BAB I PENDAHULUAN. hutan belantara merupakan kebanggaan pada usia muda. Di tengah perjalanannya rombongan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Serdang Bedagai, semasa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

Putri Sinar Alam dan Putri Sinar Kaca (Cerita Rakyat dari daerah Jabung)

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu Kabupaten terluas di

SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 10. Kebutuhan dan Alat Pemenuhan KebutuhanLatihan Soal 10.4

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Energi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

PERATURAN DESA PATEMON NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR DESA PATEMON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON

NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

1. Kebakaran. 2. Kekeringan

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 5. MEMBACA NONSASTRALatihan Soal 5.1 (3) (2) (1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara kepulaun, yang sering pula disebut negara maritim yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEMATIAN DAN PENGUBURAN YESUS

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kura-kura dan Sepasang Itik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

WALIKOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

LEGENDA PULAU HALIMUN

KEPATUHAN (Hanya Percaya Kepadaku), 3 November 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG

Manfaat Keberagaman Budaya yang Ada di Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168]

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pelestarian budayabangsa bukan suatu obsesi yang akan menghantarkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

I. PENDAHULUAN. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rohaniah (Satrio Haryanto, 2006:1). Dalam kehidupan perlu adanya. dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan memahami makna yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

b. bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya diperlukan langkah pengaturan bagi penguasaan, pemilikan,

BAB I PENDAHULUAN. di utara, Kabupaten lamongan di timur, Kabupaten nganjuk, Kabupaten madiun,

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia.Ibukota Kabupaten ini dipindahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Melayu Dan Batak Dalam Strategi Kolonial. Written by Thursday, 22 July :51

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi daerah, pengelolaan kawasan pantai merupakan wewenang Pemerintah Daerah ;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seorang anak raja di Pagaruyung yang telah beranjak dewasa meminta izin kepada ayahandanya (Baginda raja) untuk berburu rusa, sebab pada masa itu mendapatkan rusa di hutan belantara merupakan kebanggaan pada usia muda. Di tengah perjalanannya rombongan putra raja pagaruyung tersesat kemudian di tengah keputus asaaan tersebut lewatlah kakek tua kesempatan bertemu dengan kakek tersebut tidak di sia-siakan sang raja untuk bertanya tentang di mana posisi raja tersebut tersesat, setelah bertanya ternyata posisi mereka tersesat berada di kawasan kerajaan simalungun. Akhirnya raja tersebut menghadap pada raja simalungun untuk menceritakan kronologi mereka sampai tersesat, melihat kemampuan raja muda tersebut raja simalungunpun menikahkan putrinya kepada raja muda yang berasal dari pagaruyung, 3 bulan kemudian tuan putri mengandung dan memiliki keinginan untuk berjalan-jalan ke pantai dan melihat laut, berat hati untuk menolak merekapun pergi dan sampailah mereka di pantai kuala indah. Melihat kondisi pantai yang sangat indah dan sang istripun sangat gembira maka di sang raja pagaruyung memutuskan untuk menetap dan mendirikan kerajaan di pantai tersebut. Pada musim kemarau yang panjang kondisi geografis di sekitar pantaipun berubah mulai dari air mengalir dari hulu berkurang dan menyempitnya gang-gang sungai di sertai hujan yang kunjung datang, melihat kondisi tersebut sang raja memutuskan untuk menyuruh pengawalnya menggali sumur sebab terjadi krisis air pada saat itu, di tengahtengah penggaliannya ternyata hasil galian tersebut bukan menghasilkan air tapi justru yang terlihat bongkahan-bongkahan batubara melihat batubara tersebut sang raja sangatlah gembira dengan temuan tersebut. dari peristiwa itulah nama kerajaan Batubara di ambil dan

