Analisis Prosedur Pembesaran Ukuran (Oversize) Diameter Silinder dan Pengaruhnya Terhadap Daya Mesin

dokumen-dokumen yang mirip

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada gambar berikut :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN LITERATUR

PRESTASI MOTOR BENSIN HONDA KARISMA 125 CC TERHADAP BAHAN BAKAR BIOGASOLINE, GAS LPG DAN ASETILEN

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3

Gambar 4.1 mesin Vespa P150X. Gambar 4.2 stand mesin. 4.2 Hasil pemeriksaan komponen mesin VESPA P150X Hasil pemeriksaan karburator

PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

MESIN DIESEL 2 TAK OLEH: DEKANITA ESTRIE PAKSI MUHAMMAD SAYID D T REIGINA ZHAZHA A

Abstrak. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh keausan ring piston terhadap kinerja mesin diesel

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN MESIN. Start. Motor Tersedia. Pemilihan Jenis Mesin Motor Daya. Daya Maksimum Tidak Ya

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

Gambar 4.2 Engine stand dan mesin ATV Toyoco G16ADP

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA CORONA 2000 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

BAB III METODE PENELITIAN

Optimasi Daya dan Torsi pada Motor 4 Tak dengan Modifikasi Crankshaft dan Porting pada Cylinder Head

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN BLOWER ELEKTRIK TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL

LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara memperoleh energi thermal ini mesin kalor dibagi menjadi dua golongan,

EFISIENSI GAS ENGINE PADA BERBAGAI PUTARAN: STUDI EKSPERIMEN PADA JES GAS ENGINE J208GS

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM)

BAB II LANDASAN TEORI

OPTIMASI DAYA MELALUI VARIASI BAHAN BAKAR BIODIESEL MESIN DIESEL 2500 CCKENDERAAN RODA EMPAT

PENGARUH PENGGUNAAN RESIRKULATOR GAS BUANG PADA KNALPOT STANDAR, TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO J

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder

PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme Katup

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

Wardoyo. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang masuk melalui lubang intake dengan 7 variabel bukaan klep in saat

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin 2 langkah 135 cc dengan data sebagai berikut :

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat

MAKALAH DASAR-DASAR mesin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Modifikasi kendaraan bermotor di Indonesia sering dilakukan, baik kendaraan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh modifikasi diameter venturi dan pemasangan turbo cyclone terhadap daya mesin pada sepeda motor FIZR 2003

UNJUK KERJA MESIN BENSIN 4 SILINDER TYPE 4G63 SOHC 2000 CC MPI

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGUKUR MOMEN PUNTIR PADA MOTOR BAKAR

Transkripsi:

Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian ISSN : 2089-2144 Analisis Prosedur Pembesaran Ukuran (Oversize) Diameter Silinder dan Pengaruhnya Terhadap Daya Mesin Nurhadi 1, Pondi Udianto 2, Achmad Walid 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang 1 nurhadiabuzaka@gmail.com Abstract The condition of the engine cylinder walls are worn causing the cylinder hole so large that there is no compression and the engine underpowered, necessitating replacement of oversized pistons and cylinders. The research purpose to determine the extent of the effect of oversized cylinders to increase engine power. The research used an experimental method in the laboratory using Diesel engine Toyota 1VD-FTV with a cylinder volume: 4,461 cc. The power testing using a Superflow Dynamometer on standard cylinder engine and oversized 50. The research results showed that, on a standard cylinder, the engine power is 114.5 HP, while the oversized 50, the engine power is 116.6 HP. By oversized 50, the power increased 1.1 HP or 0.96%. Key words: oversize, cylinder, engine power I. PENDAHULUAN Ada dua hal yang melatarbelakangi proses oversize. Pertama, kondisi dinding mesin maupun piston yang sudah aus akibat gesekan. Keausan ini menyebabkan lubang terlalu besar sehingga tidak ada kompresi atau tenaga. Akibatnya, kendaraan sulit berlari kencang. Kondisi seperti ini juga bisa disebabkan oleh faktor usia, yang biasanya terjadi setelah lima tahun pemakaian. Kedua, proses oversize mesin ini sering dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menambah tenaga mesin. Pada penelitian ini akan diteliti sejauh mana pengaruh oversize terhadap daya mesin setelah diuji dengan alat uji daya mesin. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana prosedur yang benar untuk melakukan oversize? (2) Bagaimana pengaruh oversize terhadap daya mesin? Batasan Masalah Batasan-batasan pada penelitian ini yaitu : (1) Penelitian ini menggunakan mesin diesel 4500 cc (2) Silinder dioversize 50 atau 0,5 mm (3) Tidak mengukur kualitas gas buang hasil pembakaran Hipotesis penelitian H1: Oversize akan meningkatkan daya mesin H0: Oversize tidak akan meningkatkan daya mesin II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian sebelumnya Wuryantoro (2009) menyimpulkan bahwa dengan oversize 1 mm pada mesin sepeda motor Supra X 125 dapat meningkatkan daya sebesar 12,05 % pada putaran 9000 rpm. Oversize 1 mm adalah ukuran maksimum, dimana setelah itu jika mengalami keausan lagi, maka sudah tidak bisa dipakai lagi. B. Pengertian Oversize Oversize adalah penambahan ukuran diameter. Dengan oversize, ukuran piston menjadi lebih besar dari stándar. Ukurannya dihitung dalam satuan milimeter (mm). Nilai oversize adalah nilai di belakang koma, yaitu 0.25, 0.50, 0.75, dan 1.00 mm. Biasanya oversize disebabkan karena dinding blok mesin sudah tergores/aus. Jika keausan sudah parah, maka harus digunakan piston dengan ukuran yang jauh lebih besar. Contoh piston yang aus sebagaimana Gambar 1. Efek dari dinding yang tergores/aus yaitu (1) kompresi mesin turun, BBM akan lebih boros dan tenaga berkurang, (2) piston tidak mampu berjalan mulus, dan (3) terjadi kebocoran pada ring piston sehingga oli akan mengalir ke ruang bakar dan lebih merusak katup, busi, dan kepala piston. (Lopez, 2013:1). GAMBAR 1. KONDISI PISTON YANG PERLU DIOVERSIZE (Sumber:Victory,2012:1) Penambahan ukuran dengan oversize tersebut tergantung pada keausanya. Tetapi oversize juga harus menyesuaikan dengan ukuran piston yang diproduksi oleh pabrik. Oversize yang dilaksanakan harus secara bertahap yaitu dimulai dari 0,25, 0,50, UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, Oktober 2014 1

ISSN : 2089-2144 0,75, dan 1,00, sesuai dengan keausan nya. Misal keausan sebesar 0,15 mm maka oversizenya sebesar 0,25 mm. Jika keausan 0, 30 mm maka oversizenya 0,50 mm dan seterusnya. Setelah dioversize, maka piston dan ring piston juga harus diganti sesuai ukuran yang baru. (Kiswati, 2013:1) C. Pembakaran Pembakaran adalah reaksi kimia antara bahan bakar dengan pengoksidasi (oksigen atau udara), yang menghasilkan panas dan cahaya (Wardana,2008;3). Pembakaran dapat juga didefinisikan sebagai reaksi kimia yang terjadi antara bahan bakar dengan udara (oksigen) dengan bantuan energi dari luar (energi aktivasi). Energi tersebut berfungsi sebagai pemutus ikatan-ikatan bahan bakar menjadi radikal (ion) dan sangat reaktif. Ion-ion akan bereaksi dengan oksigen membentuk ikatan yang lebih kuat. Kelebihan energi dari pembentukan ikatan-ikatan tersebut akan dilepas ke dalam sistem, yang kemudian menyebabkan kenaikan temperatur yang sangat tinggi. Proses pembakaran hidrokarbon secara sederhana yaitu campuran Bahan bakar hidrokarbon dengan Pengoksidasi akan menghasilkan produk pembakaran panas. Pengoksidasi yang paling sering digunakan yaitu udara karena tersedia dalam jumlah tak terbatas. Udara terdiri dari unsur O2 dan N2, dimana N2 merupakan unsur inert, yaitu tidak ikut bereaksi baik dengan bahan bakar maupun dengan O 2. Skema proses pembakaran sebagaimana Gambar 2. Bahan bakar Udara Panas GAMBAR 2. SKEMA PEMBAKARAN Gas buang Panas D. Daya Poros Daya yang berguna pada motor bakar torak adalah daya poros karena daya ini yang akan menggerakkan beban. Daya poros dibangkitkan oleh daya indikator. (Nuaink's, 2009;4-20) Sebagian daya indikator ini digunakan untuk mengatasi gesekan mekanik antara komponenkomponen yang saling bergesekan seperti torak dan dinding, poros dengan bantalan dan lain sebagainya. Selain itu pula daya indikator harus menggerakkan aksesori seperti pompa air, pompa pelumas, pompa bahan bakar, kipas pendingin dan generator. Dengan demikian besarnya daya poros adalah :. (1) dimana : Pe = Daya poros atau daya efektif [PS,kW]. Pi = Daya Indikator [PS,kW]. Pg = Daya gesek [PS,kW]. Pa = Daya aksesoris [PS,kW]. Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian Untuk mengetahui daya poros diperlukan alat ukur torsi atau dinamometer dan tachometer untuk mengukur putaran poros engkol. Data yang didapat dari pengukuran adalah torsi dan putaran, daya poros didapat dengan memasukkan data yang diperoleh ke persamaan (2)..(2) dimana : T = Momen putar [kgm] dan n = Putaran poros engkol [rpm] Hasil pengujian suatu motor bakar bensin pada bermacam-macam putaran dengan katup gas terbuka penuh sebagaimana Gambar 3.. GAMBAR.3. CONTOH HASIL PENGUJIAN MOTOR BAKAR TORAK PADA BERMACAM-MACAM PUTARAN DENGAN KATUP THROTTLE TERBUKA PENUH E. Dinamometer Dinamometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur torsi atau momen puntir poros output penggerak mula seperti motor bakar, motor listrik, turbin uap, turbin gas dan lain sebagainya. Tujuan pengukuran torsi ini adalah untuk menentukan besar daya yang bisa dihasilkan penggerak mula tersebut. Prinsip kerja dinamometer secara umum sebagaimana Gambar 4. GAMBAR 4. PRINSIP KERJA BRAKE DYNAMOMETER Rotor atau bagian yang berputar dihubungkan ke stator menggunakan kopling tak tetap seperti elektromagnetik, hidrolik atau gesekan mekanik, fungsi dari kopling ini untuk mengubah daya mesin menjadi bentuk daya lain agar mudah diukur. Rotor dan stator ini ditumpu oleh bantalan yang memiliki kerugian gesek kecil. Pada bagian stator terdapat 2 UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, Oktober 2014

Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian ISSN : 2089-2144 lengan dimana pada ujung lengan tersebut dipasang alat pengukur gaya. Bila rotor berputar maka stator akan ikut berputar akibat hubungan kopling tak tetap tadi, akan tetapi putaran stator ditahan oleh pengukur gaya yang dipasang pada ujung lengan dengan jarak tertentu dari sumbu putar. Pengukur gaya akan mengukur besarnya gaya F (kg) akibat torsi yang diberikan rotor ke stator. Torsi mesin diperoleh dengan mengalikan besar gaya pada ujung lengan dengan jarak x : T = Fx..(3) dimana : x = Panjang lengan (m) F = Gaya yang pada ujung lengan (kg) Daya (P) yang diberikan mesin ke dinamometer diperoleh dengan memasukkan torsi dan putaran yang didapat ke persamaan (2). (Nuaink's, 2009;4-20) III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu pengujian langsung memakai sarana laboratorium. Eksperimen dilakukan pada mesin Diesel Toyota sebagaimana Gambar 5, dengan spesifikasi: Model: 1VD-FTV Type: V8 DOHC 32 Valve Variable Geometry Intercooled Turbo Diesel Volume : 4,461 cc Perbandingan kompresi: 16,8:1 Sistem bahan bakar: Common Rail Direct Injection Power maksimum: 151 kw (202 HP) pada 3400 rpm Torsi maksimum 430 N m (317 lb ft) pada 1200-3200 rpm Silinder oversize 50 atau 0,5 mm. GAMBAR 5. MESIN 1VD Alat pengukur unjuk kerja (torsi) motor digunakan dynamometer merk Superflow. Eksperimen dilakukan dengan metode putaran berubah dengan beban pengereman berubah, untuk melihat daya dan torsi maksimum. Instalasi pengujian sebagaimana gambar 6. 1 Engine dynamometer 2 3 Nilai Daya Tachometer Nilai torsi GAMBAR 6. INSTALASI PENGUJIAN A. Prosedur Pengujian Prosedur pengujian dilakukan sebagai berikut: (1) Menghidupkan motor dengan standar pada putaran idle, menunggu motor sekitar 5 menit. (2) Mengatur bukaan gas pada kondisi full throttle. (3) Mencari data torsi dan daya mesin maksimum pada putaran menengah sampai tinggi. dengan melakukan pengereman hingga motor pada putaran menengah (2500 rpm), dan secara bertahap mengurangi pengereman sampai putaran motor menjadi 4000 rpm. Setiap interval 500 rpm, mencatat besar torsi dan daya yang ditunjukkan pada dinamometer. (4) Mengulangi percobaan hingga total percobaan 3 kali. (5) Melakukan percobaan yang sama untuk engine dengan oversize 50. B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Prosedur oversize Prosedur oversize dilakukan sebagai beikut: (1) Ukurlah diameter menggunakan cylinder bore gauge sebagaimana gambar 7. Pemasangan alat ukur harus tegak lurus dengan. Jika tidak, maka hasil pengukuran tidak akurat. GAMBAR 7. MENGUKUR DIAMETER SILINDER UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, Oktober 2014 3

