GUBERNUR JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

GUBERNUR JAWA TENGAH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016

Z. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 21 TAHUN

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT PROVINSI

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 30.N Tahuii 2008

Bagian Keenam Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Pasal 16 (1) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN BUPATI MADIUN,

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 127 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

Bagian Kelima Bidang Produksi Pasal 12 (1) Bidang Produksi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 69 TAHUN2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN MUSI RAWAS

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

1. Penetapan kebijakan, pedoman, dan bimbingan pengembangan, rehabilitasi, konservasi, optimasi, dan pengendalian lahan pertanian tingkat daerah.

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 21 TAHUN 201 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI PAPUA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG

KEPALA DINAS Tugas Pokok:

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-P TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERTANIAN WALIKOTA SURAKARTA,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 8 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 8

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG

SALINAN. Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Tanaman Pangan dan Hortikultura

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2015 TENTANG

M. BIDANG PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

- 3 - Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN.

BUPATI WONOGIRI PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 117 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 49 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-S TAHUN 2011 TENTANG

Z. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 50 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-T TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 100 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2008

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2009 T E N T A N G

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

5. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA MADIUN

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017

Z. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Transkripsi:

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 87 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah, maka perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah ; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 4 Seri E Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8); 9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 6 Seri D Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 12); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah; 2

MEMUTUSKAN, Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI JAWA TENGAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubenur ini yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Jawa Tengah. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 3. Kabupaten/kota adalah kabupaten/kota di Jawa Tengah. 4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah. 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah. 6. Dinas adalah Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah. 7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah. 8. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 9. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/ kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu 10. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disebut UPTD adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas yang melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/ kota. 11. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan, tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri. BAB II 3

PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI Bagian Pertama Dinas Pasal 2 Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang peternakan dan kesehatan hewan berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Pasal 3 Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan mempunyai fungsi: a. perumusan kebijakan teknis bidang peternakan dan kesehatan hewan; b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang peternakan dan kesehatan hewan; c. pembinaan dan fasilitasi bidang peternakan dan kesehatan hewan lingkup provinsi dan kabupaten/kota; d. pelaksanaan tugas di bidang kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan, produksi, dan usaha peternakan; e. pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang peternakan dan kesehatan hewan; f. pelaksanaan kesekretariatan dinas; g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 4 Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3. 4

Pasal 5 (1) Kepala Dinas, membawahkan: a. Sekretariat; b. Bidang Kesehatan Hewan; c. Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner Dan Kesejahteraan Hewan; d. Bidang Produksi; e. Bidang Usaha Peternakan; f. UPTD; g. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas; (3) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas; (4) UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas; (5) Kelompok Jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior sebagai Ketua kelompok dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian Ketiga Sekretariat. Pasal 6 Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang program, keuangan, umum dan kepegawaian. Pasal 7 Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Sekretariat mempunyai fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang program; 5

b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan; c. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (1) Sekretariat, membawahkan: Pasal 8 a. Subbagian Program; b. Subbagian Keuangan; c. Subbagian Umum Dan Kepegawaian. (2) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masingmasing dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Pasal 9 Subbagian Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang program, meliputi : koordinasi perencanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta pengelolaan sistem informasi di lingkungan Dinas. Pasal 10 Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi : pengelolaan keuangan, verifikasi, pembukuan dan akuntansi di lingkunan Dinas. Pasal 11 Subagian Umum Dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian, meliputi : pengelolaan administrasi kepegawaian, hukum, humas, organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan di lingkungan Dinas. 6

Bagian Keempat Bidang Kesehatan Hewan Pasal 12 Bidang Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengamatan dan penyidikan penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, dan obat hewan. Pasal 13 Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Bidang Kesehatan Hewan mempunyai fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengamatan dan penyidikan penyakit hewan; b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan; c. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang obat hewan; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pasal 14 (1) Bidang Kesehatan Hewan, membawahkan: a. Seksi Pengamatan Dan Penyidikan Penyakit Hewan; b. Seksi Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Hewan; c. Seksi Obat Hewan. (2) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan Hewan. Pasal 15 Seksi Pengamatan Dan Penyidikan Penyakit Hewan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengamatan dan penyidikan penyakit hewan, meliputi : penerapan kebijakan dan pedoman kesehatan hewan, pengamatan, penyidikan dan pemetaan penyakit hewan, pembangunan dan pengelolaan laboratorium kesehatan hewan, penetapan dan identifikasi kebutuhan standar teknis minimal laboratorium kesehatan 7

hewan, pembinaan dan pengawasan penyidikan penyakit hewan, pembinaan penyidikan dan epidemiologi penyakit hewan, parasit, bakteri, virus dan penyakit hewan lainnya, pembinaan peramalan wabah penyakit hewan menular, pembinaan pembuatan peta situasi penyakit hewan menular, bimbingan pemanfaatan air untuk kesehatan hewan wilayah provinsi. Pasal 16 Seksi Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Hewan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, meliputi : penerapan dan pengawasan norma standar teknis pelayanan kesehatan hewan, penanggulangan wabah dan penyakit hewan menular, pemantauan dan pengawasan pelaksanaan penanggulangan wabah dan penyakit hewan menular, pencegahan penyakit hewan menular, penutupan dan pembukaan kembali status daerah wabah, penetapan dan identifikasi kebutuhan standar teknis minimal satuan pelayanan peternakan terpadu, rumah sakit hewan dan pelayanan kesehatan hewan, pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan hewan, pembinaan dan pengawasan standar teknis rumah sakit hewan/unit pelayanan kesehatan hewan terpadu, pembinaan dan sertifikasi pelayanan medik veteriner (dokter hewan praktek, klinik hewan dan rumah sakit hewan), pembinaan pemberantasan dan pencegahan wabah penyakit hewan menular strategis mewabah, pembinaan pemberantasan dan pencegahan wabah penyakit hewan menular mewabah, pembinaan penutupan dan pembukaan kembali wilayah penyakit hewan menular lintas kabupaten/kota, pembinaan pelayanan dan pengamanan wilayah terpadu pada kejadian wabah/epidemik, pembinaan penerapan norma, standar teknis pelayanan kesehatan hewan, pembinaan dan pelaporan pelayanan medik/paramedik veteriner di lembaga-lembaga pemerintahan dan unit-unit pelayanan medik/ paramedik veteriner wilayah provinsi, pengaturan dan pengawasan pelaksanaan pelarangan pemasukan hewan ke/dari wilayah Indonesia antar provinsi di wilayah Indonesia, pengawasan lalu lintas ternak dan hewan kesayangan dari/ke wilayah provinsi dan lintas kabupaten/kota, pembinaan, pengawasan pengujian ternak untuk tujuan ekspor (ternak, hewan kesayangan, hewan liar, dll). Pasal 17 Seksi Obat Hewan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang obat hewan, meliputi : penerapan kebijakan obat hewan, pemetaan identifikasi dan inventarisasi kebutuhan obat hewan, penerapan dan pengawasan standar mutu obat hewan, pembinaan dan pengawasan peredaran obat hewan di tingkat distributor, pembinaan dan pengawasan penerapan standar teknis pet shop, poultry shop dan distributor obat hewan, 8

penerapan kebijakan alat dan mesin kesehatan hewan, pemantauan, identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan mesin kesehatan hewan, pembinaan dan pengawasan standar mutu alat dan mesin kesehatan hewan, penerapan pedoman pengawasan produksi, peredaran, penggunaan dan pengujian alat dan mesin kesehatan hewan, pembinaan dan pengawasan kebijakan alat dan mesin kesehatan hewan, penerapan standar dukungan rekayasa teknologi kesehatan hewan, pembinaan dan pengawasan penerapan standar teknis alat dan mesin kesehatan hewan, pembinaan dan pengawasan rekayasa pemeliharaan alat dan mesin kesehatan hewan, penentuan kebutuhan prototype alat mesin kesehatan hewan, pengawasan penerapan teknologi bidang kesehatan hewan, pembinaan kerjasama teknologi bidang kesehatan hewan wilayah provinsi. Bagian Kelima Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner Dan Kesejahteraan Hewan Pasal 18 Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang zoonosis dan kesejahteraan hewan, produk hewani, hygiene dan sanitasi. Pasal 19 Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner Dan Kesejahteraan Hewan mempunyai fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang zoonosis dan kesejahteraan hewan; b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang produk hewani; c. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang hygiene dan sanitasi; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pasal 20 (1) Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan, membawahkan: a. Seksi Zoonosis Dan Kesejahteraan Hewan; b. Seksi Produk Hewani; 9

c. Seksi Hygiene Dan Sanitasi. (2) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner Dan Kesejahteraan Hewan. Pasal 21 Seksi Zoonosis dan Kesejahteraan Hewan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang zoonosis dan kesejahteraan hewan, meliputi : penerapan kebijakan dan pedoman kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan, pembinaan penerapan kesejahteraan hewan, penerapan dan pengawasan norma standar teknis pelayanan kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan, pembinaan dan pengawasan dan pemantauan penyakit hewan zoonosis, pembinaan dan penerapan standar teknis pelayanan kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan wilayah provinsi, pengaturan dan pengawasan pelaksanaan pelarangan pemasukan hewan, bahan asal hewan ke/dari wilayah indonesia antar provinsi di wilayah provinsi, pengawasan lalu lintas ternak, produk ternak dan hewan kesayangan dari/ke wilayah provinsi dan lintas kabupaten/ kota, pembinaan dan pengawasan ternak dan bahan asal hewan untuk tujuan ekspor (ternak, daging, susu, hewan kesayangan, hewan liar dll). Pasal 22 Seksi Produk Hewani mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang produk hewani, meliputi : pengawasan peredaran lalulintas produk hewan dari/ke wilayah provinsi dan lintas kab/kota, pengaturan dan pengawasan pelaksanaan pelarangan pemasukan bahan asal hewan ke/dari wilayah indonesia antar provinsi di wilayah provinsi, penetapan dan identifikasi kebutuhan standar teknis minimal keamanan dan mutu produk hewan, pengawasan lalu lintas produk ternak dari/wilayah provinsi dan lintas kabupaten/kota, pemeriksaan dan pengawasan residu produk pangan asal hewan, pembinaan, pengawasan bahan asal hewan untuk tujuan ekspor (daging, susu dan telur), pembinaan dan pemberian nomor kontrol veteriner (NKV) untuk unit usaha produk pangan asal hewan wilayah provinsi, sertifikasi dan surveylans nomor kontrol veteriner (NKV) unit usaha pangan asal hewan wilayah provinsi, pemberian rekomendasi pemasukan/pengeluaran produk hewan dari dan antar provinsi/pulau. 10

Pasal 23 Seksi Hygiene Dan Sanitasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang hygiene dan sanitasi, meliputi : pembinaan dan pengawasan praktek hygiene dan sanitasi produsen produk pangan asal hewan (PAH), penerapan kebijakan alat dan mesin kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet), pemantauan, identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan mesin kesmavet, penerapan standar mutu alat dan mesin kesmavet, pembinaan dan pengawasan standar mutu alat dan mesin kesmavet, pembinaan dan pengawasan rekayasa dan pemeliharaan alat dan mesin kesmavet, penerapan standar dukungan rekayasa teknologi bidang kesmavet, pembinaan kerjasama teknologi bidang kesmavet, bimbingan pemanfaatan air untuk kesmavet, pembinaan dan pengawasan penerapan standar teknik alat dan mesin kesmavet, pembinaan dan pengawasan kebijakan alat dan mesin kesmavet, pemantauan dan evaluasi pengembangan teknologi optimalisasi pengelolaan pemanfaatan air untuk usaha kesmavet, pembangunan dan pengelolaan laboratorium kesmavet, penetapan dan identifikasi kebutuhan standar teknis RPH/RPU dan laboratorium kesmavet, pembinaan dan pengawasan standar teknis RPH dan RPU, pembinaan dan pengawasan RPH dan RPU, penerapan pedoman pengawasan produksi, peredaran, penggunaan dan pengujian alat dan mesin kesmavet wilayah provinsi. Bagian Keenam Bidang Produksi Pasal 24 Bidang Produksi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perbibitan, budidaya, penyebaran dan pengembangan peternakan. Pasal 25 Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Bidang Produksi mempunyai fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perbibitan; b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang budidaya; c. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penyebaran dan pengembangan peternakan; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 11

Pasal 26 (1) Bidang Produksi, membawahkan: a. Seksi Perbibitan; b. Seksi Budidaya; c. Seksi Penyebaran Dan Pengembangan Peternakan. (2) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Produksi. Pasal 27 Seksi Perbibitan mempunyai tugas, melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang Perbibitan, meliputi : penerapan dan pengawasan pelaksanaan kebijakan perbibitan ternak, penerapan dan pengawasan standar perbibitan ternak, pembinaan dan pengawasan produksi ternak bibit, penerapan dan pengawasan pedoman perbibitan (standar mutu), penetapan sertifikasi dan penetapan standar mutu genetik bibit ternak, pengawasan peredaran lalulintas ternak bibit/benih ternak, penetapan kabupaten/kota sebagai lokasi penyebaran ternak bibit, penetapan penggunaan bibit unggul, penerapan kebijakan konservasi (pelestarian) ternak bibit murni dan unggul/plasma nutfah peternakan, pembinaan dan pengadaan semen beku, pembinaan dan pemantauan pelaksanaan inseminasi buatan, progeny test dan transfer embrio, pembinaan distribusi mani beku (STRAW), pemantauan dan pengawasan penerapan standar teknis mutu bibit day old chick final stock, pemantauan dan pengawasan penerapan standar teknis mutu bibit ternak, pengaturan kawasan sumber-sumber bibit dan plasma nutfah, pembinaan dan pengawasan sertifikasi produksi bibit ternak, penetapan sertifikasi rekayasa teknologi mutu genetik (inseminasi buatan, embrio transfer), penetapan sertifikasi tenaga ahli perbibitan (surat ijin melakukan inseminasi buatan, pemeriksaan kebuntingan, assistensi reproduksi), pembinaan pembibitan ternak di unit pelaksana teknis dinas, pembinaan dan pengadaan bibit ternak, pembinaan mutu genetik ternak dengan rekayasa teknologi tepat guna (IB dan ET), penetapan sertifikasi embrio ternak, penetapan sertifikasi produksi benih mani beku, pembinaan sumber bibit ternak (hasil inseminasi buatan crossing), pembinaan dan pengawasan breeding replacement melalui rearing cool (mempercepat penyediaan bibit), pembinaan dan pengawasan penyaringan bibit di kawasan produksi peternakan wilayah provinsi, pemantauan pemasukan dan pengeluaran ternak bibit dari dan keluar negeri. 12

