PENGARUH PROSES AGING PADA PADUAN Co-Cr-Mo TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI UNTUK APLIKASI BIOMEDIS

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

PENGARUH TEMPERATUR DAN NITROGEN HASIL HOT ROLLING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Co-Cr- Mo UNTUK APLIKASI BIOMEDIS

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA BAJA TAHAN KARAT MARTENSITIK 13Cr3Mo3Ni

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

PENGARUH PROSES NITRIDASI ION PADA BIOMATERIAL TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING TERHADAP STRUKTURMIKRO BAJA MANGAN HADFIELD AISI 3401 PT SEMEN GRESIK

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi

PENGARUH JENIS BAHAN DAN PROSES PENGERASAN TERHADAP KEKERASAN DAN KEAUSAN PISAU TEMPA MANUAL

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

Karakterisasi Material Sprocket

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

STUDI KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK UNTUK MATERIAL ORTOPEDI

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR SOLUTION TREATMENT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN PADUAN TI-6AL- 6NB UNTUK APLIKASI BIOMEDIS

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

Pengaruh Heat Treatment Dengan Variasi Media Quenching Air Garam dan Oli Terhadap Struktur Mikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN AL 2014 HASIL PROSES AGING DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PROSES NITRIDASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN FCD 700 DENGAN MEDIA NITRIDASI UREA

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

STUDI MORFOLOGI MIKROSTRUKTUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAJU KOROSI ANTARA BAJA HSLA 0,029% Nb DAN BAJA KARBON RENDAH SETELAH PEMANASAN ISOTHERMAL

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

PENGEMBANGAN MATERIAL BAJA COR TAHAN PANAS SCH 22 DENGAN MODIFIKASI MOLYBDENUM

PENGARUH SURFACE TREATMENT METODA PLASMA NITRIDING TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN AUS PAHAT BUBUT BAHAN BAJA KECEPATAN TINGGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan logam pada jenis besi adalah material yang sering digunakan dalam

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fluida : Semi Lean Benfield Solution (K 2 CO 3 ) Masalah Pompa 107-J. Produksi Tinggi. Why??

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

HEAT TREATMENT PADA ALUMINIUM PADUAN

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

Karakterisasi Material Sprocket

Penelitian Sifat Fisis dan Mekanis Roda Gigi Transduser merk CE.A Sebelum dan Sesudah Di-Treatment

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Temperatur Solution Treatment dan Aging terhadap Fasa Dan Kekerasan Copperized-AISI 1006

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

Transkripsi:

