BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan akses informasi yang sudah mendunia. Perdagangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Growth Opportunity,

BAB I PENDAHULUAN. lindung nilai atau biasa dikenal dengan sebutan hedging menjadi topik hangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. berurusan dengan pasar domestik (Winarto, 2008:45). Mata uang tiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan transaksi perdagangan internasional akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. RM Satwika Putra Jiwandhana dan Nyoman Triartyati (2016)

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam usahanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perdagangan internasional merupakan salah satu ciri dari era globalisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB V PENUTUP. terhadap keputusan hedging bank konvensional maka semakin tinggi. b. Kesulitan keuangan ( financial distress) mempunyai pengaruh yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa peristiwa tersebut

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii. PERNYATAAN ORISINALITAS...iii KATA PENGANTAR...iv ABSTRAK...vi

BAB I PENDAHULUAN. bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari berbagai negara. Terjadinya

I. PENDAHULUAN. Perekonomian era globalisasi telah meningkatkan interaksi antar negara dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital market), pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

: hedging, risiko, leverage, profitabilitas, likuiditas

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola keuangan perusahaan dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara termasuk Indonesia. Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menerapkan strategi strategi baru untuk memperbaiki arus kas

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatnya hubungan perdagangan antar negara. Proses globalisasi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan baru yang terjadi pada era globalisasi saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia usaha sudah semakin berkembang saat ini. Kemunculan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan berinvestasi pada pasar modal. Kegiatan investasi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. saham keputusan investasi sangat penting karena investasi dijadikan indikator

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan industri manufaktur food and beverages

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri dan pinjaman. Untuk memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar


BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan ekonomi yang semakin kompleks. Karena kondisi ini maka

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya perkembangan bisnis di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. International Yearbook of Industrial Statistics 2016, industri manufaktur di

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi kesehatan. Industri farmasi di

BAB I PENDAHULUAN. cara menaikkan hutang (Yeniatie dan Nicken, 2010). memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tetapi memaksimumkan

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi,

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan didirikan perusahaan, yang pertama adalah untuk UKDW

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maka para investor atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan memerlukan modal untuk menjalankan kegiatan usahanya,

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar

BAB I PENDAHULUAN. poitif. Bedasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang belum memiliki rumah. Disisi lain pemerintah juga sulit untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang. Perdagangan internasional adalah hal yang datang dan tidak dapat dicegah di era globalisasi seperti saat ini. Perdagangan internasional atau yang lebih dikenal dengan perdagangan antar negara telah berkembang pesat seiring perkembangan teknologi dan akses informasi yang sudah mendunia. Perdagangan internasional terjadi karena beberapa faktor seperti, keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi, adanya keterbatasan produksi, adanya kesamaan selera terhadap suatu barang, terdapat keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain, serta terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia yang dapat hidup sendiri (Ball, 2001:15). Perdagangan internasional adalah pendekatan yang konservatif yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk memperluas pasar ke luar negeri dengan mengekspor atau mendapatkan bahan baku berharga murah dengan mengimpor. Perdagangan internasional memberikan dorongan kepada perusahaan untuk menangkap kesempatan dan disaat bersamaan harus mampu meminimalisir risiko. Manajemen risiko merupakan suatu sistem penting dalam operasional perusahaan. Manajemen risiko merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi (William, 2000:27). Manajemen risiko memiliki arti yang lebih luas, yaitu semua risiko yang mungkin terjadi seperti kerugian harta, jiwa, keuangan, usaha dan lain lain (Salim, 2007:19). 1

