PENETAPAN PERATURAN UMUM MENGENAI SYARAT-SYARAT KECAKAPAN, PENGETAHUAN DAN CARA PEMILIHAN SERTA PENGESAHAN KEPALA DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tentang: VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA *) VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR MILITER IBU KOTA. PENCABUTAN KEMBALI. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; Memutuskan :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1958 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1958 TENTANG PERSETUJUAN KONPENSI HAK-HAK POLITIK KAUM WANITA *) Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1959 TENTANG POKOK-POKOK PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NASIONALISASI PERUSAHAAN BELANDA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1957 TENTANG DASAR-DASAR PEMILIHAN DAN PENGGANTIAN ANGGOTA-ANGGOTA DEWAN PEMERINTAH DAERAH

PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA-KECIL DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH *) SUMATERA TENGAH. OTONOM KOTA-KECIL PEMBENTUKAN.

Membaca: Surat Menteri Penerangan tanggal 14 April 1967 No. 69/SM/67 perihal Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Dewan Pers;

Mengingat : Pasal-pasal 96 dan 109 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; Mendengar :

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 2 TAHUN 1960 (2/1960) Tanggal: 7 JANUARI 1960 (JAKARTA)

Tentang: PERPANJANGAN JANGKA WAKTU MASA-KERJA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH YANG TERBENTUKBERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1959 TENTANG POKOK-POKOK PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NASIONALISASI PERUSAHAAN BELANDA

MALUKU. DAERAH SWATANTARA TINGKAT I. PENETAPAN MENJADI UNDANG-UNDANG.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 1957 TENTANG VETERAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Indeks: ANGKATAN PERANG. IKATAN DINAS SUKARELA (MILITER SUKARELA). ANGGOTA.

Tentang: ACARA PIDANA KHUSUS UNTUK ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACARA PIDANA KHUSUS. ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1958 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM APOTEK DARURAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMBENTUKAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAN DEWAN PEMERINTAH DAERAH PERALIHAN *) DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. DEWAN PEMERINTAH DAERAH PERALIHAN.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa perlu ditetapkan peraturan tentang wajib simpan rahasia kedokteran.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 1958 (7/1958) TENTANG PERALIHAN TUGAS DAN WEWENANG AGRARIA *) Presiden Republik Indonesia,

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

Mengingat : Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang tertanggal 5 Juli 1959 dan pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Indeks: BATAVIASCHE VERKEERS MAATSCHAPPIJ NV. (BVM). NASIONALISASI. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

Perlu menetapkan kembali ketentuan-ketentuan mengenai susunan dan tugas kewajiban Dewan Urusan Pegawai;

NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1950 TENTANG TATA-CARA PERUBAHAN SUSUNAN KENEGARAAN DARI WILAYAH REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1959

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1980 TENTANG TINDAK PIDANA SUAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1959 TENTANG MENYESUAIKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 80 TAHUN 1958 TENTANG DEWAN PERANCANG NASIONAL

PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PENIMBUNAN BARANG-BARANG (UNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 17 TAHUN 1951) SEBAGAI UNDANG-UNDANG

Indeks: PERATURAN GAJI MILITER PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1957 TENTANG PERATURAN UMUM RETRIBUSI DAERAH. Presiden Republik Indonesia,

Indeks: SUMBANGAN. BADAN URUSAN TEMBAKAU. PABRIKAN- PABRIKAN ROKOK. PENETAPAN MENJADI UNDANG-UNDANG.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 27. (27/1948) Dewan Perwakilan Rakyat dan pemilihan anggauta-anggautanya. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG RAHASIA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

KAWAT TEMBAGA. SURAT IDZIN. ANCAMAN HUKUMAN. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Indeks: PERBURUHAN INTERNASIONAL. KONPENSI NO. 98.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SYARAT-SYARAT DAN PENYEDERHANAAN KEPARTAIAN (Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1970 TENTANG RADIO SIARAN NON PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 1958 TENTANG PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 of 5 02/09/09 11:52

