Profil Penderita Diare Anak Di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL PENDERITA DIARE ANAK DI PUSKESMAS RAWAT INAP PEKANBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

KARAKTERISTIK PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI KECAMATAN TABANAN TAHUN Aditya Darmika 1, I Ketut Agus Somia 2

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Deteksi Protozoa Usus Oportunistik pada Penderita Diare Anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

Esy Maryanti, Suri Dwi Lesmana, Sri Wahyuni Dwintasari, Hendro Mandela Fakultas Kedokteran Universitas Riau

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Batu Jaya Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara


BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada anak di negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

DETEKSI PROTOZOA USUS PATOGEN PADA PENDERITA DIARE ANAK DI PUSKESMAS RAWAT INAP KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FREKUENSI TERJADINYA DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAJAH I KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

Hubungan antara perilaku ibu tentang kebersihan dan frekuensi kejadian Gastroentritis pada balita usia 1 3 tahun di RS Adi Husada Kapasari Surabaya

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu

Transkripsi:

Profil Penderita Diare Anak Di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru Esy Maryanti 1*, Suri Dwi Lesmana 1, Hendro Mandela 2, Setri Herlina 2 ABSTRACT Diarrhea is one of the most frequent diseases of infants and children in the world. In developing countries, diarrhea is still one of the major causes of morbidity and mortality in children. In 2009, the incidence of diarrhea in children in Pekanbaru there were more than 5-6 people per day. Pekanbaru is the densely populated city that is very easy occurrence of diarrhea in children. Many factors affect the incidence of diarrhea in children, one of which is the environment, hygiene and nutritional status of children. This study aims to determined the profile of children with diarrhea in Health Centers Inpatient Pekanbaru. A total of 96 patients of diarrhea in children Pekanbaru Health Center Inpatient obtained most of the male sex (54.2%), with the age of majority was especially toddlers aged 1-3 years. Nutritional status in patients with diarrhea was generally a good. Stool characteristics in childhood diarrhea patients was mostly mushy, not slimy and does not bleed. Keywords : diarrhea, children, Health Center Diare pada anak merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang penting di negara berkembang termasuk di Indonesia. Diare di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan utama karena masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kadang disertai kematian. 1 Dalam survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 diare menempati urutan kedua terbanyak dari penyebab kematian bayi di Indonesia. 2 Diare adalah pengeluaran tinja yang lunak atau cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih perhari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Diare terdiri atas diare akut dan diare kronis. Diare akut adalah kejadian diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. 3 Kejadian diare akut di Indonesia diperkirakan sekitar 60 juta kasus setiap tahunnya, dan 1-5 % di antaranya berkembang menjadi diare kronis. 4 Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2009, kajian dan analisis dari beberapa survei yang dilakukan, angka kesakitan diare pada semua golongan umur adalah 423/1000 penduduk. Episode diare pada golongan balita adalah 1,5 kali per tahun. Angka kematian diare pada semua golongan umur 54/100.000 1 Bagian Parasitologi FK UNRI * Coresponding Author :esy.maryanti@gmail.com 2 Mahasiswa FK UNRI penduduk dan pada balita terjadi 55.000 kematian (2,5/1.000 balita). 5 Kejadian diare di Pekanbaru berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, angka kejadian diare pada anak tercatat sebanyak lebih dari 5-6 orang perhari. Data tersebut diperoleh dari 17 Puskesmas yang ada di Pekanbaru pada tahun 2007. 2 Sebanyak 85% diare disebabkan oleh virus dan sisanya disebabkan oleh bakteri, parasit, jamur, alergi makanan, keracunan makanan, malabsorbsi makanan dan lain-lain. 6 Pekanbaru merupakan kota yang berpenduduk padat sehingga sangat mudah terjadinya penularan diare pada anak. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak. Faktor higiene dan sanitasi merupakan faktor yang dominan karena kebanyakan agen penyebab diare baik bakteri, virus maupun protozoa ditularkan melalui perantaraan vektor mekanik seperti lalat yang banyak terdapat pada seseorang dengan higiene dan sanitasi yang jelek. Higienitas anak balita sangat tergantung pada orang tuanya, sedangkan pada usia yang lebih besar apalagi usia sekolah, higienitas selain orang tua juga tergantung lingkungan sekitarnya termasuk lingkungan sekolah karena pada fase tersebut anak telah mendapatkan informasi yang lebih banyak dari sekolah termasuk informasi tentang kebersihan perorangan. 7 101