ISSN : 2089-2144 Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian (2) Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang benar maka goyangkan batang cylinder bore hingga mendapatkan pengukuran terkecil. (3) Pengukuran diameter dilakukan pada arah sumbu x dan y, masing-masing pada 3 titik, yaitu bagian atas, tengah dan bawah sebagaimana gambar 8. Hal ini untuk memastikan tingkat keausan atau ketirusan/keovalan. Pengukuran bagian atas dan bawah diambil 10 12 mm dari permukaan atas dan bawah blok GAMBAR 8. MEMBACA PENGUKURAN DIAMETER SILINDER (4) Pembacaan diambil pada jarum panjang paling jauh bergerak ke arah kanan (5) Baca alat ukur dengan cermat. Jika A sebagaimana gambar 9 tidak sama dengan B maka dinyatakan oval. Jika ukuran atas tidak sama dengan ukuran bawah maka disebut tirus GAMBAR 10. MENGASAH SILINDER (7) Pasang tiang pengasah sedemikian rupa hingga pusat pengasah berada di dalam pusat cylinder bore (8) Hidupkan alat. Gerakkan alat ke atas dan ke bawah dengan gerakan pendek dengan berkonsentrasi. (9) Setelah pengasahan, block cylinder harus dicuci dengan air sabun yang panas. Bahan pelarut tidak selalu dapat menghilangkan sisa ampelas yang ada. Data Pengujian Data pengujian sebagaimana tabel 1 dan 2. TABEL 1. DATA PENGUJIAN PADA STANDAR PUTAR AN MESIN POWER TORSI (RPM) (HP) (LBS-FT) 2000 60.3 160 2500 98 196.1 2840 108.6 200.7 3035 114.5 198.1 3346 106.8 167.7 3711 98.1 138.8 3860 80 108.8 TABEL 2. DATA PENGUJIAN PADA OVERSIZE 50 GAMBAR 9. POSISI PENGUKURAN DIAMETER SILINDER (6) Setelah ukuran diameter standar diketahui, lakukan proses oversize. Oversize 50 berarti meningkatkan besarnya diameter sebesar 0,5 mm dari ukuran standar dengan alat pengasah (honing cylinder bore) sebagaimana gambar 10. PUTAR AN MESIN POWER TORSI (RPM) (HP) (LBS-FT) 2000 62.1 155 2500 100 185 2840 110.6 192 3035 116.6 196.9 3346 110 168 3711 99 130 3860 80 105 4 UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, Oktober 2014