Pasal 28 Seksi Budidaya mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang budidaya, meliputi : penerapan kebijakan pakan ternak, bimbingan produksi pakan ternak dan bahan baku pakan ternak, penerapan standar mutu pakan ternak, pembinaan dan pengawasan labelisasi dan sertifikasi pakan ternak, labelisasi dan sertifikasi mutu pakan ternak, pengawasan mutu pakan dan bahan baku pakan, pengadaan, perbanyakan dan penyaluran benih hijauan pakan, pembinaan dan pengawasan produksi pakan dan bahan baku pakan, penerapan kebijakan alat mesin peternakan, pemantauan, identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat mesin peternakan, penerapan standar mutu alat mesin peternakan wilayah provinsi, pembinaan dan pengawasan standar mutu alat dan mesin peternakan, penerapan pedoman pengawasan produksi, peredaran, penggunaan dan pengujian alat mesin peternakan, pembinaan dan pengawasan kebijakan alat mesin peternakan, penerapan standar dukungan rekayasa teknologi peternakan, pembinaan dan pengawasan penerapan standar teknis alat mesin peternakan, pembinaan dan pengawasan rekayasa dan pemeliharaan alat mesin peternakan, pengawasan penerapan teknologi bidang peternakan, pembinaan kerjasama teknologi bidang peternakan wilayah provinsi. Pasal 29 Seksi Penyebaran Dan Pengembangan Peternakan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penyebaran dan pengembangan peternakan, meliputi : penetapan dan pengawasan kawasan peternakan, penetapan peta potensi peternakan, penerapan pedoman penetapan padang penggembalaan, bimbingan pemanfaatan air untuk usaha peternakan, pemantauan dan evaluasi pengembangan teknologi optimalisasi pengelolaan pemanfaatan air untuk usaha peternakan, penerapan dan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan pedoman penyebaran dan pengembangan peternakan, pemantauan lalu lintas ternak, pembinaan penetapan pedoman lalu lintas ternak wilayah provinsi. Bagian Ketujuh Bidang Usaha Peternakan Pasal 30 Bidang Usaha Peternakan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelayanan usaha, pengolahan hasil dan pemasaran, pengembangan SDM dan kelembagaan peternakan. Pasal 31 13

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Bidang Usaha Peternakan mempunyai fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelayanan usaha; b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengolahan hasil dan pemasaran; c. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengembangan SDM dan kelembagaan peternakan; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pasal 32 (1) Bidang Usaha Peternakan, membawahkan: a. Seksi Pelayanan Usaha; b. Seksi Pengolahan Hasil Dan Pemasaran; c. Seksi Pengembangan SDM Dan Kelembagaan Peternakan. (2) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Usaha Peternakan. Pasal 33 Seksi Pelayanan Usaha mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelayanan usaha, meliputi : penerapan kebijakan dan pemantauan pengembangan investasi dan kebijakan permodalan melalui lembaga perbankan dan non perbankan, pembinaan dan pengawasan penyaluran, pemanfaatan dan kredit program, bimbingan penerapan pedoman, norma, standar sarana usaha, bimbingan teknis pembangunan sarana fisik (bangunan), penyimpanan, pengolahan dan pemasaran sarana produksi serta pemasaran hasil peternakan, penerapan dan pengawasan pelaksanaan pedoman kerjasama/kemitraan usaha peternakan, pembinaan izin usaha budidaya hewan kesayangan, pembinaan pemberian perizinan usaha di bidang peternakan dan kesehatan hewan di wilayah provinsi, rekomendasi pendaftaran mutu pakan, pemberian izin usaha obat hewan sebagai distributor wilayah provinsi, rekomendasi pemasukan dan pengeluaran ternak bibit dari dan ke luar negeri, rekomendasi pemasukan/pengeluaran hewan/ternak dan produk hewan dari dan antar 14