sampai sekarang nama batubara tersebut menjadi nama salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Dari beberapa daerah yang berada di Kabupaten Batubara, tersebar benda-benda bersejarah seperti meriam. Hal ini dibuktikan dari banyaknya benda-benda cagar budaya yang berasal dari kerajaan-kerajaaan yang pernah ada di Kabupaten Batubara, seperti kerajaan Lima puluh, Lima Laras, Bogak, Pagurawan dan masih banyak lagi kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Sebagai contoh mariam, seperti mariam yang ada di Pagurawan, Lima Laras, Indrapura. Keadaan situs-situs sejarah yang ada di wilayah Batu Bara ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat sekitar maupun dari pemerintah daerah, hal ini diperparah lagi bahwa banyak generasi dari pendudduk Batubara yang tidak mau tahu terhadap eksistensi dari situs-situs yang ada di lingkungannya, padahal situs-situs sejarah itu sangat berharga mengingat situs merupakan bagian dari suatu peristiwa sejarah yang pernah ada di wilayah Batubara. Berdasarkan Undang-Undang No. 11 tahun 2010 bahwa: Cagar budaya merupakan kekayaan budaya, bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan perkembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Perubahan tersebutlah yang menyebabkan mengikisnya kecintaan masyarakat terhadap benda-benda peninggalan sejarah, padahal benda-benda sejarah tersebut hingga sampai kini ada yang masih utuh dan ada yang sudah tidak utuh, hal ini dikarenakan proses pelapukan dari alam seperti hujan, panas matahari dan ada juga sengaja dilakukan oleh orangorang yang tidak bertanggung jawab dikarenakan ada sebagian masyarakat percaya bahwa

situs-situs sejarah itu memiliki hal-hal yang unik seperti situs mariam peninggalan kedatukan Pagurawan yang menurut penuturan warga setempat mariam itu telah hilang sebanyak 2 buah mariam yang dikarenakan diduga oleh orang-orang tertentu menyimpan emas. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Manfaat Meriam Bagi Masyarakat Sebagai Peninggalan Sejarah Kerajaan- Kerajaan Yang Ada Di Kabupaten Batubara 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain sebagai berikut: 1. Daerah-daerah yang menjadi tempat meriam di Kabupaten Batubara. 2. Mengklasifikasikan (mengelompokkan) meriam yang ada di Kabupaten Batubara. 3. Manfaat peninggalan meriam di Kabupaten Batubara bagi masyarakat di Kabupaten Batubara 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Simbol meriam bagi kerajaan-kerajaan di Kabupaten Batubara 2. Manfaat meriam bagi masyarakat di kabupaten Batubara 3. Sumbangsih meriam bagi dunia pendidikan di kabupaten Batubara 1.4. Tujuan Penelitian Untuk menjawab apa sebenarnya manfaat meriam bagi masyarakat sebagai benda bersejarah, maka peneliti tujuan penelitian ini ialah;

1. Untuk mengetahui lokasi dan kondisi yang menjadi tempat peninggalan benda-benda (meriam) bersejarah di Kabupaten Batubara. 2. Untuk mengetahui latar belakang sejarah dari benda-benda (meriam) yang ada di Kabupaten Batu Bara. 3. Untuk mengetahui seberapa besar kepedulian masyarakat serta pemerintah dalam melestarikan dan meyelamatkan meriam bersejarah tersebut. 1.5. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat yang ingin diperoleh sesudah melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk menambah wawasan maupun pengetahuan peneliti dalam benda-benda (meriam) bersejarah yang ada di Kabupaten Batu Bara. 2. Agar masyarakat luas khususnya masyarakat Batu Bara mengetahui bahwa di Kabupaten Batu Bara menyimpan beberapa benda-benda (meriam) bersejarah. 3. Peneliti berharapkan supaya masyarakat maupun pemerintah Kabupaten Batu Bara menjaga dan melestarikan benda-benda (meriam) bersejarah tersebut. 4. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lainnya yang akan meneliti masalah yang sama. 5. Untuk menambah bahan pembelajaran bagi kawan-kawan mahasiswa di Jurusan Sejarah UNIMED. 6. Peneliti mengharapkan agar dapat menambah wawasan kepada pembaca mengenai benda-benda bersejarah yang ada di Kabupaten Batu Bara.

7. Supaya pemerintah setempat menetapkan Undang-Undang khususnya di Batu Bara agar benda-benda bersejarah (meriam) tersebut dapat lebih di perhatikan dan dirawat dengan baik.