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : Bahwa pelanggaran-pelanggaran dalam atau berdasarkan:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POSDAYA BERSERI DUSUN I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA KECIL DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 62 TAHUN 1958 Tentang KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1958 TENTANG PENYERAHAN URUSAN LALU-LINTAS JALAN KEPADA DAERAH TINGKAT KE-I

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 5 TAHUN 1969 (5/1969) Tanggal: 5 JULI 1969 (JAKARTA)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

Tentang: PEMILIHAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *) Indeks: ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. PEMILIHAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 4 TAHUN 1976 (4/1976) Tanggal: 27 APRIL 1976 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 237 TAHUN 1961 TENTANG SUSUNAN, WEWENANG DAN TUGAS KEWAJIBAN DEWAN PENEMPATAN SARJANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 3 TAHUN 1972 (3/1972) Tanggal: 28 JULI 1972 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Bentuk: Oleh: PERATURAN PEMERINTAH (PP) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 44 TAHUN 1957 (44/1957) Tanggal: 4 OKTOBER 1957 (JAKARTA) Sumber: LN 1957/98; TLN NO. 1458 Tentang: PENETAPAN PERATURAN UMUM MENGENAI SYARAT-SYARAT KECAKAPAN, PENGETAHUAN DAN CARA PEMILIHAN SERTA PENGESAHAN KEPALA DAERAH Indeks: KEPALA DAERAH. SYARAT-SYARAT KECAKAPAN. PENGETAHUAN. PEMILIHAN SERTA PENGESAHAN. Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan umum mengenai syarat-syarat kecakapan, pengetahuan dan cara-cara pemilihan serta pengesahan Kepala Daerah sebelum adanya undang-undang tentang pemilihan, cara pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) dan ayat (2) Undangundang No. 1 tahun 1957; Mengingat : pasal 98 Undang-undang Dasar Sementara dan pasal 24 ayat-ayat (1) dan (4) Undang-undang No. 1 tahun 1957 (Lembaran Negara tahun 1957 No. 6) tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, sebagaimana sejak itu telah diubah; Mendengar : Dewan Menteri dalam rapatnya pada tanggal 1 Oktober 1957; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN PERATURAN UMUM MENGENAI SYARAT-SYARAT KECAKAPAN, PENGETAHUAN DAN CARA PEMILIHAN SERTA PENGESAHAN KEPALA DAERAH. BAB I Tentang syarat-syarat mengenai kecakapan dan pengetahuan dan syarat-syarat lain Pasal 1

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Daerah ialah warga negara Indonesia yang : 1. tidak kehilangan hak menguasai atau mengurus harta-bendanya karena keputusan pengadilan yang tidak dapat dirubah lagi; 2. tidak dipecat dari hak memilih atau hak dipilih dengan keputusan pengadilan yang tidak dapat dirubah lagi; 3. tidak terganggu ingatannya; 4. mempunyai pengetahuan luas mengenai kemasyarakatan di dalam daerah yang bersangkutan; 5. tidak pernah dihukum karena kejahatan; 6. mempunyai nama baik di dalam masyarakat di daerah yang bersangkutan; 7. a. mempunyai pengetahuan umum dan pengalaman yang dianggap cukup untuk menjadi Kepala Daerah tingkat I dan berumur sekurang-kurangnya 30 tahun; b. mempunyai pengetahuan umum dan pengalaman yang dianggap cukup untuk menjadi Kepala Daerah tingkat II dan berumur sekurang-kurangnya 30 tahun; c. mempunyai pengetahuan umum dan pengalaman yang dianggap cukup untuk menjadi Kepala Daerah tingkat III dan berumur sekurangkurangnya 25 tahun; BAB II Tentang cara pemilihan Pasal 2 (1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan termaktub dalam Pasal 17 Undang-undang tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah (Undang-undang No. 1 tahun 1957), pemilihan Kepala Daerah dilakukan sebagai berikut : a. calon-calon dikemukakan dengan surat pencalonan tertulis yang ditanda tangani oleh 5 orang, 3 orang dan 2 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah masing-masing bagi Daerah tingkat I, II dan III; b. pemungutan suara dilakukan dengan tertulis dan secara rahasia; c. untuk setiap kali diadakan pemilihan, setiap anggota hanya memberikan satu suara kepada seorang calon; d. pemilihan dilakukan dalam sidang terbuka Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan. (2) Ketentuan-ketentuan selanjutnya untuk penyelenggaraan pemilihan dimaksud

