digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemburuan merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan antarindividu. Afeksi yang terlibat dalam hubungan tersebut membuat individu merasa takut kehilangan. Rasa takut kehilangan inilah yang menyebabkan seseorang cemburu (Strongman, 2003). Kecemburuan dapat terjadi pada hubungan akrab seperti keluarga dan pertemanan atau persahabatan, tetapi kecemburuan kerap diidentikkan dengan hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga dikenal dengan percintaan (romance) menjadi salah satu hubungan interpersonal yang penting dalam rentang kehidupan seseorang. Hubungan romantis merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan individu, khususnya individu dewasa muda untuk memenuhi kebutuhan akan keintiman. Sejalan dengan tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation menjadi persoalan utama pada masa dewasa muda (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2009; Santrock, 2002; Sobur, 2003). Jika keintiman tidak terpenuhi, maka individu akan mengalami perasaan terisolasi dan terpaku pada diri sendiri. Hubungan romantis yang dijalani individu dewasa guna memenuhi kebutuhan intimacy adalah pernikahan. Pernikahan merupakan muara semua bentuk hubungan romantis yang bersifat legal dan diakui masyarakat baik secara hukum maupun agama. Undang-Undang RI No.I tahun 1974 pasal 1 menyatakan bahwa 1
digilib.uns.ac.id 2 pernikahan adalah ikatan lahir-batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (dalam Walgito, 2010). Tidak hanya memberi individu peran dan tanggung jawab baru sebagai suami isteri, pernikahan menjadi sebuah lambang kedewasaan seseorang di mata masyarakat. gan romantis, dalam hal ini pernikahan. Sebenarnya kecemburuan merupakan suatu perasaan yang normal namun pada derajat tertentu kecemburuan dapat berdampak positif maupun negatif terhadap hubungan romantis individu. Kecemburuan dalam derajat yang rendah dapat meningkatkan keharmonisan hubungan dengan pasangan jika diindikasikan sebagai suatu bentuk kepedulian (Pfeiffer dan Wong, 1989). Kecemburuan juga dapat berfungsi sebagai alarm pengingat adanya ancaman pada hubungan dan motivasi untuk melindungi hubungan tersebut (Harris dan Darby, dalam Hart dan Legerstee, 2010). Kecemburuan dalam derajat yang tinggi dapat menimbulkan dampak negatif. Kecemburuan berlebih akan membuat individu cenderung bersikap posesif dan insecure terhadap pasangan yang berujung pada sebuah kehancuran hubungan (Mowat dalam Pfeiffer dan Wong, 1989). Kecemburuan berlebih kerap menjadi faktor penyebab terjadinya perpisahan, kekerasan, dan bahkan pembunuhan (Daly dan Wilson, 1988; Harris, 2003 dalam Hart dan Legerstee, 2010). Data rekapitulasi Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama tahun 2011 menunjukkan, bahwa cemburu yang berlebih memberi angka yang cukup tinggi
digilib.uns.ac.id 3 dalam penyebab perceraian di Indonesia, yaitu sebanyak 9.769 kasus. Berikut rekapitulasi faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian di Indonesia. Tabel 1 Rekap Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian di Indonesia No. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Jumlah Kasus Moral 1. a. Poligami yang tidak sehat 1.289 b. Krisis akhlak 7.347 c. Cemburu yang berlebihan 9.769 Meninggalkan kewajiban 2. a. Kawin paksa 1.801 b. Ekonomi 62.122 c. Tidak ada tanggung jawab 74.529 3. Kawin di bawah umur 475 4. Menyakiti jasmani dan rohani a. Menyakiti jasmani 2.807 b. Menyakiti mental 700 5. Dihukum 275 6. Cacat biologis 730 Perselisihan terus-menerus 7. a. Politis 651 b. Gangguan pihak ketiga 20.563 c. Tidak ada keharmonisan pribadi 89.092 8. Lain-lain. 644 Jumlah 272.294 Sumber : Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Tahun 2011 Tidak hanya perceraian, cemburu sering menjadi penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, seperti kasus yang menimpa selebriti Egi John pada Desember 2012 lalu. Egi menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga oleh isterinya, Citta Permata. Cemburu dengan lawan main suaminya, Citta dan Egi kerap bertengkar. Pertengkaran ini berujung pada tindak kekerasan Citta terhadap Egi. Berdasarkan pengakuan Egi dan keluarga, muka Egi pernah disiram
