BAB I PENDAHULUAN. Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan tata Cara Penerbitan. Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan. mendatang. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), waralaba adalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan-pembangunan berkesinambungan. Pembangunan-pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Franchise berasal dari bahasa Prancis yang artinya kejujuran atau

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah bagi pemerintah untuk menjalankan pembangunan di bidang lainnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan untung lebih atau

BAB I PENDAHULUAN. memulai usaha dari nol, karena telah ada sistem yang terpadu dalam. berminat untuk melakukan usaha waralaba.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi global yang cepat dan kompleks, Indonesia juga terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, kehidupan manusia juga berkembang. memenuhi kebutuhannya. Produsen berusaha menjual produknya sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor

KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuh dan berkembangnya perusahan perusahan di Indonesia

SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA

BAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

BAB I PENDAHULUAN. apapun bisa diperjualbelikan dengan cepat dan mudah sehingga menuntut pelaku

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk nongkrong-nongkrong di cafe. Gaya hidup nongkrong di. kita sadari merupakan pengaruh dari globalisasi.

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing,

KATA PENGANTAR. Penulis. Irsyad Anshori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi

Lex et Societatis, Vol. III/No. 6/Juli/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terus berproses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang saat ini sedang giat-giatnya melakukan. pembangunan disegala sektor pembangunan, berusaha untuk terus

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

KARAKTERISTIK YURIDIS PERJANJIAN WARALABA. Oleh: Selamat Widodo

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang baik secara pribadi maupun terhadap orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perlindungan hukum terhadap rahasia dagang sebagai bagian. perdagangan dari HKI (The TRIPs Agreement) tidak memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE

BAB 1 PENDAHULUAN. waralaba dalam bahasa inggris disebut franchise,adalah pemberian hak oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

Perlindungan Hukum terhadap Franchisee Sehubungan Dengan Tindakan Sepihak Franchisor

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN WARALABA YANG DILAKUKAN SAAT PROSES PENDAFTARAN MEREK. Djarot Pribadi, SH., MH. 1

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya orang yang menggunakan sistem on-line di dalam. saling terhubung yang menjangkau seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis internasional. Bentuk kerjasama bisnis ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada, dikenal istilah franchise yang sudah di Indonesiakan menjadi

BAB III PENERAPAN KLAUSULA BUYBACK DALAM PERJANJIAN WARALABA. 3.1 Alasan Penerapan Buyback dalam Perjanjian Waralaba

BISNIS WARALABA. STMIK-STIE Mikroskil. Maggee Senata

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang efisien. Perusahaan yang semula menitikberatkan pada proses

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

PELAKSANAAN PERATURAN WALI KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

BAB I PENDAHULUAN. juta Unit 2 Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Jumat 05 Desember 2014, Penjulan Mobil Cetak.

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, dinamis dan sangat prospektif dan penuh dengan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa saling

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan relasi kerjasama abadi antara laki laki dan perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. PT. Telekomunikasi Indonesia atau yang sering dikenal oleh awam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya franchise merupakan suatu konsep pemasaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

Franchise Bisnis dan Pengaturan Hukum Lintas Batas

BAB I PENDAHULUAN. mengerti dengan baik tentang hukum, baik dari segi agama maupun dari aturan

BAB I PENDAHULUAN. untuk era abad ini. Usaha rumahan hingga industri skala besar secara massif

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. sosial guna mengatasi hal-hal yang mungkin terjadi dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian waralaba..., Elfiera Juwita Yahya, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII

I. PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Kegiatan ekonomi yang banyak diminati oleh pelaku usaha

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan

KAJIAN YURIDIS MENGENAI PERSAINGAN USAHA ANTARA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DENGAN MINIMARKET

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. menjamur, hal ini disebabkan oleh adanya keinginan pemilik franchise untuk

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

SKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C

BAB 4 ANALISIS PERJANJIAN WARALABA. 4.1 Penerapan Syarat Sahnya Perjanjian dalam Perjanjian Waralaba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau yang dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal

ANALISIS TERHADAP PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE) USAHA TOKO ALFA MART (Studi Pada PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. alkohol atau spirtus. Pabrik ini menjadi satu-satunya pabrik. Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas untuk mensukseskan program

PENGATURAN PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA. Oleh Calvin Smith Houtsman Sitinjak Desak Putu Dewi Kasih.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sejenis menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat. Perusahaan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waralaba atau Franchising adalah salah satu strategi pemasaran dari banyak kemungkinan cara memasarkan usaha. Waralaba adalah sebuah bentuk jaringan bisnis, yakni jaringan yang terdiri dari banyak pengusaha yang bekerja dengan sebuah sistem yang sama. Legalitas yuridis waralaba sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1997 dengan dikelurkannya Peraturan Pemerintah RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba yang disusul dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Noomor : 259/MPP/Kep/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba yang mana peraturan ini kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba. Konsep waralaba yang dikenal di Indonesia, berasal dari Amerika Serikat. Sistem waralaba di Amerika Serikat pertama kali dikenal pada tahun 1951. Pada saat itu, di Amerika Serikat timbul apa yang dinamakan sistem waralaba Amerika generasi pertama, yang disebut sebagai straight product franchising (waralaba produksi murni). Pada mulanya sistem ini