PENGARUH PROSES AGING PADA PADUAN Co-Cr-Mo TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI UNTUK APLIKASI BIOMEDIS Vicky Dewayanto 1, Bambang Sriyono 2, Alfirano 3 [1,3] Teknik Metalurgi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa [2]Pusat Penelitian Metalurgi Dan Material LIPI Email: vickydewayanto@gmail.com Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang aging pada paduan berbasis kobalt. Penelitian ini menggunakan paduan Co-Cr-Mo (ASTM F75) hasil invesment casting dengan memvariasikan penambahan karbon 0,15 dan 0,25%C serta penambahan nitrogen 0,2%N. Paduan Co-Cr-Mo kemudian dilakukan solution treatment pada temperatur 1250 O C selama 6 jam. Kemudian material dilakukan proses aging dengan temperatur 600 O C dengan waktu tahan aging 0, 2, 6, 12, dan 24 jam secara berturut turut dan kemudian di quench dengan media air. Setelah proses aging, material dilakukan pemeriksaan metalografi untuk mengetahui evolusi mikrostruktur hasil aging. Selajutnya material dilakukan uji kekerasan dengan metode Rockwell C. Untuk analisa fasa yang terbentuk dilakukan proses XRD dengan metode electrolytic extracted dengan menggunakan larutan H 2SO 4 10%, hasil ekstrak kemudian di saring dengan menggunakan membran saring dalam keadaan vakum untuk mendapatkan presipitatnya. Material selanjutnya dilakukan pengujian korosi dengan menggunakan alat CMS (Corrosion Measurement System) dengan metode Tafel untuk mengetahui laju korosi tiap material. Presipitat yang terbentuk selama proses aging yakni fasa karbida (Cr 23C 6). Paduan Co-Cr- Mo dengan kandungan karbon yang tinggi menyebabkan tingkat kelarutan presipitat yang semakin rendah, hal tersebut dikarenakan fasa karbida Cr 23C 6 terbentuk karena adanya karbon dalam paduan yang menyebabkan presipitat yang terbentuk lebih sulit terlarut. Kadar karbon juga mempengaruhi kekerasan, nilai kekerasan tertinggi pada paduan Co-Cr-Mo dengan kadar karbon 0,25 %C waktu tahan aging 6 jam sebesar 38,9 HRC. Kadar karbon juga mempengaruhi nilai ketahanan korosi, laju korosi yang paling rendah juga terjadi pada paduan Co-Cr-Mo dengan kadar karbon 0,25 %C waktu tahan aging 12 jam sebesar 0,005649 mpy. Kata kunci: aging, Co-Cr-Mo, presipitat, karbon PENDAHULUAN Untuk mengantisipasi berbagai penyakit tulang dan meningkatkan kualitas hidup penduduk, kemajuan bidang rekayasa telah berhasil mengembangkan suatu material subsitusi/implan yang bertujuan untuk mengganti jaringan yang rusak, material ini disebut biomaterial. Biomaterial adalah semua material sintetik maupun alami yang digunakan dalam praktek klinik yang bertujuan sebagai pengganti, penstabil, ataupun penguat jaringan tubuh yang rusak dan dapat diterima dengan baik oleh tubuh. Paduan Co-Cr-Mo terdaftar pada ASTM F75 dan ASTM F799 sebagai material implan yang diproduksi melalui proses cor dan tempa. Paduan Co-Cr-Mo digunakan sebagai implan karena memiliki ketahanan korosi dan ketahanan aus yang tinggi yang diakibatkan pengerasan presipitat dengan pembentukan karbida pada matrik.[1] Logam paduan Co-Cr-Mo ASTM F75 merupakan paduan dari hasil coran yang perlu dilakukan proses perlakuan panas untuk mendapatkan struktur mikro yang seragam. Paduan Co-Cr-Mo yang memiliki keunggulan ketahanan korosi yang baik cocok digunakan pada bagian persendian yang bergerak (sliding part) contohnya sendi peluru pada panggul yang akan sering mengalami gesekan yang dapat menyebabkan korosi. Dengan berbagai variasi

