BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kronik atau disebut chronic kidney disease(ckd). Chronic kidney disease

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Penyakit Gagal Ginjal Kronik Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan kegagalan fungsi ginjal

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. buruk, dan memerlukan biaya perawatan yang mahal. 1 Jumlah pasien PGK secara

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Adanya kelainan struktural atau fungsional pada. ginjal yang berlangsung selama minimal 3 bulan disebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Faktor-faktor yang Berkorelasi dengan Status Nutrisi pada Pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Gagal ginjal adalah masalah kesehatan dunia. Prevalensi yang semakin meningkat, tingginya biaya, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010.

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik. yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas untuk

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL Kerangka Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

PENDAHULUAN. Dalam penatalaksanaan sindrom gagal ginjal kronik (GGK) beberapa aspek yang harus diidentifikasi sebagai berikut:

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap terjadinya transisi epidemiologi, dengan semakin meningkatnya. penyakit tidak menular. Menurut WHO ( World Health

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Angka kejadian penyakit ginjal kronik, dengan batasan nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m 2, di dunia sebesar 5-10% (Coresh et al, 2007). Sedangkan di berbagai negara dilaporkan bervariatif yaitu sekitar 20% di Jepang dan Amerika Serikat, 6,4% sampai 9,8% di Taiwan, 2,6% sampai 13,5% di Cina, 17,7% di Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada data yang lengkap mengenai penyakit ginjal kronik, diperkirakan prevalensi penyakit ginjal kronik sekitar 23,4 per juta populasi dengan prevalensi penyakit ginjal tahap akhir 3079 orang pada tahun 2006 (Prodjosudjadi dan Suhardjono, 2009). Menurut Pernefri (2012) prevalensi penyakit ginjal kronik sudah mencapai 15.353 pada tahun 2011 dan 19.621 pada tahun 2012 serta 12,5% populasi sudah mengalami penurunan fungsi ginjal, sedangkan di Sumatera Barat prevalensi penyakit ginjal kronik tahap akhir dilaporkan 199 orang pada tahun 2012. Penyakit ginjal kronik dapat mengakibatkan berbagai komplikasi yang manifestasinya sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal yang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat mengenai berbagai sistem organ antara lain sistem gastrointestinal, hematologi, skeletal, endokrin, kardiovaskular, ekskretori, termasuk sistem saraf. Dengan banyaknya komplikasi yang dapat terjadi ini, maka tidak terlepas dari tingginya angka kematian akibat penyakit ginjal kronik. Data Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

dari Global Burden of Disease (2015) angka kematian akibat penyakit ginjal kronik naik sebesar 32% antara 2005 hingga 2015 menjadi 1.2 juta jiwa di seluruh dunia. Penyakit ginjal kronik disebabkan oleh berbagai etiologi yaitu penyakit ginjal hipertensi, diabetes melitus, glomerulonefritis, nefropati obstruksi, nefropati lupus, dan lain-lain (Pernefri, 2011) Patogenesis penyakit ginjal kronik tergantung pada etiologi yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron internal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresifitas tersebut (Suwitra, 2014). Menurunnya fungsi nefron secara progresif tentu mengakibatkan menurunnya laju filtrasi glomerulus. Penurunan laju filtasi glomerulus pada penyakit ginjal kronik berakibat pada terganggunya pengaturan cairan tubuh, keseimbangan asam basa, keseimbangan elektrolit dan gangguan eksreksi zat toksik uremik ( urea, asam urat, asam glukoronat, sulfat, fosfat, dsb.). Akibat akumulasi ion dan toksik uremik ini akan menimbulkan komplikasi ke berbagai sistem organ mulai dari kulit, sistem pencernaan, hingga sistem persarafan. Pada sistem persarafan dapat terjadi gangguan pada fungsi kognitif. Komplikasi PGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

