Uji Cemaran melalui Koefisen Nilai Nutrisi di Sungai Kota Mojokerto. Pollution Test Nutrition Value Coeficient Through in the River Mojokerto Town

dokumen-dokumen yang mirip
Dosen Prog.Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat 2. Mahasiswa Prog.Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

METODE PENELITIAN. penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar 12. dengan bulan Juli 2016, dapat dilihat Lampiran 6 Tabel 5.

BAB 2 BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

III. METODE PENELITIAN

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

3. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen sungguhan) dengan desain pretest-posttes dengan kelompok

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

Oleh : Putri Paramita ( )

TUGAS AKHIR (SB )

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

PEMANFAATAN TUMBUHAN IRIS AIR (Neomarica gracillis) SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI AIR LIMBAH RUMAH TANGGA ABSTRAK

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus.

BAB 2 BAHAN DAN METODE

Gambar 3.1 Desain Penelitian Sumber : Dokumen Pribadi

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Hasil Pertanian

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

PENENTUAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN TIGARAS KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

III. METODE PENELITIAN

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015.

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB I PENDAHULUAN. akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

Transkripsi:

SP-017-6 Ambarwati, et al. Uji Cemaran Melalui Koefisen Nilai Nutrisi Di Sungai Kota Mojokerto Uji Cemaran melalui Koefisen Nilai Nutrisi di Sungai Kota Mojokerto Pollution Test Nutrition Value Coeficient Through in the River Mojokerto Town Anjar Rizki Ambarwati 1, *, Nurul Mahmudati 2, Roimil Latifah 3 Jurusan Pedidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas, Indonesia Email: anjar.rizkiambarwati@gmail.com Abstract: Keywords: Mojokerto merupakan kota dengan jumlah penduduk yang padat dengan ekonomi yang sedang berkembang. Permasalahan mayarakat perkotaan adalah kekurangan pasokan air bersih yang diakibatkan pencemaran air khusunya air sungai. Sungai sebagai salah satu komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan manusia. Seiring berkembangnya jaman, sungai mengalami pergeseran fungsi yang digunakan masyarakat sebagai media pembuangan sehingga terjadi masukan bahan pencemar. Lokasi penelitian berada ditengah kota Mojokerto. Sumber cemaran lokasi yang yang digunakan sebagai penelitian berasal dari limbah domestik (lokasi A) dan limbah industri (lokasi B). Penelitian sebelumnya tahun 2008 yang diselenggarakan oleh dinas Lingkungan Hidup Kota Mojokerto, kedua sungai tersebut berstatus tercemar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status perairan sungai Kota Mojokerto melalui bioindikator koefisen nilai nutrisi ikan yang ditunjang dengan data pendukung berupa parameter fisika (suhu, TSS, dan TDS ) dan kimia (ph, BOD, COD) perairan. Acuan yang digunakan untuk menentukan status perairan melalui parameter fisika dan kimia perairan adalah PP Nomor 82 Tahun 2001. Pengambilan sampel ikan dilakukan pada empat titik dimasingmasing lokasi penelitian, dimana titik kedua sebagai sumber pencemar. Pengukuran koefisien nilai nutrisi ikan dihitung menggunakan rumus berat tubuh ikan (dalam gram) dikalikan 100 dibagi panjang tubuh tubuh ikan (dalam cm) pangkat 3. Penentuan tercemar atau tidaknya lokasi tersebut ditinjau dengan kategori 1,7 adalah tidak tercemar, 1,30 1,69 adalah tercemar, 0,90 1,29 adalah tercemar ringan, 0,50 0,89 adalah tercemar sedang, dan 0,49 adalah tercemar berat. Hasil perhitungan selanjutnya dilakukan uji beda (T-tes) indepentedent sampel T test. Penentuan status perairan dapat dilihat dari hasil perhitungan dan ditinjau menggunakan tabel. Hasil pengukuran koefisien nilai nutrisi dari kedua sungai didapatkan hasil dilokasi A pada titik ke satu (1,7) dan dua (1,8) tidak tercemar, sedangkan tiga (1,6) dan empat (1,6) berstatus tercemar. Lokasi B hasil pengukuran koefisien nilai nutrisi dari keempat titik (1,45; 1,35; 1,5; 1,45) sungai didapatkan hasil berstatus tercemar. Berdasarkan pengukuran koefisien nilai nutrissi dan tinjauan parameter fisika dan kimia perairan, didapatkan hasil lokasi disungai A adalah tidak tercemar dan lokasi sungai B adalah tercemar. Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai acuan pengendalian pencemaran khususnya pihak masyarakat umum dan pihak industri Koefisen Nilai Nutrisi, Uji Cemaran, dan Status Perairan 1. PENDAHULUAN Permasalahan utama masyarakat perkotaan adalah kekurangan pasokan air bersih yang diakibatkan meluasnya industri sehingga mengurangi sumber air alami (Kshiragar, 2013). Ketidakseimbangan antara sumber air alami dengan populasi masyarakat yang terus mengalami pertumbuhan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas air sehingga menyebabkan pencemaran air. Perairan yang tercemar mengandung zat atau bahan tambahan yang merubah struktur alami air. Dampak pencemaran air menyebabkan timbulnya penyakit pada tumbuhan dan hewan perairan. Penggunaan air sebagai pemenuh kebutuhan hidup yang berkelanjutan jangka panjang mengakibatkan perubahan yang sangat cepat dan sulit untuk dikendalikan (Li, et al. 2010). Seiring berkembangnya jaman, sungai mengalami pergeseran fungsi yang digunakan masyarakat sebagai media pembuangan sehingga terjadi masukan bahan pencemar. Materi pencemar air sungai berasal dari limbah non domestik maupun domestik. Limbah non domestik seperti limbah yang dihasilkan dari industri, Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015 809