Daya (HP) Torsi (lbs-ft) Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian ISSN : 2089-2144 Data tersebut selanjutnya dikelompokkan berdasarkan variabel yang dicari, yaitu variabel daya dan tosri pada engine standar dan oversize 50 sebagaimana tabel 3 dan 4. TABEL 3. DATA PENGUJIAN DAYA PADA STANDAR DAN OVERSIZE (HP) PUTARAN MESIN (RPM) STANDAR OVERSIZE 2000 60.3 62.1 2500 98 100 2840 108.6 110.6 3035 114.5 116.6 3346 106.8 110 3711 98.1 99 3860 80 81 TABEL 4. DATA PENGUJIAN TORSI PADA STANDAR DAN OVERSIZE (LB-FT) PUTARAN MESIN (RPM) STANDAR OVERSIZE 2000 160 155 2500 196.1 185 2840 200.7 192 3035 198.1 196.9 3346 167.7 168 3711 138.8 130 3860 108.8 105 Selanjutnya data daya dan torsi yang sudah dikelompokkan tersebut, dibuat grafik sebagaimana gambar 6 dan 7. 140 120 100 80 60 40 20 0 Grafik Daya vs Putaran Mesin standar 0 2000 4000 6000 Putaran (RPM) GAMBAR 6. GRAFIK MESIN VS PUTARAN oversize 50 Dari grafik pada gambar 6 terlihat bahwa pada mesin dengan standar, daya maksimum sebesar 114.5 HP tercapai pada putaran 3035 rpm, sedangkan pada mesin dengan oversize 50, pada putaran 3035 rpm daya maksimum sebesar 116.6 HP. Terjadi kenaikan daya mesin sebesar 1,1 HP atau 0,96 %. Bila dibandingkan, antara engine yang menggunakan standar dengan engine yang menggunakan oversize 50, maka terlihat bahwa pada engine oversize 50 mengalami kenaikan nilai daya. Hal ini terjadi karena dengan oversize, maka berarti volusi/isi menjadi lebih besar, yang artinya jumlah bahan bakar dan udara yang bisa dimasukkan ke lebih besar, sehingga daya meningkat. Kenaikan daya yang relatif kecil tersebut dapat difahami karena sebenarnya ukuran diameter yang sesungguhnya itu tidaklah tepat sesuai dengan spesifikasinya, tetapi sedikit dibawah spesifikasi, sehingga walaupun diameter diperbesar sampai maksimum oversize 100, maka daya maksimumnya pun tidak akan melebihi daya maksimum dengan spesifikasinya. Misalnya mesin dengan spesifikasi volume 1000 cc, maka volume aktualnya adalah 989 cc. Jika mesin tersebut dioversize, maka kenaikan volume nya tidak akan melebihi 1000 cc, sehingga kenaikan nilai dayanya juga tidak akan melebihi daya spesifikasi. Demikian juga dengan mesin yang volume nya 4500 cc, maka volume aktualnya juga 4500 cc, yaitu hanya 4.461 cc, sehingga kenaikan dayanya relatif kecil setelah dioversize. Selain itu, karena baru dioversize, maka faktor gesekan juga meningkat, sehingga memperkecil kenaikan daya porosnya. 250 200 150 100 50 0 Grafik Torsi vs Putaran Mesin 0 1000 2000 3000 4000 Putaran (RPM) standar GAMBAR 7. GRAFIK TORSI VS PUTARAN oversize 50 Dari grafik pada gambar 7 terlihat bahwa pada mesin dengan standar, torsi maksimum sebesar 200,7 lb-ft tercapai pada putaran 2840 rpm, UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, Oktober 2014 5

ISSN : 2089-2144 sedangkan pada mesin dengan oversize 50, torsi maksimum sebesar 196,9 tercapai pada putaran 3035 rpm. Pada putaran 3035 rpm, torsi mesin dengan standar sebesar 198,1 lb-ft. Terjadi penurunan torsi mesin sebesar 1,2 lb-ft atau 0,61%. Nilai torsi ssebuah mesin sangat mempengaruhi dayanya. Daya merupakan hasil kali torsi dengan kecepatan sudut putar. Pada putaran yang sama, semakin besar nilai torsi, maka daya juga meningkat. Pada gambar 7 diatas, nilai torsi justru turun sebesar 0,61%. Hal ini faktor gesekan pada mesin yang baru dioversize mengalami peningkatan, sehingga hambatan-hambatan mesin saat berputar meningkat dan menurunkan torsi. IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasar pembahasan terhadap hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa, dengan pembesaran diameter (oversize 50), nilai daya meningkat sebesar 1,1 HP dari semula 114,5 HP menjadi 116,6 HP. Peningkatan daya hanya 0,96%. Kenaikan tersebut relatif kecil, karena dengan oversize faktor gesekan mesin akibat penggantian dan piston baru juga meningkat. Oversize bukanlah cara terbaik untuk meningkatkan daya mesin, namun lebih tepat sebagai Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian metode untuk mengembalikan performa atau daya mesin pada spesifikasinya setelah mengalami keausan/kerusakan. V. DAFTAR PUSTAKA [1] Kiswati, Rini Endang, 2014, Cara Over-Size Piston, [Online],Available: http://www.google.com, diakses pada 10 Maret 2014. [2] Lopez, Agustavo Fabian, 2014, Apa yang dimaksud dengan Over-Size, [Online],Available: http://www.google.com, diakses pada 10 Maret 2014. [3] Midiani, Ike, Pengaruh Penambahan Inhibitor CO2 terhadap Batas Mampu Nyala LPG sebagai Refrigeran Alternatif, Tesis Universitas Brawijaya, Malang, 2010. [4] Nuaink's, 2009. Teori dan Dasar Perancangan Brake Dynamometer Tipe Cakram, Tugas Akhir, [Online], Available: http://www.dynamometer.html, diakses pada 5 April 2012 [5] Victory, Pandji Theoseta, 2012, Oversize Sendiri Mesin Motormu, [Online], Available: http://www.google.com, diakses pada 10 Maret 2014. [6] Wardana, I.N.G, Bahan Bakar dan Teknologi Pembakaran, Cetakan Pertama, Danar Wijaya Brawijaya University Press, Malang, 2008. 6 UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, Oktober 2014