pada sistem persarafan dapat berupa terganggunya memori, penurunan kecepatan memproses informasi, kesulitan dalam fungsi perencanaan, perubahan atensi, disabilitas motorik maupun defisit fungsi verbal (Mitch WE, 2007; Suwitra, 2014; Bucurescu, 2014). Diperkirakan bahwa sepertiga orang dewasa akan mengalami penurunan fungsi kognitif secara bertahap seiring dengan bertambahnya usia (Fadhia et al, 2012). Beberapa penelitian menyatakan bahwa setidaknya 5 20 persen orang dengan usia 65 tahun baru akan mengalami gangguan fungsi kognitif (Rodda J, 2015; Kurella et al, 2004). Penelitian oleh Sundariyati et al (2014) mengenai status kognitif pada lansia menunjukkan bahwa responden usia 60-74 tahun yang mengalami gangguan fungsi kognitif sebesar 27,6%, sedangkan responden usia 75-90 tahun sebesar 73,1%, dan responden usia >90 tahun didapatkan definit mengalami ganguan fungsi kognitif. Madan et al (2006) menyatakan bahwa gangguan kognitif banyak ditemukan pada pasien penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) dibandingkan dengan populasi secara umum. Di Amerika Serikat prevalensi gangguan kognitif pada pasien gagal ginjal terus meningkat dari 10% pada 1988-1994 menjadi 13% pada taun 1999 2004 dan mugkin akan terus meningkat. Prevalensi defisit kognitif yang terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik menjalani dialisis cukup tinggi, risiko gangguan kognitif terjadi hingga 16 38%, namun pada usia yang lebih lanjut ( >75 tahun) risikonya meningkat hingga 30 35%. Gangguan fungsi kognitif ini berkaitan dengan meningkatnya risiko mortalitas dan menurunnya kualitas hidup penderita (Murray et al, 2006 ; Kurella et al, 2011). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

Khatri et al (2009) melakukan penelitian terhadap 2172 responden, hasilnya menunjukkan bahwa responden dengan LFG < 60 ml/menit/1,73 m 2 dan responden dengan LFG antara 60 90 ml/menit/1.73 m 2 memiliki status kognitif lebih buruk dibandingkan dengan responden dengan LFG > 90 ml/menit/1.73 m 2. Penelitian Yaffe et al (2010) tentang hubungan antara status kognitif dengan keadaan gangguan ginjal, menunjukkan responden dengan nilai LFG yang lebih rendah memilki nilai fungsi kognitif yang juga rendah. Murray et al (2006) melakukan sebuah penelitian terhadap 374 pasien hemodialisis yang berusia 55 tahun ke atas, 37% pasien tersebut menunjukkan terdapat gangguan kognitif. Fadili et al (2012) melakukan penelitian terhadap 118 orang pasien yang menjalani hemodialisis selama kurang lebih setahun dan berusia di atas 50 tahun. Penilaian fungsi kognitif dilakukan dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) yang ditanyakan pada pasien dalam empat jam pertama hemodialisis. Hasilnya menunjukkan terdapat 25% pasien memiliki gangguan fungsi kognitif. Penyakit ginjal kronik diduga kuat sabagai faktor risiko untuk gangguan kognitif, LFG sangat berkaitan dengan fungsi kognitif. Berdasarkan paparan di atas, sejauh ini belum ada penelitian yang menghubungkan nilai estimasi laju filtrasi glomerulus dengan fungsi kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik derajat III dan IV di Padang, oleh karena itu menjadikan penulis tertarik untuk meneliti tentang korelasi nilai estimasi laju filtrasi glomerulus dengan fungsi kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik derajat III dan IV di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

1.2 Rumusan masalah Bagaimana korelasi antara nilai estimasi laju filtrasi glomerulus dengan fungsi kognitif pada pasien PGK derajat III dan IV di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui korelasi antara nilai estimasi laju filtrasi glomerulus dengan fungsi kognitif pada pasien PGK derajat III dan IV di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui nilai estimasi laju filtrasi glomerulus pada PGK derajat III dan IV di RSUP DR. M. Djamil Padang. 2. Mengetahui fungsi kognitif pada pasien PGK derajat III dan IV di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 3. Mengetahui korelasi nilai estimasi laju filtrasi glomerulus dengan fungsi kognitif pada pasien PGK derajat III dan IV di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.4 Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi peneliti Sebagai sarana pembelajaran, memperoleh pengalaman dalam hal penelitian, dan meningkatkan pengetahuan tentang PGK. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5

2. Manfaat bagi institusi pendidikan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai korelasi nilai estimasi laju filtrasi glomerulus dengan fungsi kognitif pada pasien PGK derajat III dan IV di RSUP DR. M. Djamil Padang, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran para mahasiswa fakultas kedokteran 3. Manfaat bagi pusat pelayan kesehatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai kadar nilai estimasi laju filtrasi glomerulus, fungsi kognitif, serta korelasi antara keduanya pada pasien PGK derajat III dan IV di RSUP Dr. M. Djamil Padang, sehingga dapat digunakan sebagai evaluasi dan upaya preventif terkait penyakit ginjal kronik. 4. Manfaat bagi peneliti lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk peneliti lain yang ingin mengkaji materi terkait dengan PGK. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7