temperatur dan waktu tahan aging dan menggunakan media pendingin diharapkan dapat dicapai jumlah presipitat yang sesuai untuk mencapai ketahanan korosi yang diinginkan [1]. Ketahanan korosi yang rendah dapat mengakibatkan kegagalan implan klinis, osteolisis, dan reaksi alergi kulit apabila logam tersebut larut dalam cairan tubuh. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh aging terhadap kekerasan dan ketahanan korosi dengan memvariasikan waktu tahan aging pada temperatur tertentu terhadap paduan tersebut. METODE PERCOBAAN Spesimen yang berupa ingot yang didapat dari Yoneda Advance Casting co. Ltd Takaoka, Jepang yang merupakan hasil invesment casting kemudian dipotong dengan dimensi 10 mm x 10 mm x 5 mm menggunakan mesin potong. Berikut ini merupakan komposisi dari sampel yang digunakan pada penelitian ini yang dibedakan berdasarkan kadar karbon dan nitrogen. Tabel 1 Komposisi Sampel Paduan Co-Cr-Mo-C-N (%) Sampel Co Cr Mo Si Mn Fe Ni N C 0,15C0N 63,65 28 6 0,8 0,8 0,4 0,2 0 0,15 0,25C0N 63,55 28 6 0,8 0,8 0,4 0,2 0 0,25 0,25C0,2N 63,35 28 6 0,8 0,8 0,4 0,2 0,2 0,25 Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Perlakuan Panas Sampel yang berupa ingot yang didapat dari Yoneda Advance Casting co. Ltd Takaoka, Jepang yang merupakan hasil invesment casting kemudian dipotong dengan dimensi 10 mm x 10 mm x 5 mm menggunakan mesin potong. Setelah dipotong, sampel kemudian dimasukkan kedalam tabung silika dan dibuat dalam kondisi vakum yang bertujuan untuk menguragi dekarburisasi pada saat dilakukan pemanasan. Sampel yang telah dipreparasi kemudian dilakukan perlakuan panas dengan tujuan melarutkan presipitat karbon dan nitrogen yang terkandung dalam paduan. Perlakuan panas dilakukan dengan proses Solution Treatment pada temperatur 1250 o C (ST) dengan waktu tahan 6 jam. Pada saat proses heat treatment, prosedur yang pertama dilakukan adalah mengatur furnace pada temperatur 1250 o C ketika mencapai temperatur 1250 o C masukkan 15 sampel yang berada pada silica ampule selama 6 jam kemudian keluarkan lalu pecahkan silica ampule dan lakukan pendinginan menggunakan metode quench dengan media air es. Kemudian melakukan perlakuan panas metode aging dengan temperatur 600 o C dan variasi waktu tahan aging 0 jam, 2 jam, 6 jam, 12 jam, dan 24 jam yang kemudian melakukan proses pendinginan dengan metode quenching dengan media air. Setelah proses aging selanjutnya dilakukan pengamatan hasil yakni dengan pemeriksaan metalografi, XRD, pengujian kekerasan dan pengujian ketahanan korosi. Pengujian Kekerasan Untuk mengetahui sifat mekanik dari sampel hasil penelitian, maka dilakukan suatu pengujian merusak, yakni pengujian kekerasan dengan metode Rockwell C pembebanan 1471N. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampelnya. Pengujian kekerasaan dilakukan di P2MM LIPI, Serpong-Banten. Pemeriksaan Metalografi Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah cutting, mounting, grinding dengan amplas grid 80 sampai dengan 1200, kemudian polishing dengan menggunakan mikropolis alumina, setelah itu dilakukan electrolytic etching dengan campuran 10% H2SO4 dalam larutan metanol pada 6V selama 90 detik, kemudian tahapan terakhir yakni microscop observation dengan menggunakan mikroskop optik. X-Ray Difraction Pengamatan fasa pada presipitat dalam sample setelah pemanasan dilakukan electrolytic extracted pada temperatur ruang dalam 10% H2SO4 dalam larutan aquades pada 4V, presipitat yang terekstrak disaring dengan membran filter yang berukuran 0,2 mikron dalam keadaan vakum, presipitat yang tersaring dilakukan analisa fasa menggunakan difraksi sinar X. Standar analisa berdasarkan JCPDS (Joint Committe on Powder Diffraction Standard) (1969). Electrolyte solution H 2 SO 4 10% Gambar 2. Skema electrolytic extraction

Uji Ketahanan Korosi Untuk mengetahui laju korosi dari tiap sampel setelah perlakuan panas yakni pengujian potensiodinamik dengan menggunakan alat CMS (Corrosion Measurement System) dengan menggunakan metode Tafel yang dilakukan di Laboratorium Korosi LIPI Metalurgi, Serpong- Banten. Larutan yang digunakan adalah larutan Hanks (Simulted Body Fluid) yang sejenis larutan biologis tubuh dengan ph ±7,4 dalam temperatur ±37 o C. Tabel 2 Komposisi Larutan Hank Bahan Kimia Konsentrasi (gr/l) CaCl2.2H2O 0,149 KCl 0,4 K2HPO4 0,06 MgCl2.6H2O 1,0 MgSO4.7H2O 1,0 NaCl 8,0 Na2HPO4 0,048 NaHCO3 0,35 Glukosa 1,0 HASIL PENELITIAN Data Hasil Pemeriksaan Metalografi Pemeriksaan metalografi dilakukan pada sampel hasil aging untuk mengetahui struktur mikro dari sampel paduan berbasis kobalt dengan variasi karbon dan nitrogen yang berbeda Berikut ini merupakan hasil yang didapatkan dari pemeriksaan metalografi. Gambar 3 Struktur mikro hasil aging (200x perbesaran) paduan Co-Cr-Mo 0,15C0N.