2 berupa pemberian lisensi bagi penggunaan nama pada industri minuman namun kemudian berkembang sebagai sistem pemasaran pada industri mobil. Kemudian sistem waralaba ini dikembangkangkan oleh produsen bahan bakar, yang memberikan hak waralaba kepada pemilik pom bensin sehingga terbentuk jaringan untuk memenuhi bahan bakar dengan cepat. 1 Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, Waralaba di definisikan sebagai : 2 Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Waralaba berasal dari kata wara yang berati lebih dan laba yang berati untung, sehingga secara harafiah waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan keuntungan lebih. Perjanjian waralaba atau di dalam bahasa Inggris disebut franchise agreement ini adalah pemberian hak oleh franchisor (pemberi waralaba) kepada franchise (penerima waralaba) untuk mengunakan kekhasan usaha atau ciri pengenal bisnis di bidang perdagangan atau jasa berupa jenis produk dan bentuk yang diusahakan termasuk identitas perusahaan (logo,merek dan desain perusahaan, penggunaan rencana pemasaran serta pemberian bantuan yang luas, waktu atau jam operasional, pakaian dan penampilan karyawan) sehingga 1 Adrian Sutedi, 2008, Hukum Waralaba, cet.1, Bogor Selatan, Ghalia Indonesia, hlm.1-2 2 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.

3 kekhasan usaha atau ciri-ciri pengenal bisnis dagang atau jasa milik franchisee sama dengan kekhasan usaha atau bisnis dagang atau jasa milik franchisor. Selain itu menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), yang dimaksud dengan waralaba adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis atau usaha dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. Pengertian waralaba didalam Black s Law Dictionary ditekankan pada pemberian hak untuk menjual produk berupa barang atau jasa dengan memanfaatkan merek dagang Franchisor (Pemberi waralaba) dimana pihak Franchisee (Penerima Waralaba) berkewajiban untuk mengikuti metode dan tata cara atau prosedur yang telah ditetapkan oleh pemberi waralaba. 3 Seperti perjanjian pada umumnya, perjanjian waralaba (franchise agreement), tunduk pada buku III KUHPerdata sebagai pengaturan secara umum dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 sebagai pengaturan secara khusus. Perjanjian waralaba memuat kumpulan persyaratan, ketentuan dan komitmen yang dibuat dan dikhendaki oleh para pihak. Di dalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan berkaitan 3 Gunawan Widjaja, 2001, Seri Hukum Bisnis Waralaba, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 8.

4 dengan hak dan kewajiban franchisee dan franchisor, misalnya hak terotorial yang dimiliki franchisee, persyaratan lokasi, ketentuan pelatihan, biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor, ketentuan berkaitan dengan lama perjanjian waralaba dan perpanjangannya dan ketentuan lain yang mengatur hubungan antara franchisee dengan franchisor. Lesehan Aldan merupakan salah satu usaha rumah makan yang melakukan waralaba dalam pengembangan bisnisnya. Jangkauan waralaba yang dikembangkan oleh Lesehan Aldan yang berpusat di Yogyakarta telah merambah sejumlah kota di antaranya Klaten, Solo, Purworejo, Kulon Progo, Kebumen, Pemalang dan Pekalongan. Terdapat 19 (sembilan belas) gerai Lesehan Aldan yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, 11 (sebelas) di antaranya merupakan gerai yang melakukan kerjasama waralaba. Namun di antara 11 (sebelas) gerai tersebut, dijumpai beberapa perbedaan hal tersebut berkaitan dengan perbedaan menu yang ditawarkan dan rasa masakan yang dihidangkan. Padahal dalam perjanjian waralaba Lesehan Aldan terdapat poin pengaturan tentang ruang lingkup perjanjian waralaba yang dilakukan oleh Lesehan Aldan. Ruang lingkup perjanjian waralaba yang dilakukan oleh Lesehan Aldan meliputi kerjasama dalam hal : a. Pengelolaan warung Lesehan Aldan b. Permodalan warung Lesehan Aldan c. Pemantauan warung Lesehan Aldan