JIK, Jilid 8, Nomor 2, September 2014, Hal. 101-105 Karakteristik diare pada anak bermacammacam. Biasanya pada anamnesis, karakteristik diare yang khas telah dapat memperkirakan agen penyebab infeksi. Pada diare yang disebabkan oleh virus, pasien mengeluhkan buang air besar cair dan berbau asam, sedangkan pada diare yang disebabkan oleh amuba karakteristik tinja biasanya tinja berlendir, berdarah dan berbau amis, sedangkan pada diare yang disebabkan oleh bakteri tinja berlendir dengan frekuensi defekasi lebih sering daripada yang disebabkan oleh amuba serta berbau busuk. Lain halnya dengan diare yang disebabkan oleh intoleransi laktosa. Biasanya tinja berbau asam, dan tinja keluar menyemprot. Akan tetapi untuk memastikan agen penyebab tetap perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. 7 Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang profil penderita diare anak di Puskesmas rawat inap Pekanbaru. METODE Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang menggambarkan kejadian diare anak berdasarkan umur, jenis kelamin, status gizi, dan karakteristik diare. Penelitian dilakukan pada bulan September - Desember 2012. Pengambilan sampel dilakukan di 4 Puskesmas rawat inap Pekanbaru yaitu Puskesmas Rawat Inap Simpang Tiga, Puskesmas Rawat Inap Karya Wanita Rumbai, Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo, Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya. Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien diare anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru yang berobat dari September Desember 2012. Penelitian dilakukan dengan mengisi kuesioner tentang identitas pasien anak, meliputi jenis kelamin, umur dan berat badan anak. Pemeriksaan berat badan anak dilakukan ketika anak pertama kali datang ke Puskesmas. Status gizi dinilai berdasarkan berat badan menurut umur yang kemudian dimasukkan kedalam standar WHO NCHS. Status gizi digolongkan kedalam status gizi lebih, baik dan status gizi kurang. Selain itu juga melihat karakteristik tinja anak yang diare. HASIL Hasil penelitian didapatkan sebanyak 96 pasien diare anak yang berasal dari empat Puskesmas rawat inap Pekanbaru. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin dan umur Karakteristik pasien terbanyak yaitu berjenis kelamin laki-laki dengan rentang umur terbanyak yaitu 1-3 tahun seperti terlihat pada tabel 1. 102

Esy Maryanti, Profil Penderita Diare Anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru Tabel 2. Distribusi frekuensi status gizi pada pasien diare anak. Status gizi pasien diare anak di empat 92,7% adalah baik dan hanya 4 (4,2%) orang anak yang mempunyai status gizi kurang seperti terlihat pada tabel 2. Berdasarkan karakteristik tinja pasien diare anak seperti yang terlihat pada tabel 3, didapatkan konsisitensi sebagian besar tinja anak adalah lembek. Tabel 3. Karakteristik tinja pasien diare anak ( N=96) PEMBAHASAN Pada hasil penelitian didapatkan jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki dengan rentang umur terbanyak yaitu 1-3 tahun. Hal ini sesuai dengan data dari WHO yang menyatakan 80% penderita diare adalah anak balita terutama di bawah 2 tahun. 8 Hal ini disebabkan karena kekebalan alami pada anak usia dibawah 2 tahun belum terbentuk sehingga kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar. Hal ini dapat terjadi karena penyapihan atau pemberian makanan tambahan (susu botol dan makanan campuran) yang dimulai ketika umur anak kurang dari 2 tahun sehingga anak-anak sudah terpapar pada pengganti air susu ibu dan makanan tambahan yang kemungkinan pengolahan dan penyajiannya kurang higienis. Higiene lingkungan (air bersih yang dimasak, dot dan botol atau alat lain yang steril) merupakan hal yang penting diperhatikan untuk menghindari kontaminasi makanan oleh kuman, sehingga dapat dicegah berulangnya infeksi dan diare. 9 Pada usia tersebut anak juga memiliki kebiasaan memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut atau yang disebut sebagai fase oral. Bendabenda yang dimasukkan ke dalam mulut dapat menjadi media infeksi mikroorganisme penyebab diare seperti virus, bakteri, jamur dan parasit. 10 Pada usia 3-5 tahun, anak berisiko terpapar dengan makanan di luar rumah. Pada umur tersebut anak-anak lebih suka makan jajanan mengikuti jejak teman-temannya, padahal pengolahan dan penyajian makanan tersebut kemungkinan kurang higienis yang berakibat pada kontaminasi makanan oleh kuman yang dapat menyebabkan seorang anak menderita diare. Salah satu faktor yang mempunyai 103

JIK, Jilid 8, Nomor 2, September 2014, Hal. 101-105 pengaruh kuat terhadap terjadinya diare pada anak adalah kebiasaan mencuci tangan. Oleh sebab itu anak sebaiknya dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan. 10 Pada penelitian ini ditemukan kejadian diare lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang didapatkan oleh Palupi A dkk tahun 2009 di RS Sardjito Yogyakarta, bahwa risiko kesakitan diare pada balita perempuan sedikit lebih rendah dibandingkan balita laki-laki, namun demikian hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti pasien laki-laki lebih sering terkena diare dibanding dengan pasien perempuan. 9 Status gizi pasien diare anak di empat 92,7% adalah baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang didapatkan oleh Primayani D tahun 2009 tentang status gizi pada pasien diare akut di ruang rawat inap anak RSUD SoE Timor Tengah Selatan NTT bahwa sebagian besar anak yang menderita diare akut adalah yang mempunyai status gizi baik. 11 Hal ini berbeda dengan penelitian Adisasmito W 2007, yang mendapatkan hasill yang bermakna antara status gizi dengan kejadian diare yaitu diare banyak terjadi pada anak dengan status gizi kurang. 12 Status gizi sangat mempengaruhi terjadinya diare. Malnutrisi telah lama diketahui mempunyai hubungan timbal balik dengan diare. Diare dapat menimbulkan malnutrisi, sebaliknya malnutrisi juga dapat menimbulkan diare. Menurut Departemen Kesehatan RI faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diare pada penderita malnutrisi antara lain: atrofi vilus usus halus, atrofi pankreas, penurunan daya tahan tubuh serta gangguan absorbsi zat makanan. Sebaliknya diare yang dapat menjadi faktor risiko malnutrisi disebabkanantara lain: asupan makanan penderita diare menurun sebagai akibat dari kebiasaan ibu yang menghentikan makanan tertentu selama diare, adanya anoreksia, kebiasaan mengencerkan susu selama diare, berkurangnya absorbsi makanan, kehilangan langsung zat makanan melalui usus dalam bentuk tinja, bertambahnya kebutuhan zat makanan oleh tubuh karena terjadi peningkatan katabolisme serta kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah banyak dan dalam waktu relatif singkat. 13 Pada penelitian ini didapat sebagian besar penderita diare anak mempunyai status gizi baik hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penyebab diarenya sendiri. Berdasarkan karakteristik tinja pasien diare anak didapatkan konsisitensi sebagian besar tinja anak adalah lembek. Konsistensi tinja kadang dapat menentukan penyebab diare. Pada diare yang disebabkan oleh virus biasanya tinja cair dan berbau asam, sedangkan pada diare yang disebabkan oleh amuba karakteristik tinja biasanya tinja berlendir, berdarah dan berbau amis, sedangkan pada diare yang disebabkan oleh bakteri tinja berlendir dengan frekuensi defekasi lebih sering daripada yang disebabkan oleh amuba serta berbau busuk. Pada diare yang disebabkan oleh protozoa usus oportunistik, kosistensi tinjanya cair. 7 Konsisitensi tinja yang lembek tidak khas untuk dapat menentukan etiologi diare, harus dilihat lagi apakah ada darah atau lendir. Kalau ada darah dan lendir kemungkinan penyebab diarenya adalah amuba atau bakteri seperti yang disebutkan sebelumnya. Konsistensi tinja lembek dan tidak ada darah dan lendir kemungkinan pasien tersebut baru terserang diare, sehingga ampas tinjanya masih banyak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa kejadian diare banyak terjadi pada anak dengan jenis kelamin laki-laki dan pada usia balita terutama dibawah tiga tahun.status gizi pada anak dengan diare sebagian besar adalah baik. Karakteristik tinja pada penderita diare anak di lembek, tidak berlendir dan tidak berdarah. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penyebab diare dan manifestasi klinis yang terjadi. PENUTUP Ucapan terimakasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Riau, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan Kepala Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru, serta seluruh pihak yang telah membantu penelitian ini. 104

Esy Maryanti, Profil Penderita Diare Anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru DAFTAR PUSTAKA 1. Kusbaryanto, Hidayati T. Gambaran kejadian wabah diare dan faktor-faktor terkait di Senden, kulon, Progo. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mutiara Medika 2008;8(1). 2. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Profil Kesehatan Provinsi Riau.2009. 3. Mansjoer et al. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Jakarta: Infomedika Jakarta, 1998. 283-8 4. Putra DS. Diare Akut pada Anak. http://www.drrocky.com/layout-artikel.../42-diare-akut-padaanak 5. Susanto L, Gandahusada S, Coccidia. Dalam Parasitologi Kedokteran. Ed:4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008: 158-79. 6. Akibat Perubahan Iklim, 1500 Orang Menderita Diare Setiap Minggu. 2007; http:// www.riau.go.id 7. Mansjoer et al. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Jakarta: Infomedika Jakarta: 1998. 283-8 8. Gandahusada S, Pribadi W, Ilahude D. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 1998 9. Palupi A, Hadi H, SoenartoSS. Status gizi dan hubungannya dengan kejadian diare pada anak diare akut di ruang rawat inap RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.Jurnal Gizi Klinis Indonesia 2009; 6 (1): 1 7. 10.Pudjiadi S. Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI:2000. 11.Primayani D. Status gizi pada pasien diare akut di ruang rawat inap anak RSUD SoE Kabupaten Timor Tengah Selatan NTT. Sari Pediatri 2009; 11 (2): 90-3. 12.Adisasmito W. Faktor risiko diare pada bayi dan balita di Indonesia: Systematic review penelitian akademik bidang kesehatan masyarakat. Makara kesehatan 2007; 11 (1); 1-10. 13.Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan pengelolaan lingkungan pemukiman. Buku ajar diare. Jakarta: departemen Kesehatan RI;1999. 105