasi pertama, yang disebut sebagai straight product franchising (waralaba produksi murni). Pada mulanya sistem ini
2 berupa pemberian lisensi bagi penggunaan nama pada industri minuman namun kemudian berkembang sebagai sistem pemasaran pada industri mobil. Kemudian sistem waralaba ini dikembangkangkan oleh produsen bahan bakar, yang memberikan hak waralaba kepada pemilik pom bensin sehingga terbentuk jaringan untuk memenuhi bahan bakar dengan cepat. 1 Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, Waralaba di definisikan sebagai : 2 Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Waralaba berasal dari kata wara yang berati lebih dan laba yang berati untung, sehingga secara harafiah waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan keuntungan lebih. Perjanjian waralaba atau di dalam bahasa Inggris disebut franchise agreement ini adalah pemberian hak oleh franchisor (pemberi waralaba) kepada franchise (penerima waralaba) untuk mengunakan kekhasan usaha atau ciri pengenal bisnis di bidang perdagangan atau jasa berupa jenis produk dan bentuk yang diusahakan termasuk identitas perusahaan (logo,merek dan desain perusahaan, penggunaan rencana pemasaran serta pemberian bantuan yang luas, waktu atau jam operasional, pakaian dan penampilan karyawan) sehingga 1 Adrian Sutedi, 2008, Hukum Waralaba, cet.1, Bogor Selatan, Ghalia Indonesia, hlm.1-2 2 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.
3 kekhasan usaha atau ciri-ciri pengenal bisnis dagang atau jasa milik franchisee sama dengan kekhasan usaha atau bisnis dagang atau jasa milik franchisor. Selain itu menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), yang dimaksud dengan waralaba adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis atau usaha dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. Pengertian waralaba didalam Black s Law Dictionary ditekankan pada pemberian hak untuk menjual produk berupa barang atau jasa dengan memanfaatkan merek dagang Franchisor (Pemberi waralaba) dimana pihak Franchisee (Penerima Waralaba) berkewajiban untuk mengikuti metode dan tata cara atau prosedur yang telah ditetapkan oleh pemberi waralaba. 3 Seperti perjanjian pada umumnya, perjanjian waralaba (franchise agreement), tunduk pada buku III KUHPerdata sebagai pengaturan secara umum dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 sebagai pengaturan secara khusus. Perjanjian waralaba memuat kumpulan persyaratan, ketentuan dan komitmen yang dibuat dan dikhendaki oleh para pihak. Di dalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan berkaitan 3 Gunawan Widjaja, 2001, Seri Hukum Bisnis Waralaba, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 8.
4 dengan hak dan kewajiban franchisee dan franchisor, misalnya hak terotorial yang dimiliki franchisee, persyaratan lokasi, ketentuan pelatihan, biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor, ketentuan berkaitan dengan lama perjanjian waralaba dan perpanjangannya dan ketentuan lain yang mengatur hubungan antara franchisee dengan franchisor. Lesehan Aldan merupakan salah satu usaha rumah makan yang melakukan waralaba dalam pengembangan bisnisnya. Jangkauan waralaba yang dikembangkan oleh Lesehan Aldan yang berpusat di Yogyakarta telah merambah sejumlah kota di antaranya Klaten, Solo, Purworejo, Kulon Progo, Kebumen, Pemalang dan Pekalongan. Terdapat 19 (sembilan belas) gerai Lesehan Aldan yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, 11 (sebelas) di antaranya merupakan gerai yang melakukan kerjasama waralaba. Namun di antara 11 (sebelas) gerai tersebut, dijumpai beberapa perbedaan hal tersebut berkaitan dengan perbedaan menu yang ditawarkan dan rasa masakan yang dihidangkan. Padahal dalam perjanjian waralaba Lesehan Aldan terdapat poin pengaturan tentang ruang lingkup perjanjian waralaba yang dilakukan oleh Lesehan Aldan. Ruang lingkup perjanjian waralaba yang dilakukan oleh Lesehan Aldan meliputi kerjasama dalam hal : a. Pengelolaan warung Lesehan Aldan b. Permodalan warung Lesehan Aldan c. Pemantauan warung Lesehan Aldan