dalam ayat (1) sepanjang diperlukan dapat ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan. BAB III Tentang pengesahan Pasal 3 (1) Hasil pemilihan Kepala Daerah tingkat I diajukan kepada Presiden untuk disahkan. (2) Hasil pemilihan Kepala Daerah tingkat II dan III diajukan kepada Menteri Dalam Negeri atau penguasa yang ditunjuk olehnya untuk disahkan. BAB IV Ketentuan penutup Pasal 4 Akibat-akibat yang mungkin timbul dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, diselesaikan oleh Menteri Dalam Negeri. Pasal 5 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Oktober 1957 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, (SOEKARNO) MENTERI DALAM NEGERI, (SANOESI HARJADINATA) Diundangkan pada tanggal 4 Oktober 1957 MENTERI KEHAKIMAN,

(G.A. MAENGKOM) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1957 TENTANG PENETAPAN PERATURAN UMUM MENGENAI SYARAT-SYARAT KECAKAPAN, PENGETAHUAN DAN CARA PEMILIHAN SERTA PENGESAHAN KEPALA DAERAH Seperti juga diuraikan dalam penjelasan umum terhadap Undang-undang tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, seorang Kepala Daerah itu haruslah seorang yang dekat kepada dan dikenal oleh masyarakat Daerah yang bersangkutan juga, dan karena itu Kepala Daerah haruslah seorang yang mendapat kepercayaan dari rakyat tersebut dan diserahi kekuasaan atas kepercayaan rakyat itu. Berhubung dengan itu, maka jalan satu-satunya untuk memenuhi maksud tersebut ialah bahwa Kepala Daerah itu haruslah dipilih langsung oleh rakyat dari Daerah yang bersangkutan. Dasar pikiran ini tercantum dalam pasal 23 ayat (2) Undang-udnang No.1 tahun 1957 yang dalam ayat (2) selanjutnya menentukan bahwa cara pengangkatan dan pembehentian Kepala Daerah itu ditetapkan dengan Undangundang. Meskipun pada azasnya seorang Kepala Daerah itu harus dipilih secara demikian, namun sementara waktu dipandang perlu memperhatikan pula keadaan yang nyata dan perkembangan masyarakat dewasa ini di daerah-daerah, kenyataan mana kiranya belum sampai kepada suatu taraf, yang dapat menjamin berlangsungnya pemilihan dengan diperolehnya hasil-hasil dari pemilihan itu yang sebaik-baiknya. Berhubung dengan itu maka untuk masa peralihan itu yang diharapkan akan berlangsung tidak lebih lama dari 4 tahun perlu diadakan ketentuan-ketentuan yang lebih praktis mengenai pemilihan Kepala Daerah itu. Berdasarkan pendapat ini, maka dalam pasal 24 Undang-undang No. 1/ 1957 ditetapkan bahwa untuk sementara waktu Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan memperhatikan syarat-syarat kecakapan dan pengetahuan yang diperlukan bagi jabatan tersebut, syarat-syarat mana secara layak telah diatur dalam Peraturan Pemerintah ini. Pada umumnya Kepala Daerah itu terutama akan dipilih dari anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang memenuhi syarat-syarat menurut Peraturan Pemerintah ini dengan tidak menutup kemungkinan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk memilih seorang calon dari luar yang telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. Hasil pemilihan Kepala Daerah ini perlu mendapatkan pengesahan terlebih dahulu dari instansi Pemerintah yang berwajib, sehingga dalam figuur Kepala Daerah ini bertemulah titik demokrasi dari bawah dan dari atas dalam susunan pemerintahan negara. Dengan pengesahan dari Pemerintah Pusat ini dapat pula dicegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan dalam soal pemilihan Kepala Daerah. Pengesahan tersebut tidak dilakukan secara otomatis, akan tetapi akan diberikan setelah ditinjau apakah segala syarat yang diperlukan bagi penetapan Kepala Daerah telah dipenuhi.