digilib.uns.ac.id 4 minyak panas bahkan Citta pernah menusuk punggung Egi dengan gunting (www.detik.com, 2012). Maret 2013, polisi menemukan potongan-potongan tubuh wanita di Tol Cawang Jakarta arah Bekasi (www.detik.com, 2013). Berdasarkan keterangan saksi dan setelah dilakukan penyelidikan, pelaku pembunuhan mutilasi tersebut adalah Benget Situmorang, seorang penjual soto lamongan yang tidak lain adalah suami korban mutilasi itu sendiri. Benget mengaku membunuh isterinya, Darna Sri Astuti, karena cemburu. Benget yang menduga Darna selingkuh, terbakar cemburu kemudian menganiaya Darna dan membunuhnya dengan memutilasi tubuh Darna agar mudah dibuang. Dibantu oleh pembantunya, Tuti, Benget membuang potongan tubuh isterinya di sepanjang Tol Cawang-Cikampek. Tidak hanya menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga dan memicu perceraian, kecemburuan juga dapat membuat individu melakukan pembunuhan terhadap pasangannya sendiri dan tindakan irasional lainnya. Pada dasarnya kecemburuan merupakan perasaan negatif yang muncul karena ketakutan individu akan kehilangan hubungan dan pasangannya. White dan Mullen (dalam Adams dan Jones, 1999) mendefinisikan cemburu sebagai pikiran, emosi, dan tindakan kompleks yang muncul karena adanya perasaan kehilangan atau ancaman terhadap harga diri dan eksistensi atau kualitas hubungan romantis. Kecemburuan memiliki hubungan yang erat dengan emosi, kognisi dan perilaku manusia. Ketika cemburu menguasai emosi dan kognisi individu, cemburu akan memotivasi seseorang untuk mengambil tindakan atas ancaman yang sedang terjadi pada hubungannya.
digilib.uns.ac.id 5 Ancaman terhadap hubungan romantis, dalam hal ini pernikahan, membuat individu terancam, merasa tidak aman, takut kehilangan hingga munculnya kemarahan akibat dari harga diri yang terluka karena merasa tidak dihargai sebagai pasangan. Perasaan-perasaan tersebut memunculkan cemburu yang berlebih pada individu. Hubungan romantis dianggap sebagai proses kelekatan pada individu dewasa. Kelekatan mengacu pada suatu hubungan antara dua individu yang memiliki perasaan kuat satu dengan yang lain dan melakukan banyak hal untuk menunjukkan adanya hubungan tersebut. Kelekatan pada individu dewasa ini disebut sebagai kelekatan dewasa (adult attachment) atau kelekatan romantis (romantic attachment). Kelekatan romantis merupakan konsep kelekatan yang dibangun Hazan dan Shaver (1987) yaitu suatu kelekatan dengan pasangan sebagai figur lekat. Seperti halnya kelekatan pada masa bayi, terdapat tiga kategori gaya kelekatan yaitu tipe aman (secure), cemas (anxious), dan menghindar (avoidant). Ditemukan bahwa individu dengan gaya kelekatan avoidant dan anxious cenderung mendeskripsikan diri sebagai pencemburu dibanding individu dengan gaya kelekatan secure. Terkait dengan kecemburuan, Damayanti (2010) melakukan penelitian mengenai hubungan antara gaya kelekatan dan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian tersebut menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara tipe kelekatan dan kecemburuan pada pasangan berpacaran. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Knobloch, Solomon, dan Cruz