5 d. Pengembangan warung Lesehan Aldan Apabila berpijak pada poin pengelolaan dan pemantauan warung, seharusnya seluruh gerai Lesehan Aldan yang melakukan perjanjian waralaba memiliki kesamaan baik dalam hal menu yang ditawarkan hingga rasa dari masakan tersebut. Perjanjian waralaba yang dibuat oleh Lesehan Aldan didasarkan atas beberapa asas yaitu asas transparansi, akuntabel, berkelanjutan, partisipatif, bermanfaat, efisien dan efektif, seimbang serta terpadu. Selain asas-asas tersebut, perjanjian waralaba Lesehan Aldan juga menggunakan asas umum dalam perjanjian termasuk asas kebebasan berkontrak. Adanya asas kebebasan berkontrak inilah yang menjadi dasar bagi para pihak untuk bebas membuat klausula dalam perjanjian selama hal tersebut memenuhi syarat sahnya perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Asas kebebasan berkontrak itu sendiri juga dibatasi dengan undangundang, ketertiban umum dan kesusilaan. Sehingga penyusunan isi perjanjian juga perlu memperhatikan ketiga aspek tersebut karena apabila tidak memperhatikan ketiga aspek tersebut, mengakibatkan perjanjian waralaba tersebut batal demi hukum. Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis sangat tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam dengan menuangkannya kedalam suatu

6 tulisan yang berbentuk penulisan hukum dengan judul Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) Lesehan Aldan di Wilayah Kota Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Bedasarkan uraian latar belakang tersebut, permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah perjanjian yang dilakukan antara franchisor dan franchisee pada usaha Lesehan Aldan dapat dikualifikasikan sebagai perjanjian waralaba? 2. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap penerima waralaba dalam pelaksanaan perjanjian waralaba Lesehan Aldan? C. Tujuan Penelitian Bedasarkan perumusan masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis memiliki tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui dapat atau tidak perjanjian yang dilakukan antara franchisor dan franchisee pada usaha Lesehan Aldan dikualifikasikan sebagai perjanjian waralaba.

7 b. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap franchisee dalam pelaksanaan perjanjian waralaba Lesehan Aldan 2. Tujuan Subyektif Tujuan subjektif dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menyusun penelitian penulisan hukum sebagai salah satu syarat kelengkapan untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi akademis maupun dari segi praktis, antara lain : 1. Manfaat Akademis a. Untuk dapat mengetahui sinkronasi antara ilmu yang diperoleh dalam dunia perkuliahan dengan kenyataan dan fakta-fakta yang terjadi di lapangan. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi ilmu hukum khususnya bidang ilmu Hukum Perdata, terutama bagi yang terkait dengan perjanjian waralaba yang kini banyak digunakan dalam praktek bisnis di Indonesia.

8 c. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan sumbangsih nyata dalam ilmu pengetahuan hukum di Indonesia yang berkaitan dengan Ilmu Hukum Perdata. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Penelitian yang diakukan oleh penulis ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan penulis sendiri terkait perjanjian waralaba. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran yang bermanfaat dalam perkembangan hukum secara umum dan khususnya bagi pelaksanaan perjanjian kemitraan pada dunia bisnis dan usaha. c. Bagi Masyarakat Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah diharapkan agar masyarakat dapat lebih mengetahui mengenai perjanjian kemitraan dan waralaba. E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, terdapat beberapa karya tulis di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang mengangkat topik berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu :

9 1. Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Yogya Chiken Yogyakarta. 2014. Citra L. Simanjuntak. Skripsi Bagian Hukum Perdata. Rumusan Masalah yaitu pertama, Apakah perjanjian kemitraan Yogya Chiken Yogyakarta dapat di kualifikasikan sebagai perjanjian waralaba. Kedua, bagaimana kedudukan hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian kemitraan Yogya Chiken Yogyakarta. 4 2. Perjanjian Waralaba Kedai Bang Joe dalam Hubungannya dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2015. Marvenia. Skripsi Bagian Hukum Perdata. Rumusan Masalah yaitu pertama, Apakah usaha Kedai Es Bang Joe memenuhi kriteria waralaba sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba. Kedua, Apakah perjanjian waralaba Kedai Es Bang Joe termasuk perjanjian yang dikecualikan dari Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Ketiga, Bagaimana konsekuensi hukum terhadap perjanjian waralaba Kedai Es Bang Joe dalam hal terdapat klausula yang berpotensi melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 5 4 Citra L. Simanjuntak, 2014, Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Yogya Chiken Yogyakarta, Skripsi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta. 5 Marvenia, 2015, Perjanjian Waralaba Kedai Es Bnag Joe dalam Hubungannya dengan Undang- Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.

10 3. Perjanjian Standar pada Waralaba Waroeng Spesial Sambal SS. 2013. Dimaz Mahendra. Skripsi Bagian Hukum Perdata. Rumusan Masalah yaitu pertama, Apa saja faktor yang mendorong pihak Waroeng Spesial Sambal SS menggunakan perjanjian standar. Kedua, Mengapa keberadaan perjanjian standar yang dibuat oleh Waroeng Spesial Sambal SS justru melemahkan posisi pihak Waroeng Spesial Sambal SS sendiri. 6 4. Tinjauan Pelaksanaan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Pembatasan Usaha Waralaba Minimarket di Kota Yogyakarta. 2014. Dewi Pertiwi. Skripsi Bagian Hukum Dagang. Rumusan Masalah yaitu pertama, bagaimana prosedur pelaksanaan pemberian izin pendirian waralaba minimarket di Kota Yogyakarta. Kedua, bagaimana peran dari dinas perindustrian dan perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melindungi pengusaha kecil dari perkembangan waralaba minimarket, dan bagaimana peran KPPU dalam mengatasi perkembangan waralaba minimarket yang cenderung merugikan pengusaha kecil. 7 5. Perlindungan Hukum terhadap Penerimaan Waralaba (Franchisee) dan Pemberi Waralaba (Franchisor) di dalam Pengaturan Bisnis Waralaba (Franchise) di Indonesia. 2012. Deswita Ariyanti Rangkuti. Rumusan Masalah yaitu pertama, bagaimana penentuan hak dan 6 Dimaz Mahendra, 2013, Perjanjian Standar pada Waralaba Waroeng Spesial Sambal SS, Skripsi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta. 7 Dewi Pratiwi, 2014, Tinjauan Pelaksanaan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 79 tahun 2010 Tentang Pembatasan Usaha Waralaba Minimarket di Kota Yogyakarta, Skripsi Bagian Hukum Dagang Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.

11 kewajiban di dalam perjanjian waralaba di antara para pihak PT Indomarco dan CV Yakusa. Kedua, bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum di dalam perjanjian waralaba antara pihak PT Indomarco Prismatama dan CV Yakusa. 8 6. Perlindungan Hukum Bagi Penerima waralaba ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba di Kedai Kopi Espresso Bar dan Simply Fresh Laundry. 2014. Ridho Imam Nawawi. Tesis Magister Kenotariatan. Rumusan Masalah yaitu pertama, Bagaimana perlindungan hukum bagi penerima waralaba terkait adanya kewajiban pemberi waralaba untuk memenuhi kriteria waralaba berdasarkan PP No. 42 tahun 2007 tentang Waralaba di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua, bagaimana peran pemerintah daerah dalam hal ini DISPERINDAGKOP dalam melindungi penerima waralaba terkait perjanjian waralaba di Daerah Isimewa Yogyakarta. Ketiga, Apa Implikasi hukum pemberi waralaba melakukan perjanjian waralaba dalam usaha pemberi waralaba belum memenuhi kriteria waralaba. 9 7. Pelaksanaan Fasilitas DMI (Dermatholiphic Multiple Intelligence) sebagai Layanan Tambahan pada Perjanjian waralaba di Primagama. 2013. Irawan. Tesis Magister Kenotariatan. Rumusan Masalah yaitu 8 Deswita Aryanti Rangkuti, 2012, Perlindungan Hukum terhadap Penerima Waralaba (Franchisee) dan Pemberi Waralaba (Franchisor) didalam Pengaturan Bisnis Waralaba (Franchise) di Indonesia, Skripsi Bagian Hukum Dagang Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta. 9 Ridho Imam Nawawi, 2014, Perlindungan Hukum Bagi Penerima waralaba ditinjau dari Peraturan Pemerintahan Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba di Kedai Kopi Expresso Bar dan Simply Fresh Laundry, Tesis Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta.

12 pertama, Bagaimanakah pelaksanaan fasilitas DMI (Dermatholiphic Multiple Intellegence) sebagai layanan tambahan pada perjanjian waralaba di Primagama. Kedua, bagaimana franchisor mengatasi permasalahan wanprestasi yang muncul pada pelaksanaan fasilitas DMI (Dermatoliphic Multiple Inttelegence) sebagai layanan tambahan pada perjanjian waralaba di Primagama. 10 Perbedaan antara penelitian hukum di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis guna melakukan penulisan hukum ini adalah berkaitan dengan perumusan masalah, lokasi penempatan masalah, responden, narasumber, isi, solusi, subjek dan objek penelitian, serta kajian hukum dengan rumusan masalah yang berbeda walaupun terdapat beberapa variable yang sama antara penelitian penulis dengan penelitian hukum di atas. Semoga penelitian dan penulisan hukum yang penulis lakukan ini dapat menjadi pelengkap dari penelitian hukum yang telah dilakukan sebelumnya. 10 Irawan, 2013, Pelaksanaan Fasilitas DMI (Dermatholiphic Multiple Intellegence) sebagai Layanan Tmbahan pada Perjanjian Waralaba di Primagama, Tesis Magister Kebotariatan UGM, Yogyakarta.