1. PENDAHULUAN. Bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) merupakan salah satu spesies

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Utuh Bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) D. Kadar Flavonoid Total Ekstrak Epidermis, Mesofil, dan Daun

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa. Hal tersebut menyebabkan wilayah Indonesia selalu terpapar sinar

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI

BAB I. Pendahuluan. Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi bumi. Berbagai

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

ADAPTASI TUMBUHAN MANGROVE PADA LINGKUNGAN SALIN DAN JENUH AIR. berkembang pada daerah landai di muara sungai, dan pesisir pantai yang

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

PROFIL TABIR SURYA EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN PIDADA MERAH (Sonneratia caseolaris L.)

AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK DAUN CEMPEDAK (ARTOCARPUS CHAMPEDEN SPRENG)

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan sekitar 5,30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Teh adalah jenis minuman non alkohol yang terbuat dari daun teh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

I. PENDAHULUAN. kurang lebih pulau besar dan kecil, juga memiliki garis pantai terpanjang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cara menghindari paparan berlebihan sinar, yaitu tidak berada di luar rumah pada

PERTEMUAN IV: FOTOSINTESIS. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

BAB I PENDAHULUAN I.1

I. PENDAHULUAN. sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

FOTOSINTESIS. Fotosintesis 1

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Tugas Kelompok. Bentuk tersedia bagi tumbuhan Fungsi Gejala Kahat. Kelompok: N, P, K, Ca, Mg, S, B, Cu, Cl, Fe, Mn, Mo, Zn

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji determinasi di laboratorium Sistematika tumbuhan Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

DAFTAR ISI. Bab III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori...25 B. Hipotesis...27

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. ikan budidaya pada air tawar adalah penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

I. PENDAHULUAN. timbulnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

GARAM GUNUNG ASAL KRAYAN SEBAGAI ZAT ADITIF UNTUK MENSTABILKAN KLOROFIL SAYURAN ABSTRAK

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif). Berbagai cara

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) merupakan salah satu spesies mangrove yang banyak ditemukan di pantai utara pulau Jawa. Bogem dikenal memiliki berbagai manfaat dalam pengobatan tradisional. Masyarakat pesisir pantai seringkali menggunakan batang bogem untuk menyembuhkan luka. Organ bunga dari tumbuhan ini, dapat digunakan sebagai obat penyakit cacar, sedangkan daunnya digunakan sebagai obat penurun demam dan menghentikan pendarahan (Bandrayanake, 2002). Bogem memiliki fungsi ekologis yang penting karena dapat mengurangi laju gelombang air laut sehingga melindungi ekosistem tepi pantai dari badai dan angin taifun (Mazda et al., 2005). Namun, lahan bogem sering terabaikan dan banyak dialihfungsikan menjadi tambak, pemukiman, dan industri (Sukardjo, 1985). Oleh karena itu, sebagai strategi konservasi, pemanfaatan bogem untuk kesejahteraan masyarakat sekitar perlu ditingkatkan, sehingga pada akhirnya masyarakat yang berperan aktif untuk melestarikan. Bogem merupakan spesies mangrove yang potensial untuk dimanfaatkan. Menurut Pursetyo et al. (2013), terdapat hubungan positif antara pemanfaatan Sonneratia sp. dengan peningkatan ekonomi masyarakat pesisir pantai timur Surabaya. Salah satu usaha pemerintah setempat untuk memanfaatkan bogem adalah dengan menggerakkan masyarakat sekitar untuk membuat sirup buah bogem. Selain organ buah, daun bogem juga berpotensi untuk dimanfaatkan karena kandungan metabolit sekundernya (Howlader et al., 2012). 1

2 Pemanfaatan organ daun ini diharapkan lebih meningkatkan nilai guna bogem karena produktivitas daun lebih banyak, serta sesuai dengan prinsip bioetika yang mendahulukan pemanfaatan organ vegetatif daripada generatif. Bogem menempati habitat yang cukup ekstrim, yaitu di antara zona pasang dan surut, dengan suhu, kelembaban, serta intensitas cahaya matahari tinggi (Sukardjo, 1985). Bogem memiliki adaptasi fisiologis khusus untuk bertahan hidup di lingkunganyang panas, salah satunya adalah dengan sintesis senyawa fenolik di jaringan daun (Bandranayake, 2002). Senyawa fenolik inilah yang berperan melindungi daun bogem dari radiasi sinar ultraviolet (UV) intensitas tinggi (Kathiresan& Bingham, 2001). Penelitian oleh Sadhu et al. (2006) telah berhasil mengisolasi dua senyawa flavonoid dari ekstrak daun bogem, yaitu luteolin dan luteolin 7-O-βglukosida. Fischer et al. (2011) menyatakan bahwa luteolin mampu melindungi kulit dari radiasi sinar UVA, UVB, dan UVC. Walaupun potensi fotoprotektif bogem belum banyak diteliti, dengan adanya kandungan luteolin yang dimilikinya, dimungkinkan bogem memiliki kemampuan proteksi terhadap radiasi sinar UV. Daun bogem juga mengandung senyawa-senyawa fenolik lain, seperti fenol sederhana dan asam fenolat (Howlader et al, 2012). Golongan senyawa tersebut terbukti memiliki kemampuan fotoprotektif (Stevanato et al., 2014). Mekanisme fotoprotektif dari golongan senyawa fenolik meliputi dua hal, yaitu pengabsorbsian sinar UV dan penghambatan pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) (Solovchenko & Merzlyak, 2007; Wolfle et al., 2011).