digilib.uns.ac.id 6 (2001) bahwa kelekatan mempengaruhi kecenderungan dalam pengalaman kecemburuan pada individu selain ketidakpastian hubungan dan keintiman. Selain gaya kelekatan romantis individu, kematangan emosi juga berperan penting dalam mengelola kecemburuan tersebut. Cemburu juga dapat muncul dari kecemasan dan ketakutan kehilangan pasangan yang berlebihan terhadap ancaman yang tidak benar-benar ada. Ancaman tersebut datang dari asumsi individu itu sendiri, sehingga cenderung menaruh curiga pada pasangan atas sesuatu yang tidak nyata terjadi. Kematangan emosi sangat diperlukan dalam mengelola emosi dan pikiran negatif tersebut. Hurlock (1980) menyatakan bahwa kematangan emosi merupakan bagian perkembangan manusia ketika pada akhir remaja tidak meledak emosinya di hadapan orang lain, tetapi menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Individu dewasa muda diharapkan telah memenuhi tugas perkembangan kematangan emosi, sehingga dewasa muda dapat mengendalikan, menerima dan mengekspresikan emosi dengan wajar dan tidak berlebihan serta bersikap bijak terhadap setiap emosi yang muncul, termasuk cemburu. Kecemburuan berlebih dapat menjadi salah satu akar perpisahan dan hancurnya pernikahan. Kecemburuan dapat menyebabkan percekcokan, kekerasan yang berujung pada perceraian. Hal ini harus diwaspadai semua pasangan khususnya pasangan muda. Menurut Anjani dan Suryanto (2006), masa perkawinan kurang dari sepuluh tahun merupakan masa yang rawan dalam pernikahan. Pasangan muda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu
digilib.uns.ac.id 7 dewasa muda (usia 18-40 tahun), telah menikah, dan usia pernikahan yang masih muda yaitu kurang dari sepuluh tahun (2-10 tahun). Berdasarkan survei prapenelitian melalui observasi dan wawancara, ditemukan empat kasus rumah tangga terkait dengan kecemburuan. Di antara empat kasus rumah tangga akibat kecemburuan, satu kasus berakhir dengan perceraian, dua kasus berakhir dengan berpisah tanpa ada kejelasan dan satu lainnya berhasil diselesaikan dengan baik-baik. Pada dasarnya, kasus-kasus tersebut terjadi karena adanya pria idaman lain (PIL) atau wanita idaman lain (WIL), pihak ketiga ini biasanya adalah teman kerja atau teman lama pasangan. Kecemburuan juga dapat terjadi karena hobi atau kegemaran pasangan yang dianggap sudah melampaui batas wajar, sehingga individu merasa diabaikan dan tidak penuhi haknya sebagai pasangan. Melihat kasus yang ditemukan di lapangan, fenomena kecemburuan yang terjadi di masyarakat dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta melihat peran gaya kelekatan dan kematangan emosi terkait dengan kecemburuan, penulis tertarik untuk meneliti mengenai tingkat kecemburuan pada pasangan muda ditinjau dari gaya kelekatan romantis dan kematangan emosi di Dusun Getas, Karanganyar. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan antara gaya kelekatan romantis dan kematangan emosi dengan tingkat kecemburuan pada pasangan muda?
digilib.uns.ac.id 8 2. Apakah ada hubungan antara gaya kelekatan romantis dengan tingkat kecemburuan pada pasangan muda? 3. Apakah ada hubungan antara kematangan emosi dengan tingkat kecemburuan pada pasangan muda? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan antara gaya kelekatan romantis dan kematangan emosi dengan tingkat kecemburuan pada pasangan muda. 2. Mengetahui hubungan antara gaya kelekatan romantis dengan tingkat kecemburuan pada pasangan muda. 3. Mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan tingkat kecemburuan pada pasangan muda. D. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi sosial, psikologi perkembangan, dan psikologi kepribadian, sekaligus memberikan gambaran mengenai tingkat kecemburuan ditinjau dari gaya kelekatan dewasa romantis dan kematangan emosi.
digilib.uns.ac.id 9 2. Manfaat Praktis a. Bagi pasangan muda Dapat menjadi masukan bagi para pasangan menikah, khususnya pasangan muda, untuk dapat mengendalikan perasaan cemburu dengan mengembangkan gaya kelekatan dan kematangan emosi, sehingga terbangun hubungan yang sehat, matang, serta harmonis. b. Bagi seluruh pihak terkait Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil tindakan preventif maupun kuratif pada konflik dalam pernikahan yang disebabkan oleh kecemburuan, khususnya pada pasangan muda sehingga pernikahan berjalan harmonis. c. Bagi peneliti selanjutnya Dapat menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya, khususnya mengenai kecemburuan, gaya kelekatan romantis, dan kematangan emosi serta dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya.