BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114)

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Pembangunan International Conference on Population and Development

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pornografi, didefinisikan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya (Hurlock, 2011). Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seorang remaja dalam berbagai hal, tidak terkecuali dalam bidang seksualitas (Gunawan, 2011). Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting terutama dalam membentuk hubungan dengan lawan jenisnya. Besarnya rasa ingin tahu remaja menyebabkan remaja selalu berusaha mencari informasi mengenai seksualitas tanpa pantauan dari orang lain (Willis, 2012). Tahapan perkembangan yang terjadi pada remaja antara lain remaja awal (early adolescence), dimana rentang usia pada remaja awal adalah 12-15 tahun dan biasanya pada usia ini remaja sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Remaja madya (middle adolescence), rentang usia pada remaja madya adalah 15-18 tahun dan biasanya pada usia ini remaja sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Remaja akhir (late adolescence), rentang usia pada remaja akhir adalah 18-21 tahun dan biasanya pada usia ini remaja duduk di bangku perkuliahan dan mulai bersikap menuju masa dewasa awal (Sarwono, 2011). Usia 12-18 tahun, biasanya hormon seksual pada remaja sudah mulai berfungsi sehingga hal 1

2 tersebut mendorong remaja untuk melakukan perilaku seksual (Mahmudah, Yaumin & Lestari, 2016). Hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6% juta jiwa, sedangkan 63,4 juta remaja. Jumlah remaja laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) dan remaja perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%). Hasil sensus penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010 menunjukkan bahwa terdapat 3.452.390 jiwa. Jumlah remaja laki-laki adalah 425.807 jiwa, sedangkan remaja perempuan 409.115 jiwa (BKKBN, 2012). Menurut keterangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012), seksualitas merupakan salah satu dari tiga masalah yang paling menonjol pada remaja di Indonesia selain penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS. Saat ini persepsi remaja mengenai perilaku seksual cendrung mengarah pada hal yang negatif. Dulu orang menganggap perilaku seksual dilakukan setelah menikah, namun sekarang perilaku seksual pranikah merupakan hal yang sudah biasa dikalangan remaja (Anniswah, 2016). Perilaku seksual adalah perilaku yang timbul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual seperti pegangan tangan, berciuman, berpelukan dan melakukan hubungan seksual (Kusmiran, 2013). Objek seksualnya bisa berupa orang lain dan dirinya sendiri. Penyaluran perilaku seksual dengan orang lain terkadang dilakukan karena banyak dari remaja yang tidak dapat menahan hasrat seksualnya sehingga remaja memutuskan untuk melakukan hubungan seksual sebelum

3 menikah (Sinaga, 2012). Berdasarkan ukuran psikologi, proses perilaku seksual terdiri dari ketertarikan pada lawan jenis, timbulnya gairah, diikuti dengan tercapainya puncak kepuasan seksual (orgasme), dan diakhiri dengan tahap pemulihan atau penenangan kembali (resolusi) (Sarwono, 2011). Kasus perilaku seksual remaja yang belum menikah dari waktu ke waktu semakin meningkat dan mengkhawatirkan, hal tersebut dibuktikan dengan hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2012, yang menyatakan bahwa 29,5% remaja laki-laki dan 6,2% remaja perempuan pernah meraba atau merangsang pasangannya, 48,1% remaja laki-laki dan 29,3% remaja perempuan pernah berciuman bibir, serta 79,6% remaja lakilaki dan 71,6% remaja perempuan pernah berpegangan tangan dengan pasangannya (Mahmudah et al, 2016). Dilaporkan bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan sudah melakukan hubungan seksual selama masa pubertas dan 20% dari mereka mempunyai empat atau lebih pasangan. Sekitar 53% perempuan berusia 15-19 tahun melakukan hubungan seksual diluar nikah (Notoatmodjo, 2007). Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa usia remaja ketika pertama kali melakukan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14-23 tahun dan usia terbanyak adalah 17-18 tahun (Pratiwi, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan (2011) yang melibatkan responden sebanyak 1.660 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta mendapatkan hasil bahwa 97,5 % dari responden mengaku telah melakukan perilaku seksual pranikah. Sementara

4 umur pertama kali paling banyak adalah 15-17 tahun, yakni pada 45,3% remaja pria dan 47,0% remaja wanita. Dari seluruh usia yang disurvei yakni 10-24 tahun, hanya 14,8% yang mengaku belum pernah pacaran sama sekali. Perilaku seksual dapat berakibat fatal karena beresiko tinggi terhadap timbulnya kehamilan diluar nikah, aborsi, terkena Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS serta kematian (Prameswari et al, 2014). Perilaku seksual juga dapat mengakibatkan masalah psikososial seperti depresi, cemoohan dan penolakan masyarakat sekitar juga akan menambah beban psikologis bagi remaja (Sarwono, 2011). Akibat dari bebasnya perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja dapat menyebabkan remaja terkena Infeksi Menular Seksual (IMS). IMS menepati peringkat 10 besar di negara berkembang seperti Afrika, Asia, Asia Tenggara, dan Amerika Latin (Kemenkes, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual menurut penelitian yang dilakukan oleh Tristiadi (2016) adalah paparan media pornografi, pengaruh teman sebaya, tingkat ketaatan agama remaja, tingkat pengetahuan remaja mengenai perilaku seksual yang rendah. Selain itu kurangnya komunikasi dengan orang tua mengenai perilaku seksual, serta kontrol diri yang kurang pada remaja juga dapat mempengaruhi perilaku seksual pada remaja. Faktor perilaku seksual yang paling dominan adalah pengaruh teman sebaya. Teman sebaya adalah sekelompok remaja yang seumur dan mempunyai kelompok sosial yang sama. Teman sebaya merupakan lingkungan bergaul seorang remaja, remaja berkenalan dan mulai berinteraksi dengan teman-

5 teman kelompoknya yang dirasa cocok dalam lingkungannya (Ramadani et al, 2011). Teman sebaya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seorang remaja. Remaja lebih memilih menceritakan masalah yang terjadi pada dirinya kepada teman sebaya daripada dengan keluarga. Hal ini terjadi karena remaja lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan kelompok teman sebaya daripada di rumah bersama keluarga (Novitasari, 2014). Teman sebaya merupakan faktor penguat terhadap pembentukan perilaku remaja termasuk perilaku seksual pranikah. Menurut Morton dan Farhat (2010) menyatakan bahwa teman sebaya mempunyai peran yang sangat dominan dari aspek pengaruh dan percontohan (modelling) dalam perilaku seksual remaja dengan pasangannya. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya memiliki kecenderungan berperilaku seksual sebanyak 1,73 kali daripada remaja tanpa pengaruh teman sebaya. Hal ini dikarenakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Data hasil penelitian Kementerian Kesehatan RI tahun 2011 menunjukkan bahwa 35,9 % remaja mempunyai teman sebaya yang sudah pernah melakukan hubungan seksual diluar nikah dan 6,9 % remaja sudah melakukan hubungan seksual diluar nikah bersama pasangannya. Perilaku seksual sebelum menikah selain dilarang oleh negara juga dilarang oleh islam, dalam Al-Qur an dijelaskan :

6 Allah SWT berfirman: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk (QS Al-Israa : 32). Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan umatnya untuk menghindari zina. Agama Islam sangat jelas melarang umatnya untuk melakukan zina seperti berpacaran dan melakukan perilaku seksual pranikah yang saat ini sudah menjadi hal yang biasa bagi remaja. Jika seorang remaja melakukan pacaran dan melakukan perilaku seksual pranikah sama saja remaja tersebut sudah melanggar larangan agama Islam. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara secara langsung pada remaja SMA Y Yogyakarta. Dari 10 siswa yang telah diwawancara oleh peneliti, ternyata 10 siswa tersebut pernah menjalin hubungan pacaran dengan lawan jenis, jalan berdua dengan lawan jenis bahkan berpelukan. Terdapat 6 siswa yang sering menonton video porno bersama temannya sehingga membuat siswa mempunyai keinginan untuk melakukan hal yang mereka lihat didalam video tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja SMAN Y Yogyakarta B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, peneliti merumuskan permasalahan Apakah ada hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja SMAN Y Yogyakarta.

