BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. beratnya latihan dan kontak badan antar pemain bertumpu pada fisik. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Maka dengan kasus tersebut manusia dapat melakukan aktivitasnya seharihari

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, Bab 1 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis.

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PASKA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN POST

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI, NO 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan. Harapan Hidup (UHH). Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. bisa bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriceps dan atropi otot.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. Upaya dalam pembangunan kesehatan ditunjukkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan akan terjadi pada tubuh sejalan dengan semakin meningkatnya usia manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada semua organ dan jaringan tubuh. Semakin bertambahnya usia maka setiap bagian tubuh manusia tersebut akan semakin mudah untuk mengalami gangguan gerak dan fungsi tubuh sehingga dapat menurunkan kualitas kehidupan manusia dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Pengertian sehat menurut UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, Bab I Pasal I adalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Keadaan sehat bukanlah merupakan keadaan statis, tetapi merupakan keadaan yang dinamis, dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat melaksanakan kehidupannya secara optimal. Keadaan di sehat dapat berubah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti umur, psikis dan keadaan lingkungan sosial individu. Istilah kesehatan dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal mampu dikatakan sehat. Dan kebanyakan orang mengatakan jika badannya merasa segar dan nyaman itu 1

2 pun mampu dikatakan sehat. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Jika seseorang terganggu kesehatannya maka aktifitasnya pun pasti ikut tergangu, oleh karena itu kesehatan sangatlah penting. Namun dalam melakukan aktifitas sehari hari seperti bekerja seseorang cenderung tidak memperhatikan kesehatannya melainkan lebih memfokuskan terhadap tujuan yang ingin mereka capai, misalkan aktivitas sehari-hari yang bersifat menumpu berat badan secara terus-menerus dengan posisi berdiri dalam jangka waktu yang lama. Keadaan tersebut mengakibatkan beban tubuh yang di terima oleh lutut akan berlebihan sehingga akan mengganggu gerak dan fungsi tubuh manusia itu sendiri. Aktifitas yang sering dilakukan manusia yaitu salah satunya menggunakan sendi-sendi di seluruh tubuh yang bertujuan adalah agar sendi tidak kaku, adanya nutrisi pada jaringan itu sendiri dan tentunya faktor ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup seseorang. Akan tetapi, dampak negatif dari aktifitas yang terus menerus menggunakan sendi-sendi akan terjadi pergesekan atau ketidak stabilan ligament pada sendi secara terus-menerus. Sendi lutut sebagai salah satu bagian dari sistem muskuloskeletal yang sering mengalami gangguan fungsi sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang.

3 Terkadang, beberapa individu sering mengabaikan nyeri lutut yang dialami, terlebih bila nyeri lutut tersebut hilang timbul. Biasanya pasien baru menyadari saat nyeri dilutut yang dirasakannya itu sudah memasuki masa kronis. Sehingga membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk proses penyembuhannya. Dalam anatomi manusia, lutut adalah sendi yang menghubungkan femur dan tibia. Dan persendian pada lutut termasuk dalam jenis send synovial (synovial joint), yaitu sendi yang mempunyai cairan sinovial yang berfungsi untuk membantu pergerakan antara dua buah tulang yang bersendi agar lebih leluasa. Secara anatomis persendian ini lebih kompleks dari pada jenis sendi fibrous dan sendi cartilaginosa. (Lumongga, 2004) Chondromalacia patella atau Patellofemoral Syndrome adalah suatu patologi adanya kerusakan pada kartilago patella, dimana terdapat pelunakan atau pengkikisan dan kekerasan dari kartilago yang ditandai dengan adanya nyeri pada bagian depan dari lutut terutama saat menekuk. Kekasaran atau kerusakannya dapat berubah dari ringan menjadi berat. Chondromalacia Patella menggambarkan perubahan yang terjadi pada lapisan kartilago pada ujung tulang dimana fungsinya menrun dan terjadi degenerasi. Chondromalacia di dapat dari cedera pada kartilago yang masih sehat atau respon terhadap pembebanan yang berlebihan pada kartilago. Beberapa penyebab yang telah diketahui seperti injury atau cidera pada lutut, terjadi karena adanya penggunaan atau pembebanan yang berlebihan pada lutut, mal alignment pada lutut, gangguan mekanik (trauma langsung atau