pertanian, peternakan, dan transportasi. Limbah domestik seperti limbah dari rumah tangga, perkantoran, pertokoan, pasar, jalan, terminal, dan rumah sakit (Yudo, 2010). Pencemaran dapat diketahui menggunakan indikator diantaranya fisika, kimia dan biologi. Kelompok organisme yang dapat digunakan sebagai indikator diantaranya bakteri, jamur, protozoa, alga, tumbuhan tingkat tinggi, makro invertebrata dan ikan (Kshirsagar, 2013). Ikan sebagai bioindikator kualitas lingkungan perairan dikarenakan ikan sebagai rantai makanan terakhir pada komunitas perairan. Biota air baik tumbuhan dan hewan sebagai bahan makanan ikan, menerima dan menyimpan bahan pencemar. Berdasarkan sumber makanan tersebut, ikan yang hidup diperairan tercemar akan menerima residu bahan pencemar dan berakibat mengalami beberapa gangguan biologik yang berupa kematian atau paling tidak kelainan struktural maupun fungsional ke arah abnormal (Alkassabeh,et al. 2009). Menurut Pratiwi (2010) kelainan struktural dan fungsional pada ikan dapat diukur dengan menghitung koefisien nilai nutrisi. Koefisien nilai nutrisi merupakan nilai penentu indeks nutrisi pada organisme untuk menentukan nilai kecukupan asupan gizi yang telah dikonsumsi. Beberapa kriteria status perairan ditinjau dari nilai koefisien nutrisi ikan diantaranya, 1,70 adalah tidak tercemar, 1,30 1,69 adalah tercemar, 0,90 1,29 adalah tercemar ringan, 0,50 0,89 adalah tercemar sedang, dan 0,49 adalah tercemar berat (Tandjung (1982) dalam Sunarto (2007) dalam Rahman dan Lisa Watun Khairoh, 2012). 2. BAHAN DAN METODE 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Lokasi yang diteliti adalah aliran sungai Kota Mojokerto. Penelitian dilakukan di dua aliran sungai yaitu saluran air Jalan Kuwung dan Jalan Kedung Sari. Titik yang pertama adalah saluran air Jalan Kuwung dengan jenis sumber pencemar terbesar berasal dari limbah domestik dan yang kedua Jalan Kedungsari dengan jenis sumber pencemar terbesar berasal dari limbah industri. Setiap saluran air pada kedua lokasi penelitian dipantau dengan empat titik dengan jarak 500 meter tanpa pengulangan. Tidak dilakukanya pengulangan karena pada keempat titik pantau pada aliran sungai yang sama sudah termasuk pengulangan. 2.2 Lokasi Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Gambar 1. Kota Mojokerto Alat dan bahan yang digunakan adalah toples, botol, kertas label, pipet tetes, buret, aquaes, H2SO4, Indikator Fenoltalein, Larutan KMnO4, mikroba, Es batu, ph bufer, ikan dari perairan sungai (ikan sepat), air sungai. 3. PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGUKURAN PARAMETER FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI AIR DI SUNGAI KOTA MOJOKERTO Pengambilan sampel air yang digunakan untuk pengujian Fisika dan Kimia dilakukan satu kali dalam sehari. Pengambilan sampel air diikuti dengan penangkapan ikan yang ada dilokasi tersebut. Pengambilan sampel dilakukan pada jam 06.00-08.00 dan Air yang digunakan untuk sampel diambil dengan cara memasukkan botol kealiran sungai dengan kedalaman 50 cm dibawah permukaan sungai kemudian diangkat dan disimpan pada box pendingin. Air yang telah berada dalam botol diberi label sesuai dengan lokasi pengambilan. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan cara masuk dalam aliran sungai dan mengaduk-aduk endapan yang berada didasar sungai, lalu mengarahkan aliran air menuju jaring ikan yang telah diposisikan secara vertikal maupun horizontal. Ketentan penggunaaan sampel ikan dengan ukuran minimal ± 3 cm. 810 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya

3.1 Pengukuran Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Perairan Contoh air yang diambil kemudian dimasukkan ke dalam botol contoh dan diletakkan pada box pendingin. Analisis parameter seperti suhu dilakukan secara insitu langsung pada lokasi, sedangkan untuk pengukuran indeks nilai nutrisi ikan dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang, sedangkan pengukuran BOD, COD dan TSS dilaksanakan di Laboratorium Jasa Tirta I Kota Mojokerto, sedangkan untuk pengukuran ph dan TDS dilakukan di Laboratorium Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang. Berikut adalah prosedur pengukuran parameter kima (ph, BOD, COD), fisika (suhu, TSS, dan TDS) dan biologi (koefisien nilai nutrisi ikan) pada penelitian ini. 3.1.1 Derajat keasaman (ph) Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan ph test. ph test dinetralkan hingga menunjukkan skala 7 menggunakan ph buffer. Pengukuran ph dicelupkan dalam air sampel, kemudian langsung dibaca sesuai dengan angka yang tertera pada ph test, dimana angka tersebut merupakan ph air yang diukur. 3.1.2 COD (Chemical Oxygen Demand) Sampel air yang terdapat pada botol diawetkan dengan meletakkan atau di box pendingin. Pengukuran menggunakan COD test dilaksakan di Laboratorium Jasa Tirta I Kota Mojokerto. Pengujian dilakukan dengan mencelupkan alat ukur tersebut sedalam 10 cm dari permukaan air. Angka yang tertera pada alat test merupakan nilai COD dari perairan. 3.1.3 Biologycal Oxigen Demand (BOD) Sampel air yang terdapat pada botol langsung dibawa ke Jasa Tirta I kota Mojokerto untuk dilakukan uji. Air yang dugunakan sebagai uji BOD, ditambahkan mikrobioligi sebanyak 5 ml kemudian didiamkan selama 5 hari. Memasuki hari ke 5 dilakukan pengukuran kandungan BOD menggunakan alat BOD test. Angka yang tertera pada alat test merupakan nilai BOD dari perairan. 3.1.4 Suhu Pengukuran suhu dilaksanakan secara insitu pada masisng-masing titik penelitian. Pengukuran suhu menggunakan atat termometer batang. Angka yang ditunjukkan oleh air raksa pada termometer menunjukkan besarnya suhu yang berada di lokasi tersebut. 3.1.5 Total Suspended Solid (TSS) Pengukuran Total Suspended Solid (TSS) menggunakan air yang telah disimpan pada box pendingin pada suhu 2 o C - 4 o C. Pengukuran TSS dengan cara menyiapkan kertas saring. Oven kertas tersebut selama 1 jam pada suhu ± 105 o C dan dinginkan kertas didalam desikator selama 30 menit. Timbang kertas yang telah di oven menggunakan timbangan analitik. Langkah selanjutnya mengocok sampel air yang ada dibotol kemudian saring menggunakan kertas yang telah dioven dan ditimbang, menuangkan air sempel sebanyak 100 ml air menggunakan corong gelas. Kertas saring diuapkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam. Kertas saring yang telah dioven didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Timbang kertas saring pada timbangan analitik hingga diperoleh berat konstan (selisih berat awal dan akhir tidak lebih dari 0,05 gr) antara berat awal sebelum penyaringan dan berat akhir setelah penyaringan. 3.1.6 Total Disolved Solid (TDS) Pengukuran TDS dilaksanakan di Laboratorium Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang. Pengukuran TDS menggunakan alat TDS test. Angka yang ditunjukkan oleh TDS test menunjukkan besarnya kandungan TDS yang berada di lokasi tersebut. 3.1.7 Koefisien Nilai Nutrisi Ikan Perhitungan koefisien nilai nutrisi ikan sampel merupakan bagian dari analisis biometri yaitu perhitungan yang dilakukan dengan menghubungkan panjang dan berat ikan (Fachrul, 2012). Perhitungan koefisien nilai nutrisi digunakan untuk mengetahui status nutrisi asupan pada ikan. Perhitungan koefisien nilai nutrisi ikan diukur berat tubuh ikan (dalam gram) dikalikan 100 dibagi panjang tubuh tubuh ikan (dalam cm) pangkat 3. Pengukuran panjang ikan dimulai dari ujung kepala (moncong) sampai ujung sirip ekor (pina caudalis) yang terentang normal dan ikan dalam keadaan hidup. Pengukuran ikan harus dalam keadaan hidup (Lucky, 1977 dalam Pratiwi, 2010). Berat tubuh (gram)x 100 Koefisien Nilai Nutrisi: Panjang tubuh (cm) 3 Hasil yang didapat akan menentukan tingkat pencemaran sungai dengan mengacu pada nilai kualitas perairan. No. Koefisien Nilai Tingkat Pencemaran Nutrisi 1 1,70 Tidak tercemar 2 1,30 1,69 Tercemar 3 0,90 1,29 Tercemar Ringan Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015 811