5 d. Pengembangan warung Lesehan Aldan Apabila berpijak pada poin pengelolaan dan pemantauan warung, seharusnya seluruh gerai Lesehan Aldan yang melakukan perjanjian waralaba memiliki kesamaan baik dalam hal menu yang ditawarkan hingga rasa dari masakan tersebut. Perjanjian waralaba yang dibuat oleh Lesehan Aldan didasarkan atas beberapa asas yaitu asas transparansi, akuntabel, berkelanjutan, partisipatif, bermanfaat, efisien dan efektif, seimbang serta terpadu. Selain asas-asas tersebut, perjanjian waralaba Lesehan Aldan juga menggunakan asas umum dalam perjanjian termasuk asas kebebasan berkontrak. Adanya asas kebebasan berkontrak inilah yang menjadi dasar bagi para pihak untuk bebas membuat klausula dalam perjanjian selama hal tersebut memenuhi syarat sahnya perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Asas kebebasan berkontrak itu sendiri juga dibatasi dengan undangundang, ketertiban umum dan kesusilaan. Sehingga penyusunan isi perjanjian juga perlu memperhatikan ketiga aspek tersebut karena apabila tidak memperhatikan ketiga aspek tersebut, mengakibatkan perjanjian waralaba tersebut batal demi hukum. Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis sangat tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam dengan menuangkannya kedalam suatu
6 tulisan yang berbentuk penulisan hukum dengan judul Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) Lesehan Aldan di Wilayah Kota Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Bedasarkan uraian latar belakang tersebut, permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah perjanjian yang dilakukan antara franchisor dan franchisee pada usaha Lesehan Aldan dapat dikualifikasikan sebagai perjanjian waralaba? 2. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap penerima waralaba dalam pelaksanaan perjanjian waralaba Lesehan Aldan? C. Tujuan Penelitian Bedasarkan perumusan masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis memiliki tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui dapat atau tidak perjanjian yang dilakukan antara franchisor dan franchisee pada usaha Lesehan Aldan dikualifikasikan sebagai perjanjian waralaba.
7 b. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap franchisee dalam pelaksanaan perjanjian waralaba Lesehan Aldan 2. Tujuan Subyektif Tujuan subjektif dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menyusun penelitian penulisan hukum sebagai salah satu syarat kelengkapan untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi akademis maupun dari segi praktis, antara lain : 1. Manfaat Akademis a. Untuk dapat mengetahui sinkronasi antara ilmu yang diperoleh dalam dunia perkuliahan dengan kenyataan dan fakta-fakta yang terjadi di lapangan. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi ilmu hukum khususnya bidang ilmu Hukum Perdata, terutama bagi yang terkait dengan perjanjian waralaba yang kini banyak digunakan dalam praktek bisnis di Indonesia.
8 c. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan sumbangsih nyata dalam ilmu pengetahuan hukum di Indonesia yang berkaitan dengan Ilmu Hukum Perdata. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Penelitian yang diakukan oleh penulis ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan penulis sendiri terkait perjanjian waralaba. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran yang bermanfaat dalam perkembangan hukum secara umum dan khususnya bagi pelaksanaan perjanjian kemitraan pada dunia bisnis dan usaha. c. Bagi Masyarakat Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah diharapkan agar masyarakat dapat lebih mengetahui mengenai perjanjian kemitraan dan waralaba. E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, terdapat beberapa karya tulis di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang mengangkat topik berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu :
9 1. Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Yogya Chiken Yogyakarta. 2014. Citra L. Simanjuntak. Skripsi Bagian Hukum Perdata. Rumusan Masalah yaitu pertama, Apakah perjanjian kemitraan Yogya Chiken Yogyakarta dapat di kualifikasikan sebagai perjanjian waralaba. Kedua, bagaimana kedudukan hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian kemitraan Yogya Chiken Yogyakarta. 4 2. Perjanjian Waralaba Kedai Bang Joe dalam Hubungannya dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2015. Marvenia. Skripsi Bagian Hukum Perdata. Rumusan Masalah yaitu pertama, Apakah usaha Kedai Es Bang Joe memenuhi kriteria waralaba sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba. Kedua, Apakah perjanjian waralaba Kedai Es Bang Joe termasuk perjanjian yang dikecualikan dari Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Ketiga, Bagaimana konsekuensi hukum terhadap perjanjian waralaba Kedai Es Bang Joe dalam hal terdapat klausula yang berpotensi melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 5 4 Citra L. Simanjuntak, 2014, Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Yogya Chiken Yogyakarta, Skripsi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta. 5 Marvenia, 2015, Perjanjian Waralaba Kedai Es Bnag Joe dalam Hubungannya dengan Undang- Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.