Gambar 4 Struktur mikro hasil aging (200x perbesaran) paduan Co-Cr-Mo 0,25C0N. Gambar 5 Struktur mikro hasil aging (200x perbesaran) paduan Co-Cr-Mo 0,25C0,2N. Berdasarkan gambar 3, 4, dan 5 dapat dilihat terbentuknya presipitat yang terjadi selama proses aging dari tiap paduan. Pada gambar 3 memiliki presipitat yang lebih sedikit dan halus dengan komposisi 0,15C dibandingkan dengan gambar 4 dengan komposisi 0,25C. Sedangkan pada gambar 5 dengan komposisi 0,25C dan 0,2N memiliki presipitat yang lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Hal tersebut diakibatkan karena karbon merupakan elemen penting dalam pembentukan presipitat dan fasa kedua pada paduan logam berbasis kobalt. Sampel dengan kandungan karbon yang tinggi tingkat kelarutan presipitat semakin rendah, hal tersebut dikarenakan karbon pembentuk karbida berupa fasa tipe M23C6 yang kuat [2]. Sedangkan pengaruh nitrogen dalam paduan Co-Cr-Mo menstabilkan fasa (fcc) Co fasa logam (fasa γ) meningkatkan pengerjaan panas dan sifat mekanik dari paduan serta meningkatkan aktifitas karbon [3].

Kekerasan (HRC) Data Hasil XRD Sampel paduan Co-Cr-Mo-C-N dilakukan pengujian XRD yang bertujuan untuk mengetahui fasa presipitat yang terdapat pada sampel hasil aging. Hasil difraksi sinar X dari fasa penyusun presipitat dari sampel memperlihatkan pola difraksi komponen penyusun presipitat dari sampel paduan. Berikut ini adalah gambar data hasil pengujian XRD. a b c Gambar 6 Hasil XRD sampel (a) 0,15C0N, (b) 0,25C0N, (c) 0,25C0,2N Jenis karbida yang paling banyak terdapat semua paduan kobalt adalah M23C6. Setelah larutan padat ini jenuh, karbida M23C6 larut dalam solid solution yang kemudian berubah menjadi M6C sesuai dengan persamaan M23C6 + M M6C + γ Karbida sekunder M6C dapat juga terbentuk sebagai hasil dari reaksi antara MC dan solid solution. MC + γ M6C. Selama aging paduan, karbida M6C dapat berubah ke M23C6 yang merupakan karbida sekunder berbentuk dispersi halus dan dapat mempengaruhi sifat mekanik paduan kobalt [4]. Dapat dilihat pada gambar 6 menunjukkan bahwa selama proses aging setiap sampel paduan jenis presipitatnya adalah M23X6 hal ini disebabkan adanya pengaruh unsur karbon yang tinggi sehingga terjadi pemadatan karbida selama proses aging [2]. Data Hasil Pengujian Kekerasan Berdasarkan pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell C, maka didapatkan data hasil tertera pada Gambar 7 berikut. 42 40 38 36 34 32 30 28 26 24 22 20 0,15C0N 0,25C0N 0,25C0,2N As-cast 0 2 6 12 24 Waktu Tahan Aging (jam) Gambar 7 Grafik pengaruh waktu tahan aging terhadap nilai kekerasan

Laju Korosi (mpy) Pada gambar 7 dapat dilihat terjadinya penurunan dan kenaikan nilai kekerasan. Namun dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan nilai kekerasan seiring dengan kenaikan waktu tahan mulai dari 0 jam sampai 24 jam. Pada sampel dengan kandungan karbon 0,25C0N didapat kekerasan tertinggi hal ini terjadi karena kandungan karbon tinggi dan juga dapat dilihat pada bentuk struktur mikro pada gambar 4 waktu tahan 6 jam yang menggambarkan bentuk dan persebaran presipitat yang berdispersi halus dan merata. Mekanisme pengerasan pada saat aging yang terjadi pada sampel diakibatkan oleh pengerasan presipitat, karena pada kondisi γ pada paduan Co-Cr-Mo pengerasan yang terjadi diakibatkan oleh presipiat. Semakin tinggi temperatur dan waktu tahan maka presipitat akan semakin larut sempurna, sehingga pengerasan terjadi akibat terbentuknya martensit pada γ karena pada γ paduan Co-Cr-Mo pengerasan terjadi akibat solid-solution strenghthened [5]. Waktu tahan yang semakin lama akan menyebabkan presipitat akan larut sempurna [3]. Kelarutan presipitat ini akan mempengaruhi sifat mekanik logam, hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai kekerasan setiap sampel seiring dengan semakin lama waktu tahan aging. Data Hasil Pengujian Korosi Pengujian korosi pada sampel dilakukan dengan pengujian potensiodinamik menggunakan alat CMS (Corrosion Measurement System) dengan menggunakan metode Tafel. Larutan yang digunakan dalam pengujianin ada Hank s Solution yakni larutan yang menyerupai cairan tubuh dan dalam pada temperatur ±37 O C. Data hasil pengujian korosi dijelaskan pada Gambar 8 berikut. 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0,15C0N 0,25C0N 0,25C0,2N 0 5 10 15 20 25 30 Waktu Tahan (jam) Gambar 8 Grafik pengaruh waktu tahan aging terhadap laju korosi Pada gambar 8 dapat dilihat terjadi fenomena penurunan laju korosi tiap sampel. Pada sampel 0,15C0N dan 0,25C0N terjadi penurunan laju korosi setiap kenaikan waktu tahan. Hal ini diakibatkan presipitat akan semakin larut seiring dengan lamanya waktu tahan aging sehingga sampel sulit untuk terkorosi. Laju korosi yang paling rendah pada sampel 0,15C0N adalah 0,05998 mpy pada waktu tahan 6 jam.unsur karbon dalam paduan akan membentuk presipitat M23X6 dengan struktur kristal FCC yang memiliki ketahanan korosi yang tinggi [6]. Pada sampel yang mengandung nitrogen 0,25C0,2N terjadi kenaikan pada setiap waktu tahannya. Selama proses aging unsur nitrogen merupakan unsur yang dapat meningkatkan presipitat, salah satu presipitat yang terbentuk adalah CrN atau nitrida krom. Akibat dari pembentukan nitrida tersebut yang terjadi selama proses aging, kandungan krom bebas yang terdapat pada matriks paduan untuk pembentukan lapisan permukaan protektif (protective surface film) menjadi berkurang [7].