No. Koefisien Nilai Tingkat Pencemaran Nutrisi 4 0,50 0,89 Tercemar Sedang 5 0,49 Tercemar Berat Sumber: Tandjung (1982) dalam Sunarto (2007) dalam Rahman dan Lisa Watun Khairoh, 2012 sungai di lokasi A maupun lokasi B masih termasuk dalam ambang batas normal sesuai dengan batas maksimum mutu air PP RI No. 82 Tahun 2001 badan air kelas III. Hasil pengukuran koefisien nilai nutrisi (tabel 3) menunjukkan lokasi A titik I dan II tidak tercemar sedangkan lokasi B pada keempat titik adalah tercemar. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia sungai Kota Mojokerto (tabel 2) menunjukkan kualitas Tabel 2.Hasil Pengukuran Parameter Fisika Kimia No. Parameter Air Fisika dan Kimia Lokasi A Tabel 3.Hasil Pengukuran Koefisien Nilai Nutrisi Ikan Lokasi B A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 1. Fisika Suhu (C) 28º 29º 28º 27º 26º 27º 27º 27º TSS 74 68 68 74 82 168 210 222 (mg/l) TDS 0,37 0,37 0,35 0,35 0,42 0,43 0,42 0,45 2. Kimia ph 7,0 7,0 7,1 7,1 6,9 6,8 6,8 6,9 BOD 5,35 4,22 7,65 4,58 14,89 16,99 12,96 12,32 COD 21,95 19,13 18,20 18,27 33,98 46,17 42,65 26,62 No. Lokasi Penelitian Hasil Perhitungan Koefisien Nilai Nutrisi 1. A1 A1.1 2,1 A1.2 2,2 A1.3 2,0 A1.4 1,7 1,7 (tidak tercemar) 2. A2 A2.1 1,5 A2.2 1,9 A2.3 1,5 A2.4 2,3 1,8 (tidak tercemar) 3. A3 A3.1 1,9 A3.2 1,4 A3.3 1,7 A3.4 1,6 1,6 (tercemar) 4. A4 A4.1 2,3 A4.2 1,1 A4.3 1,2 A4.4 1,9 1,6 (tercemar) 5. B1 B1.1 1,5 B1.2 1,4 B1.3 1,6 B1.4 1,3 1,45 (tercemar) 812 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya

No. Lokasi Penelitian Hasil Perhitungan Koefisien Nilai Nutrisi 6. B2 B2.1 1,3 B2.2 1,5 B2.3 1,0 B2.4 1,6 1,35 (tercemar) 7. B3 B3.1 1,3 B3.2 1,6 B3.3 0,9 B3.4 2,2 1,5 (tercemar) 8. B4 B4.1 1,0 B4.2 1,8 B4.3 1,4 B4.4 1,6 1,45 (tercemar) 4.1 Suhu Hasil pengukuran suhu yang telah dilaksanakan pada yang memiliki rentangan nilai mulai dari terendah 26º (lokasi B1); 27º (lokasi A4, B2, B3 dan B4); 28º (lokasi A1 dan A3); 29º (lokasi A2). Rentangan suhu tersebut diketahui masih dalam ambang batas normal kehidupan biota air tawar termasuk ikan. Suhu perairan yang didapat dari dua lokasi tersebut, termasuk dalam ambang normal yaitu kisaran suhu antara 25º sampai dengan 30º (Murjani, 2009). 4.2 Total Suspended Solid (TSS) Hasil pengukuran TSS yang telah dilaksanakan pada yang memiliki rentangan nilai mulai dari terendah 68 (lokasi A2 dan A3); 74 (lokasi A1dan A4); 82 (lokasi B1); 168 (lokasi B2); 168 (lokasi B2); 210 (lokasi B3); 222 (lokasi B4). Rentangan TSS tersebut diketahui masih dalam ambang batas normal kehidupan biota air tawar termasuk ikan. TSS perairan yang didapat dari dua lokasi tersebut, termasuk dalam ambang normal yaitu kurang dari 400 (PP RI No. 82 Tahun 2001). 4.3 Total Disolved Solid (TDS) Hasil pengukuran TDS yang telah dilaksanakan pada yang memiliki rentangan nilai mulai dari terendah 0,35 (lokasi A3 dan A4); 0,37 (lokasi A1 dan A2); 0,42 (lokasi B1 dan B3); 0,43 (lokasi B2); 0,45 (lokasi B4). Batas optimum TDS yang ada diperairan 1000 mg/l (Peraturan pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran). Data yang diperoleh dari penelitian dalam batasan yang sangat jauh dari batas optimum sehingga dapat disimpulkan masih bisa ditoleransi dan tidak mengganggu kehidupan biota air termasuk ikan. 4.4 ph (Derajat Keasaman) Hasil pengukuran ph yang telah dilaksanakan pada yang memiliki rentangan nilai mulai dari terendah 6,8 (lokasi B2 dan B3); 6,9 (lokasi B1 dan B4); 7,0 (lokasi A1 dan A2) sampai dengan 7,1 (lokasi A3 dan A4). Rentangan ph tersebut diketahui masih dalam ambang batas normal kehidupan biota air tawar termasuk ikan. Menurut Tatangindatu, dkk (2013) menyatakan Kisaran ph yang ideal bagi kehidupan biota air tawar adalah antara 6,8-8,5, sehingga ph dari hasil penelitian tersebut belum memberikn efek yang dapat memepengaruhi koefisien niai nutrisi ikan yang dijadikan hewan uji. 4.5. Biologycal Oxigen Demand (BOD) Hasil pengukuran BOD yang dilakukan dikedua lokasi A maupun B didapatkan data mulai dari yang terndah yaitu 4,22 (Lokasi A2); 4,58 (lokasi A4); 5,35 (lokasi A1); 7,65 (lokasi A3); 12,32 (lokasi B4); 12,96 (lokasi B3), 14,89 (lokasi B1); 16,99 (lokasi B2). Menurut Winarno dan Ferdiaz, 1974 dalam Hendrata (2004), rentangan hasil pengujian BOD tersebut merupakan kategori dalam pencemaran ringan yang memiliki skala < 200. 4.6 Chemical Oxigen Demand (COD) Hasil pengukuran COD yang dilakukan dikedua lokasi A maupun B didapatkan data mulai dari yang terndah yaitu 18,20 (Lokasi A3); 18,27 (lokasi A4 ); 19,13 (lokasi A2); 21,95 (lokasi A1); 26,62 (lokasi Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015 813