3 Secara alami, mekanisme fotoprotektif berlangsung in vivo pada jaringan tumbuhan dan berfungsi melindungi jaringan tumbuhan itu sendiri dari radiasi sinar UV. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa pengaplikasian senyawa fenolik pada jaringan kulit manusia ternyata juga memberikan mekanisme fotoprotektif. Artinya, senyawa fenolik berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan tabir surya (sunscreen) yang memiliki keunggulan dibandingkan bahan tabir surya lain karena mampu menyerap sinar UV sekaligus menghambat oxidative stress pada sel kulit yang terpapar oleh sinar UV. Kemampuan fotoprotektif suatu bahan biasanya ditentukan dengan nilai Sun Protection Factor (SPF). Berdasarkan Hutzler et al. (1998), diketahui bahwa senyawa yang memiliki potensi fotoprotektif, yaitu fenol, flavonoid, dan tanin, banyak ditemukan pada jaringan epidermis daun. Selain itu, pada beberapa spesies lain, senyawa flavonoid turunan quercetin dan kaempferol diglikosilasi dan disimpan dalam vakuola epidermis. Berbeda dengan penelitian Hutzler et al. (1998), Agati et al. (2009) menyatakan bahwa senyawa fenolik justru diakumulasi pada jaringan mesofil dan konsentrasinya bergantung pada intensitas radiasi UV. Perbedaan akumulasi senyawa fenolik tersebut, kemungkinan besar bergantung pada spesies dan habitat tumbuhan. Bogem memiliki anatomi daun yang bifasial, dimana lapisan abaksial dan adaksialnya tersusun atas jaringan yang serupa. Daun bogem tersusun atas jaringan epidermis atas, mesofil (palisade atas, sponsa, berkas pembuluh, palisade bawah), dan epidermis bawah (Niken et al., 2013). Senyawa-

4 senyawa potensial fotoprotektif diduga banyak diakumulasi pada jaringan epidermis, sehingga perlu diteliti lebih lanjut. Pemisahan epidermis dari jaringan di bawahnya, perlu dilakukan untuk menganalisis kandungan metabolit sekunder dari masing-masing jaringan secara terpisah. Teknik Carborundum Abration (CA) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memisahkan jaringan epidermis dari jaringan di bawahnya (Nuringtyas et al., 2012; Murata dan De Luca, 2005). Prinsip dasar CA adalah dengan mengabrasi lapisan epidermis dengan menggunakan serbuk carborundum (silikon karbida), sehingga epidermis dan mesofil dapat diekstrasi secara terpisah. Hasil ekstraksi dari masing-masing jaringan selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisis lokasi manakah yang kemungkinan besar menjadi tempat akumulasi senyawa-senyawa potensial fotoprotektif. Pola akumulasi senyawa potensial fotoprotektif pada jaringan daun bogem sampai saat ini belum banyak dikaji. Sedangkan, pengetahuan tentang pola akumulasi dari senyawa-senyawa tersebut dapat menjadi referensi untuk menganalisis lebih lanjut lokasi biosintesis suatu senyawa, beserta enzim yang terlibat di dalamnya, sehingga pemanfaatanya efektif. Oleh karena itu, sebagai langkah awal untuk optimasi pemanfaatan senyawa potensial fotoprotektif pada daun bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler), maka perlu dilakukan penelitian tentang kajian lokasi golongan senyawa potensial fotoprotektif, yang meliputi fenol, flavonoid, dan tanin.

5 B. Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah hasil ekstraksi jaringan epidermis dan mesofil daun bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) dengan menggunakan teknik CA (Carborundum Abration)? 2. Bagaimanakah perbedaan nilai SPF (Sun Protection Factor) ekstrak Engler)? 3. Bagaimanakah perbedaan kadar fenol, flavonoid, dan tanin total ekstrak Engler)? C. Tujuan Tujuan-tujuan penelitian berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan adalah untuk: 1. menganalisis hasil ekstraksi jaringan epidermis, mesofil, dan daun utuh bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) dengan menggunakan teknik CA (Carborundum Abration). 2. menganalisis perbedaan nilai SPF (Sun Protection Factor) dari ekstrak Engler).

6 3. menganalisis perbedaan kadar fenol, flavonoid, dan tanin total ekstrak Engler). D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah memberikan data ilmiah tentang nilai SPF (Sun Protection Factor), kadar fenol, flavonoid, dan tanin total ekstrak epidermis, mesofil, dan daun utuh bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler), serta pola akumulasi golongan senyawa tersebut. 2. Manfaat aplikatif adalah dapat menjadi informasi awal untuk mengetahui potensi ekstrak daun bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) sebagai bahan tabir surya, sehingga kedepannya dapat dipertimbangkan sebagai bahan pembuatan krim sunscreen. 3. Manfaat ekologis adalah menggali potensi lain bogem ( Sonneratia caseolaris (L.) Engler), sehingga kedepannya diharapkan mampu melibatkan masyarakat dalam upaya konservasi lahan mangrove.