Bilamana pengesahan itu tidak dapat diberikan akan dijelaskan oleh instansi yang berwenang kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan sebabsebab mengapa pengesahan tidak dapat diberikan, dengan disertai ketentuanketentuan untuk mengadakan pemilihan baru. Dengan pengesahan oleh instansi yang berwenang itu maka kedudukan Kepala Daerah sebagai organ Pemerintah Daerah merupakan suatu organisasi yang stabil, karena berdasarkan kepercayaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadapnya yang tentu tidak mudah mengeluarkan suarasuara untuk menumbangkannya. Penjelasan pasal demi pasal. Pasal 1: Ayat (1) s.d (3) Merupakan syarat-syarat negatif yang cukup jelas, oleh karena itu tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut. Ayat (4) s.d. (7) Ayat-ayat ini berisi syarat yang positif. Berhubung pentingnya kedudukan Kepala Daerah, maka calon Kepala Daerah di samping harus mempunyai pengetahuan luas mengenai kemasyarakatan di dalam daerah yang bersangkutan, harus pula tidak pernah dihukum penjara karena kejahatan menurut perumusan dan pengaturan yang terdapat dalam Buku II Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan catatan bahwa hukuman-hukuman karena kejahatan yang dijalan kepada seseorang oleh kekuasaan Belanda atau kekuasaan lain yang diperlindungi oleh kekuasaan Belanda karena perbuatan untuk memperjuangkan/membela/menegakkan kemerdekaan negara Republik Indonesia, tidak termasuk di dalamnya. Di samping itu calon Kepala Daerah harus mempunyai nama baik di dalam masyarakat di daerah yang bersangkutan. Seorang calon mempunyai nama baik di dalam masyarakat daerah yang bersangkutan apabila dikenal sebagai seorang yang telah menjauhkan diri atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang patut dicela menurut pandangan hidup di dalam masyarakat daerah yang bersangkutan apabila dikenal sebagai seorang yang telah menjauhkan diri atau tidak melakukan perbuatanperbuatan yang patut dicela menurut pandangan hidup di dalam masyarakat daerah yang bersangkutan; serta tidak bersikap mencela atau memusuhi Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia. Mengingat pentingnya pengetahuan umum serta usia yang harus dimiliki oleh seorang Kepala Daerah, maka dirasa perlu untuk menetapkan syarat-syarat mengenai pengetahuan serta usia seperti tertulis pada sub 7 pasal 1 ini. Pasal 2. Bagi Daerah-daerah tingkat I, II dan III calon-calon harus dikemukakan paling sedikit masing-masing oleh 5, 3 dna 2 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan. Jumlah-jumlah ini ditetapkan berdasarkan keinginan agar diperoleh sesuatu gambaran tentang perimbangan.suara agak terang, dalam mana terkandung

maksud untuk memberi kesempatan kepada baik partai mayoritas maupun partai minoritas atau eksponen-eksponen daerah untuk menunjukan calon-calonnya. Pemungutan suara dilakukan dengan tertulis dan secara rahasia, untuk setiap kali diadakan pemilihan, setiap anggota hanya memberikan satu suara kepada seorang calon; pemilihan dilakukan di dalam sidang terbuka Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan. Ayat (2) Di dalam ayat ini kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan sepanjang diperlukan diberikan wewenang untuk menetapkan ketentuan-ketentuan selanjutnya tentang penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dengan mengingat ketentuan-ketentuan yang terdapat pada ayat (1) pasal 2 ini. Ketetentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah ini merupakan sekedar perlengkapan cara pelaksanaannya; karena merupakan "urusan dalam" (interne zaak) dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan tidak usah disyahkan oleh fihak-fihak yang berwenang seperti halnya dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah lainnya yang memerlukan pengesahan. Dengan sendirinya ketentuan dimaksud tidak boleh menurut pokok-pokok dan hal-hal yang bertentangan dengan atau yang telah diatur dalam peraturan perundangan yang lebih tinggi tingkatnya atau dengan kepentingan umum. Pasal 3 s/d 5 cukup jelas. -------------------------------- CATATAN Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1957 YANG TELAH DICETAK ULANG