KESIMPULAN Penelitian tentang pengaruh proses aging terhadap kekerasan dan ketahanan korosi telah dilakukan dan dapat disimpulkan bahwa: 1. Semakin lama waktu tahan aging akan menyebabkan distribusi dan bentuk presipitat akan semakin halus. Kelarutan presipitat akan meningkat seiring peningkatan waktu tahan pada proses aging. 2. Penambahan unsur karbon dan nitrogen mempengaruhi peningkatan presipitat selama proses aging. Semakin tinggi kadar karbon makan pembentukaan presipitat akan semakin meningkat, dan pembahan nitrogen akan mempengaruhi aktifitas karbon yang dapat menurunkan kelarutan presipitat. Presipitat pada setiap sampel paduan adalah M23X6. 3. Nilai kekerasan dari setiap sampel selama waktu tahan aging mengalami penurunan. Nilai kekerasan tertinggi terjadi pada sampel 0,25C0N dengan waktu tahan 6 jam yakni sebesar 38,9 HRC. 4. Nilai ketahanan korosi pada sampel 0,15C0N dan 0,25C0N mengalami kenaikan pada setiap waktu tahan aging, namun pada sampel 0,25C0,2N terjadi penurunan nilai ketahanan korosi. Nilai ketahanan korosi tertinggi terjadi pada sampel 0,25C0N waktu tahan 12 jam dengan nilai laju korosi terendah sebesar 0,005649 mpy. REFERENSI [1] Priyotomo Gadang. 2005. Pengembangan Material Kobalt Sebagai Material Pengganti Fungsi Tulang Pada Tubuh Manusia. Seminar Material Metalurgi. Serpong [2] Alfirano et al. 2011. Precipitates in As-Cast and Heat-Treated ASTM F75 Co-Cr-Mo-C Alloys Containing Si or Mn. The Minerals, Metals & Materials Society and ASM International [3] Alfirano et al. 2012. Precipitates in Biomedical Co-Cr-Mo-C-N-Si-Mn Alloys. The Minerals, Metals & Materials Society and ASM International [4] Podrez-Radziszewska et.al. 2010. Characteristic of intermetallic phases in cast dental CoCrMo alloy. Wroclaw University of Technology. Polandia [5] ASM Specialty Handbook. Heat-Resistant Materials [6] Montero C et al. 2001. Effect of Fcc-Hcp Phase Transformation Produced by Isothermal Aging on the Corrosion Resistance of a Co-27Cr-5Mo-0.05C Alloy. Meksiko [7] Sudjatmoko et al. 2012. Pengaruh Nitridasi Ion Suhu Rendah Pada Ketahanan Aus dan Korosi Biomaterial Stainless Steel Austenitik 316. J. Iptek Nuklir Ganendra Vol 15 no. 2 ISSN 1410-6957