provinsi/pulau, rekomendasi instalasi karantina hewan di wilayah provinsi, pembinaan manajemen usaha tani dan pencapaian pola kerjasama usaha tani wilayah provinsi, pembinaan dan pengawasan penerapan standar teknis usaha peternakan dan pelayanan izin usaha, pembinaan dan pelaksanaan studi AMDAL/UKL-UPL di bidang peternakan wilayah provinsi, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan AMDAL wilayah provinsi. Pasal 34 Seksi Pengolahan Hasil Dan Pemasaran mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengolahan hasil dan pemasaran, meliputi : pembinaan dan pengawasan penerapan standar teknis pembinaan mutu dan pengolahan hasil peternakan dan hasil bahan asal hewan, pembinaan dan pengawasan lembaga sistem mutu produk peternakan dan hasil bahan asal hewan, pembinaan dan pengawasan peningkatan mutu hasil peternakan dan hasil bahan asal hewan, pembinaan dan pengawasan pengelolaan unit pengolahan alat trasportasi, unit penyimpanan hasil bahan asal hewan, pembinaan analisis usaha tani dan pemasaran hasil peternakan, pembinaan, pengawasan, pemantauan dan penyebarluasan penerapan teknologi panen, pasca panen dan pengolahan hasil peternakan, pembinaan dan pengawasan pemeriksaan hygiene sanitasi lingkungan usaha peternakan, pemantauan dan evaluasi penanganan panen, pasca panen dan pengolahan hasil peternakan, bimbingan perhitungan perkiraan kehilangan hasil budidaya peternakan, pemantauan dan evaluasi pemasaran hasil peternakan, promosi komoditas peternakan, penyebarluasan informasi pasar wilayah provinsi. Pasal 35 Seksi Pengembangan SDM Dan Kelembagaan Peternakan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang, pengembangan SDM dan kelembagaan peternakan meliputi : penetapan kebijakan SDM peternakan tingkat provinsi, penerapan norma, standar dan akreditasi kelembagaan pendidikan ketrampilan peternakan, penerapan norma dan standar kelembagaan pelatihan peternakan, penerapan standarisasi dan prosedur sistem dan metode pendidikan ketrampilan, perencanaan dan standarisasi dan prosedur sistem dan metode pelatihan peternakan, pembinaan kelembagaan usaha tani wilayah provinsi, penerapan kebijakan dan pedoman penyuluhan peternakan, pembinaan dan pengawasan standar teknis kelembagaan usaha tani. 15

Bagian Kedelapan Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 36 Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 37 (1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. (2) Jumlah Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. (3) Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Pembinaan terhadap Pejabat Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB III TATA KERJA Pasal 38 Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur. Pasal 39 Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi dalam melaksanakan tugasnya memperhatikan prinsip-prinsip manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. 16

Pasal 40 Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, Kepala Seksi, dan Pejabat Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi secara vertikal maupun horizontal baik ke dalam maupun antar satuan organisasi dalam lingkungan Pemerintahan Daerah serta instansi lain sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. Pasal 41 (1) Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi bertanggung jawab dalam memimpin, mengkoordinasikan dan memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya masing-masing. (2) Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk dan bertanggung jawab pada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan tepat pada waktunya. (3) Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan dapat disampaikan kepada satuan organisasi lain di lingkungan Dinas yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja. (4) Setiap laporan yang diterima oleh Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan dijadikan bahan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan. Pasal 42 Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala UPTD dan Pejabat Fungsional menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas dan berdasarkan hal tersebut Sekretaris menyusun laporan berkala Kepala Dinas kepada Gubernur melalui Sekda. BAB IV KEPEGAWAIAN Pasal 43 Jenjang jabatan dan kepangkatan serta susunan kepegawaian diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 17

Pasai 44 Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Unit Pelaksana Teknis, Kepala Subbagian, Kepala Seksi dan Ketua Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan Dinas diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 45 Bagan Organisasi Dinas sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB VI PENUTUP Pasal 46 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Gubernur ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur oleh Kepala Dinas. Pasal 47 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah. Ditetapkan di Semarang pada tanggal 31 Juli 2008 GUBERNUR JAWA TENGAH Diundangkan di Semarang pada tanggal 31 Juli 2008 ALI MUFIZ SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH HADI PRABOWO BERITA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008 NOMOR 77 18