4 tidak langsung) kecacatan genu valgus atau genu varus, umur, over weight, over dan proses degenerasi. (references Rujito 2004) Pada kasus chondromalacia patella memiliki tingkat prevalensi 36,2%. Jumlah penderita wanita lebih banyak dibandingkan pria ( Jie, 2010). Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti berat badan. Wanita cenderung lebih banyak mengalami kegemukan dibandingkan pria. Karena kegemukan dapat meningkatkan beban lutut pada individu tersebut. Sendi Lutut ( knee) Salah satu bagian yang kompleks dan terpenting. Sendi lutut didesain untuk ambulansi dan stabilisasi saat melakukan aktifitas bekerja, kuliah dan olahraga yang beresiko cidera dan mengakibatkan nyeri lutut. Sendi lutut itu sendiri merupakan salah satu sendi yang langsung menerima tekanan dari berat badan. Fungsi dari sendi lutut itu sendiri adalah mempertahankan tegak tubuh, stabilisasi serta meredam tekanan. Dengan fungsi sendi lutut seperti itu dapat dibayangkan berapa besar beban tubuh yang harus ditanggung oleh setiap sentimeter persegi permukaan sendi lutut. Nyeri lutut adalah keluhan yang paling sering diutarakan oleh individu yang bekerja atau kuliah di lantai atas suatu gedung yang tidak memiliki elevator yang memadai. Keluhan lain diantaranya, ketika akan duduk, setelah duduk lama dan naik turun tangga. Atau pada atlet dari beberapa cabang olahraga, seperti basket dan sepakbola, pesenam, pendayung, pemain tenis, penari balet, penunggang

5 kuda, pemain voli, dan pelari sangat beresiko mengalami nyeri lutut, atau pada individu yang memiliki berat badan berlebih dan berusia lanjut. Karena rawan sendi menipis secara tidak langsung menyebabkan ligamen sekitar yang fungsinya sebagai stabilisator menjadi kendur dan unstable sehingga menyebabkan patella tidak terfiksasi pada tempatnya. Kadang posisi patella ini dapat meleset ke bagian dalam lutut dan menekan serabut saraf yang ada di sekitar seperti tulang subkondral dan kapsul sendi yang banyak mengandung serabut saraf sehingga menimbulkan nyeri pada saat terjadi gerakan. Dengan demikian chondromalacia patella merupakan suatu patologi yang kompleks sehingga dapat menghambat seseorang dalam melakukan aktifitasnya dan perlu dilakukan penanganan secara tepat, efektif dan efisien agar dapat mengembalikan gerak fungsional. Oleh karena itu fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang berkompeten dan profesional dalam memaksimalkan gerak dan fungsi seseorang harus mampu memilih dan mengidentifikasi patologi yang terjadi dengan melakukan pemeriksaan spesifik yang tepat dan menerapkan jenis treatmen sesuai dengan patologi yang terjadi. Sehingga peran fisioterapi sangat bermanfaat untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan gerak dan fungsi individu pun dapat terwujud. Dalam hal ini fisioterapi memegang peranan penting untuk menangani masalah gangguan gerak fungsional yang terjadi pada kasus tersebut, karena fisioterapi merupakan tenaga kesehatan yang menangani gerak dan fungsi manusia, yang

6 merujuk kepada KEPMENKES 1363 tahun 2001 BAB I, pasal 1, ayat 2 dicantumkan bahwa : Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik elektroterapeutik dan mekanik), pelatihan fungsi, dan komunikasi. Lingkup pelayanan fisioterapi diterapkan pada dimensi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan cakupan pelayanan sepanjang rentang kehidupan manusia sejak praseminasi sampai ajal. Promotif adalah mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan bagi individu dan masyarakat umum. Sedangkan preventif adalah upaya pencegahan terhadap gangguan, keterbatasan fungsi, ketidak mampuan individu yang berpotensi untuk mengalami gangguan gerak dan fungsi tubuh akibat faktor-faktor kesehatan/sosial ekonomi dan gaya hidup. Kuratif dan rehabilitatif adalah memberikan intervensi untuk pemulihan integritas sistem tubuh yang diperlukan untuk pemulihan gerak, memaksimalkan fungsi, meminimalkan ketidak mampuan dan meningkatkan kualitas hidup individu dan kelompok yang mengalami gangguan gerak akibat keterbatasan fungsi dan kecacatan. Q angle memberikan informasi bagaimana otot paha fungsi untuk memindahkan lutut dan juga bagaimana gerak patella dalam alur sendi lutut. Patella normal harus bergerak ke atas dan ke bawah dalam alur dengan fleksi dan

7 ekstensi lutut. Bila Q angle berlebihan, tempurung lutut cenderung tidak sejajar dan akan menyebabkan keausan (degenerasi) dari tulang rawan di belakang tempurung lutut. Q angle biasanya diukur dalam keadaan berdiri yaitu sekitar 15 derajat dan jika sudutnya lebih dari itu dianggap sebagai faktor risiko untuk cedera lutut. Wanita cenderung memiliki Q angle lebih besar karena panggul yang lebih lebar dibandingkan dengan laki-laki. Q angle adalah garis yang diukur dari Spina Iliaca Anterior Superior dan garis dari patella pertengahan hingga tuberculum tibialis ketika lutut dalam ekstensi penuh. Q angle untuk laki-laki adalah 14, sedangkan untuk perempuan adalah 17. Q angle yang lebih besar dari rata-rata dapat menunjukkan sudut patella yang abnormal. Pada penelitian ini, penulis memilih untuk penanganan pada penderita chondromalacia patella. Fisioterapi akan memberikan beberapa langkah treatment, seperti dengan memberikan penguatan otot-otot penggerak lutut seperti m.quadriceps, dan penambahan kinesiotaping untuk perbaikan Q Angle. Otot-otot penggerak lutut seperti quadriceps merupakan otot pada sendi lutut yang berfungsi sebagai stabilisasi aktif sendi lutut, dan juga berperan dalam pergerakan sendi yaitu gerakan ekstensi lutut yang digunakan dalam aktifitas berjalan, lari, melompat, menendang dan lain sebagainya. Otot quadriceps merupakan otot yang memiliki kekuatan melebihi kekuatan otot-otot ekstensor yang ada, oleh karena itu otot ini memerlukan kekuatan yang maksimal agar dapat

8 melakukan fungsinya dengan sempurna sehingga dapat dihasilkan performance otot yang tinggi. Selain itu otot quadriceps yang kuat juga dapat mencegah terjadinya cidera saat melakukan aktivitas. Penggunaan kinesiotaping untuk perbaikan alur gerak patella sangat diperlukan untuk mengurangi nyeri terutama pada bagian medial dan anterior patella. Kinesiotaping adalah adalah modalitas tambahan yang digunakan dalam kasus chondromalacia patella ini. Metode ini dipilih karena dalam kondisi chondromalacia patella terjadi mal alignment patella (alur gerak patella yang salah) juga terjadi kelemahan otot quadriceps. Kinesiotaping digunakan untuk memfiksasi patella agar tetap pada tempatnya juga untuk menstimulasi otot quadriceps. Kekakuan pada otot itu disebabkan oleh aktivasi reseptor nyeri oleh peradangan lokal. Jika Anda mengalami sebuah kecelakaan, bengkak atau memar terjadi setelah itu. Dalam kasus ini, kinesiotaping bekerja untuk mengurangi pembengkakan, meningkatkan sirkulasi, melepaskan beberapa fasia, dan mengurangi rasa sakit dengan memberikan tekanan dari reseptor rasa sakit. Kinesiotaping itu diaplikasikan langsung pada otot ketika otot teregang. Ketika otot relaks pita taping memberikan tarikan pada kulit yang kadang-kadang dapat dilihat sebagai kerutan kecil di kinesiotaping itu sendiri. Kinesiotaping yang fleksibel (dapat meregang 130-140% dari panjang aslinya) dan diterapkan ketika

9 otot ditarik ke kisaran akhir ini tidak mempengaruhi fleksibilitas atau berbagai gerakan. (Dr.Kenzo Kase, 2011) Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat topik di atas dalam bentuk penelitian dan memaparkannya dalam bentuk skripsi dengan judul Penambahan Pemberian Kinnesiotapping pada Latihan Stabilisasi Lebih Baik Memperbaiki Q Angle pada Chondromalasia Patella. B. Identifikasi Masalah Ketika seseorang melakukan aktifitas dalam jangka waktu yang lama dengan posisi yang menetap maka beban kerja yang diterima oleh tubuh akan berlebihan sehingga akan mengakibatkan ketegangan pada otot yang akan menimbulkan nyeri. Demikianlah yang terjadi pada kondisi Chondromalacia patella. Chondromalacia patella adalah sindroma yang disebabkan oleh karena adanya tekanan dan hantaman yang terjadi secara berulang pada tulang rawan di bagian caudal patella sehingga menyebabkan terjadinya peradangan, pelembekan dan pengelupasan pada tulang rawan di bagian caudal patella serta menyebabkan timbulnya nyeri pada bagian depan lutut. Cidera yang terjadi akan menyebabkan erosi pada permukaan tulang rawan sendi diikuti dengan penebalan tulang subkondral sehingga timbul osteofit dan menyebabkan iritas jaringan. Permukaan caudal dari patella, ditutupi dengan lapisan tulang rawan halus. Tulang rawan ini biasanya bergerak mudah di lutut selama kelenturan dari sendi lutut baik. Namun,

10 pada beberapa individu, tempurung lutut bergesekan cenderung ke satu sisi sendi lutut, dan permukaan tulang rawan menjadi teriritasi dan menipis. Karena rawan sendi menipis secara tidak langsung menyebabkan ligamen sekitar yang fungsinya sebagai stabilisator menjadi kendur dan unstable sehingga menyebabkan patella tidak terstabilisasi pada tempatnya. Kadang posisi patella ini dapat meleset ke bagian dalam lutut dan menekan serabut saraf yang ada di sekitar seperti tulang subkondral dan kapsul sendi yang banyak mengandung serabut saraf sehingga menimbulkan nyeri pada saat terjadi gerakan. Karena problem utama pada Chondromalacia Patella adalah kelebihan berat badan, beban tubuh yang berlebihan maupun trauma yang berulangi maka tretmant yang digunakan adalah penguatan dan memberi fasilitasi patella agar tidak terjadi trauma berkepanjangan. Untuk menangani masalah yang terjadi pada kasus chondromalacia patella, maka disusunlah sejumlah treatment untuk mengurangi nyeri pada kasus ini. Diantara lain penguatan otot-otot quadriceps, dan penambahan kinnesiotaping untuk perbaikan alur gerak patella yang dapat mempercepat pemulihan, mengurangi nyeri dan mengembalikan fungsi lutut menjadi normal kembali. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

11 1. Apakah pemberian latihan stabilisasi dapat memperbaiki Q angle pada chondromalacia patella? 2. Apakah penambahan pemberian kinnesiotapping pada latihan stabilisasi dapat memperbaiki Q angle pada chondromalacia patella? 3. Apakah penambahan pemberian kinnesiotapping pada latihan stabilisasi lebih baik memperbaiki Q angle pada chondromalacia patella? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui penambahan pemberian kinnesiotapping pada latihan stabilisasi lebih baik memperbaiki Q angle pada kasus chondromalasia patella. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui Pengaruh Latihan Stabilisasi Terhadap Perbaikan Q Angle pada Chondromalasia Patella. b. Untuk mengetahui penambahan pemberian kinnesiotapping pada latihan stabilisasi lebih baik memperbaiki Q angle pada chondromalasia patella. E. Manfaat Penelitian

12 1. Bagi Peneliti Bagi peneliti diharapkan dengan adanya penelitian ini akan memberikan manfaat dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan fisioterapi pada pasien yang mengalami keluhan nyeri pada akibat chondromalasia patela, dimana peneliti mengaplikasikan tehnik Kinnesiotapping pada Latihan Stabilisasi terhadap pebaikan Q Angle. 2. Bagi Institusi pendidikan Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan informasi untuk program fisioterapi mengenai chondromalasia patelaris dan sebagai bahan pembanding serta referensi untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi Institusi Pelayanan Fisioterapi Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada fisioterapis tentang penanganan pada chondromalasia patellaris dan sebagai referensi tambahan untuk mengetahui intervensi fisioterapi terhadap kondisi chondromalasia patellaris dengan pemberian Kinnesiotapping pada Latihan Stabilisasi terhadap pebaikan Q Angle. 4. Bagi masyarakat Dengan penelitian ini diharapkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat dan bermanfaat mengenai chondromalasia patellaris.