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Mengetahui hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja SMAN Y Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran teman sebaya dalam perilaku seksual pranikah remaja. b. Mengetahui gambaran perilaku seksual pranikah remaja. c. Mengetahui hubungan antara teman sebaya dan perilaku seksual pranikah. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan solusi dan intervensi yang tepat, cepat dan berkesinambungan untuk membimbing siswa dalam mengatasi masalah perilaku seksual. 2. Bagi siswa Sebagai masukan tentang pentingnya mengetahui besarnya pengaruh teman sebaya dalamperilaku seksual dan untuk mencegah berbagai macam akibat dari perilaku seksual pranikah. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai acuan penelitian lanjutan terutama tentang pengaruh pemberian intervensi tentang peran teman sebaya pada remaja dengan kejadian perilaku seksual pranikah.

8 E. Penelitian Terkait 1. Wahyu Purwaningsih tahun 2012 dengan judul Hubungan pengetahuan dan peran keluarga dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja anak jalanan di Kota Surakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku seks pra nikah pada remaja anak jalanan di Kota Surakarta dan menganalisis peran keluarga terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja anak jalanan di Kota Surakarta. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan metode pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling, dengan jumlah sampel 104 orang responden anak jalanan di wilayah Kota Surakarta dengan menggunakan instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan uji Chi Square test dengan taraf signifikasi (a=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja anak jalanan yang melakukan perilaku seksual pranikah mempunyai pengetahuan rendah dan peran orang tua yang kurang baik. Dari analisis korelasi diperoleh hasil yang signifikan (P value < 0,05) yang dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku seksual pranikah anak jalanan Kota Surakarta. Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel bebas dan lokasi penelitian. 2. Ika Ayu Lestari dkk dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa UNNES 2014. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013 dengan populasi penelitian

9 adalah mahasiswa UNNES dengan jumlah sampel 320 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling menggunakan analisa data yang digunakan adalah uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara status tempat tinggal, paparan pornografi, dan peran teman sebaya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama menggunakan pendekatan cross sectional dan pada variabel terikatnya yaitu perilaku seksual. Perbedaannya terdapat pada lokasi penelitian, yaitu di Universitas Negeri Semarang dan pada penelitian ini dilakukan di SMAN Y Yogyakarta. 3. Mahmudah dkk dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di kota Padang. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016. Penelitian ini menggunakan jenis analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI SMA di kota Padang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 158 orang yang diambil dengan cara multistage random sampling. Data dianalisis dengan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku seksual dikota Padang dipengaruhi oleh jenis kelamin laki-laki, paparan tinggi dengan sumber informasi seksual dan sikap negatif terhadap berbagai perilaku seksual. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah menggunakan metode penelitian cross sectional. Perbedaannya

10 terdapat pada lokasi penelitian, yaitu dilakukan di SMA Padang dan pada penelitian ini dilakukan di SMAN Y Yogyakarta. 4. Dewi (2012), dengan judul Hubungan karakteristik remaja, peran teman sebaya dan paparan media pornografi dengan perilaku seksual remaja di kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan karakteristik remaja, peran teman sebaya dan paparan media pornografi terhadap perilaku seksual remaja. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, dan jumlah sampel 280 remaja. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur pertama pacaran, frekuensi pacaran, norma agama, norma keluarga, pengaruh teman sebaya dan media massa internet dengan perilaku seksual remaja dengan nilai (p<0,05). Selain jenis kelamin yang dominan, faktor lain yang berhubungan adalah norma agama, pengaruh teman sebaya, sumber informasi dan media massa. 5. Laddunuri (2013), dengan judul The Sexual Behavior of Secondary School Adolescent Students in Tanzania: Patterns and Trends. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memahami pola dan kecendrungan perilaku seksual siswa remaja di Tanzania. Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dilakukan di 550 sekolah menengah atas (13-19 tahun) direkrut dengan menggunakan teknik multistage random sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasilnya lebih dari sepertiga (40,2%) dari siswa menjalin hubungan dengan usia

11 rata-rata 17,2 dan seperenam (17,6%) dari peserta memiliki banyak pasangan seksual. Usia rata-rata untuk memeluk, mencium dan cumbuan payudara secara signifikan lebih muda daripada dengan hubungan seksual. Alasan utama hanya untuk bersenang-senang (37%) dan tekanan teman sebaya (27,6%). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah tempat penelitian.