10 3. Perjanjian Standar pada Waralaba Waroeng Spesial Sambal SS. 2013. Dimaz Mahendra. Skripsi Bagian Hukum Perdata. Rumusan Masalah yaitu pertama, Apa saja faktor yang mendorong pihak Waroeng Spesial Sambal SS menggunakan perjanjian standar. Kedua, Mengapa keberadaan perjanjian standar yang dibuat oleh Waroeng Spesial Sambal SS justru melemahkan posisi pihak Waroeng Spesial Sambal SS sendiri. 6 4. Tinjauan Pelaksanaan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Pembatasan Usaha Waralaba Minimarket di Kota Yogyakarta. 2014. Dewi Pertiwi. Skripsi Bagian Hukum Dagang. Rumusan Masalah yaitu pertama, bagaimana prosedur pelaksanaan pemberian izin pendirian waralaba minimarket di Kota Yogyakarta. Kedua, bagaimana peran dari dinas perindustrian dan perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melindungi pengusaha kecil dari perkembangan waralaba minimarket, dan bagaimana peran KPPU dalam mengatasi perkembangan waralaba minimarket yang cenderung merugikan pengusaha kecil. 7 5. Perlindungan Hukum terhadap Penerimaan Waralaba (Franchisee) dan Pemberi Waralaba (Franchisor) di dalam Pengaturan Bisnis Waralaba (Franchise) di Indonesia. 2012. Deswita Ariyanti Rangkuti. Rumusan Masalah yaitu pertama, bagaimana penentuan hak dan 6 Dimaz Mahendra, 2013, Perjanjian Standar pada Waralaba Waroeng Spesial Sambal SS, Skripsi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta. 7 Dewi Pratiwi, 2014, Tinjauan Pelaksanaan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 79 tahun 2010 Tentang Pembatasan Usaha Waralaba Minimarket di Kota Yogyakarta, Skripsi Bagian Hukum Dagang Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.
11 kewajiban di dalam perjanjian waralaba di antara para pihak PT Indomarco dan CV Yakusa. Kedua, bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum di dalam perjanjian waralaba antara pihak PT Indomarco Prismatama dan CV Yakusa. 8 6. Perlindungan Hukum Bagi Penerima waralaba ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba di Kedai Kopi Espresso Bar dan Simply Fresh Laundry. 2014. Ridho Imam Nawawi. Tesis Magister Kenotariatan. Rumusan Masalah yaitu pertama, Bagaimana perlindungan hukum bagi penerima waralaba terkait adanya kewajiban pemberi waralaba untuk memenuhi kriteria waralaba berdasarkan PP No. 42 tahun 2007 tentang Waralaba di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua, bagaimana peran pemerintah daerah dalam hal ini DISPERINDAGKOP dalam melindungi penerima waralaba terkait perjanjian waralaba di Daerah Isimewa Yogyakarta. Ketiga, Apa Implikasi hukum pemberi waralaba melakukan perjanjian waralaba dalam usaha pemberi waralaba belum memenuhi kriteria waralaba. 9 7. Pelaksanaan Fasilitas DMI (Dermatholiphic Multiple Intelligence) sebagai Layanan Tambahan pada Perjanjian waralaba di Primagama. 2013. Irawan. Tesis Magister Kenotariatan. Rumusan Masalah yaitu 8 Deswita Aryanti Rangkuti, 2012, Perlindungan Hukum terhadap Penerima Waralaba (Franchisee) dan Pemberi Waralaba (Franchisor) didalam Pengaturan Bisnis Waralaba (Franchise) di Indonesia, Skripsi Bagian Hukum Dagang Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta. 9 Ridho Imam Nawawi, 2014, Perlindungan Hukum Bagi Penerima waralaba ditinjau dari Peraturan Pemerintahan Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba di Kedai Kopi Expresso Bar dan Simply Fresh Laundry, Tesis Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta.
12 pertama, Bagaimanakah pelaksanaan fasilitas DMI (Dermatholiphic Multiple Intellegence) sebagai layanan tambahan pada perjanjian waralaba di Primagama. Kedua, bagaimana franchisor mengatasi permasalahan wanprestasi yang muncul pada pelaksanaan fasilitas DMI (Dermatoliphic Multiple Inttelegence) sebagai layanan tambahan pada perjanjian waralaba di Primagama. 10 Perbedaan antara penelitian hukum di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis guna melakukan penulisan hukum ini adalah berkaitan dengan perumusan masalah, lokasi penempatan masalah, responden, narasumber, isi, solusi, subjek dan objek penelitian, serta kajian hukum dengan rumusan masalah yang berbeda walaupun terdapat beberapa variable yang sama antara penelitian penulis dengan penelitian hukum di atas. Semoga penelitian dan penulisan hukum yang penulis lakukan ini dapat menjadi pelengkap dari penelitian hukum yang telah dilakukan sebelumnya. 10 Irawan, 2013, Pelaksanaan Fasilitas DMI (Dermatholiphic Multiple Intellegence) sebagai Layanan Tmbahan pada Perjanjian Waralaba di Primagama, Tesis Magister Kebotariatan UGM, Yogyakarta.