B4); 33,98 (lokasi B1); 42,65 (lokasi B3); 46,17 (lokasi B2). Rentanga nilai COD tersebut diketahui twrmasuk dalam kategori pencemaran ringan (Winarno dan Ferdiaz, 1974 dalam Hendrata, 2004). Koefisien nilai nutrisi ikan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut sehingga mempengaruhi asupan nutrisi ikan. Gangguan kesehatan pada ikan yang disebabkan perubahan lingkungan berakibat pada kelainan struktural dan fungsional. Menurut Pratiwi (2010), Kelainan fungsional seperti terganggunya metabolisme, koordinasi saraf dan respirasi dengan sendirinya akan menyebabkan terganggunya kesehatan ikan dan tingkat nilai gisi ikan (kandungan protein) akan mengalami penurunan, sehingga status perairan dapat diketahui melalui pengukuran koefisien nilai nutrisi ikan. Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dititik pantau B1 koefisien nilai nutrisi ikan adalah 1,45 (tercemar), dititik pantau yang B2 koefisien nilai nutrisi ikan adalah 1,35 (tercemar), dititik pantau yang B3 koefisien nilai nutrisi ikan adalah 1,5 (tercemar) dan dititik pantau yang B4 koefisien nilai nutrisi ikan adalah 1,45 (tercemar). Data dari keempat koefisien nilai nutrisi yang didapatkan tersebut, lokasi yang memiliki koefisien nilai nutrisi terendah terdapat dititik B2 yaitu sebesar 1,35 (tercemar). Lokasi dididaerah aliran sungai B (Jalan Kedungsari) dengan sumber pencemar berasal dari limbah industri, diketahui pada keempat titik pantau memiliki nilai koefisien nilai nutrisi pada status tercemar. Grafik diatas lokasi B2 memiliki koefisien nilai nutrisi terkecil dibandingkan dengan lokasilokasi yang lain. Limbah yang dihasilkan pada titik B2, mempengaruhi kualitas air sehingga menyebabkan kelainan fungsional seperti terganggunya metabolisme, koordinasi saraf dan respirasi dengan sendirinya akan menyebabkan terganggunya kesehatan ikan dan tingkat nilai gisi ikan (kandungan protein) akan mengalami penurunan (Pratiwi, 2010). 5. KESIMPULAN Hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kualitas air sungai di kota mojokerto melalui koefisien nilai nutrisi dan tinjauan parameter fisika dan kimia perairan, didapatkan hasil lokasi disungai A adalah tidak tercemar dan lokasi sungai B adalah tercemar. Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai acuan pengendalian pencemaran khususnya pihak masyarakat umum dan pihak industri. 6. UCAPAN TERIMAKASIH 1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan materi dan doa tiada henti. 2. Dosen pembimbing atas bimbingan dan masukannya dalam pelaksanaan serta penulisan tugas akhir ini. 3. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberi semangat dan membantu terlaksananya penelitian ini. 7. DAFTAR PUSTAKA Alkasabeh, J. Y.M. (2009). Toxicity Testing and the Efect of Landfill Leachate Malaysia on Behavior of Common Carp (Cyprinus carpio L., 1758; Pisces, Cyprinidae) Kshiragar, A D. (2013). Use of Algae as Bioindicators to Determine Quality of River Mula from Pune City, Maharasta (India) Li, li. (2010). Biomonitoring and Bioindicators Used for River Ccosystem: Definitions, Approaches and Trends Murjani, A. (2009). Budidaya Ikan Sepat Rawa (Trichogaster Trichopterus) dengan Pemberian Pakan Komersil Pratiwi, Y. (2010). Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil Berdasarkan Nutrition Value Coeficient Bioindikator Yudo, S. (2010). Kondisi Kualitas Sungai ciliwung Di Wilayah DKI Jakarta Ditunjau Dari Parameter Organik, amoniak, Fosfat, Deterjen dan Bakteri Coli Rahman, A. & Khairoh, L.W. (2012). Penentuan Tingkat Pencemaran Sungai Desa Awang Bangkal Berdasarkan Nutrition Value Coeicient dengan Menggunakan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus Linn.) sebagai Bioindikator Tatangindatu, F. (2013). Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 Badan Air Kelas III 814 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya

Penanya 1: Mizana Ijazah (Universitas Gajah Mada) Pertanyaan: a. Apa saja syarat penggunaan ikan sebagai sampel? b. Pengukuran panjang dan berat ikan dalam sebuah penelitian dikategorikan sebagai pengukuran kuantitatif, tetapi mengapa pada penelitian menggunakan metode deskriptif? Jawaban: a. Pengambilan sampel ikan dengan acuan ikan yang memiliki distribusi terbanyak Pada penelitian menggunakan ikan sepat dengan batas inimal +- 3cm b. Menggunakan deskriptif kualitatif dikarenakan hasil perhitungan ditinjau table koefisiensi nilai nutrisi Penanya 2: Moch Yordan (IKIP PGRI Kediri) Pertanyaan: Logam berat apa yang terakumulasi pada ikan? Apa usaha untuk mengatasinya? Jawaban: Logam berat yang terakumulasi belum dapat ada pemeriksaan Pengertian an himbauan pada masyarakat karena pada umumnya mereka mengganti ikan diperairan tersebut untuk dikonsumsi Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015 815