Menurut Brigham (2010:216) risiko didefinisikan sebagai suatu halangan; gangguan; eksposur terhadap kerugian atau kecelakaan, jadi risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Menurut Salim (2007 : 4), risiko adalah ketidakpastian atau uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian (loss). Risiko muncul karena adanya ketidakpastian. Ketidakpastian bisa berasal dari fluktuasi aktivitas yang tinggi, semakin tinggi fluktuasi maka semakin besar tingkat ketidakpastiannya. Risiko terbesar dalam transaksi perdagangan internasional adalah risiko dari fluktusai kurs nilai mata uang asing (valuta asing). Perubahan nilai mata uang asing yang tak diduga dapat berdampak penting pada penjualan, harga, dan laba pada perusahaan ekspotir dan importir. Eksposur merupakan tingkat di mana aliran kas (cash flow) perusahaan dipengaruhi oleh perubahan kurs. Eksposur valuta asing akan dialami oleh perusahaan yang melakukan pembayaran dan atau menerima pendapatan dalam valuta asing. Eksposur valuta asing timbul karena kurs valuta asing selalu berubah (Van Horne dan Wachowiz, 2007: 550). Ada beberapa cara untuk menghadapi risiko nilai tukar, seperti : lindung nilai alami, manajemen kas dan penyesuaian transaksi antar perusahaan, lindung nilai pendanaan internasional serta lindung nilai mata uang asing melalui kontrak forward, kontrak berjangka (future contract), opsi mata uang, dan swap mata uang (Van Horne dan Wachowicz, 2007: 558). Tetapi tidak semua perusahaan yang terpengaruh risiko fluktuasi mata uang asing melakukan tindakan lindung nilai. Lindung nilai (hedging) adalah suatu strategi yang diciptakan untuk mengurangi timbulnya risiko bisnis yang tidak terduga, di samping tetap dimungkinkannya 2

memperoleh keuntungan dari investasi (Brigham dan Houston, 2006: 307). Prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset awal dengan keuntungan dari posisi instrumen hedging. Sebelum melakukan hedging, hedger hanya memegang sejumlah aset awal. Setelah melakukan hedging, hedger memegang sejumlah aset awal dan instrumen hedging-nya disebut portofolio hedging (Schubert, 2011). Aktivitas hedging dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen derivatif, derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual dan membeli sejumlah barang (baik komoditas, maupun sekuritas) pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati pada saat ini. Untuk meminimalkan risiko dari fluktuasi valuta asing tersebut dapat dilakukan Hedging dengan instrumen derivatif valas yaitu melalui kontrak forward, kontrak berjangka (future contract), opsi mata uang, dan swap mata uang (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 564). Hedging dengan instrumen derivatif valas sangat bermanfaat bagi perusahaan yang melakukan transaksi dengan menggunakan mata uang asing. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan kebangkrutan, memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan kredit dari kreditor dengan lebih mudah, menjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemasok, dan juga memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah (karena risiko yang dirasakan oleh pemberi pinjaman lebih rendah). Hedging juga dapat memungkinkan perusahaan untuk meramalkan pengeluaran dan penerimaan kas di masa depan dengan lebih akurat, sehingga dapat mempertinggi kualitas dari keputusan penganggaran kas (Zhu, 2010). 3

Aplikasi kebijakan hedging dengan instrumen derivatif valuta asing semakin meningkat pesat dalam dua dekade terakhir di negara-negara maju. Namun temuan riset-riset empiris mengenai determinan kebijakan hedging masih relatif terbatas, dan membutuhkan riset lebih luas terutama di negara-negara berkembang (Paranita, 2011). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki pasar modal dengan karakteristik yang unik dibandingkan dengan negara-negara maju atau negara-negera berkembang lainnya. Perusahaan manufaktur Indonesia tercatat sebagai salah satu sektor yang banyak menggunakan valuta asing dalam aktivitas-aktivitas perusahaan seperti, impor bahan baku, pengadaan mesin, dan ekspor hasil industri. Transaksi utang dan piutang dalam bentuk mata uang US Dollar dilakukan hampir semua perusahaan manufaktur di indonesia. Beberapa perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia seperti, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Ultrajaya Milk Industri & Trading Company Tbk (ULTJ), dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) adalah perusahaan yang memiliki aktivitas berhubungan langsung dengan eksposur mata uang asing, karena memiliki utang dan piutang dalam mata uang dolar Amerika. Berikut ini gambar pergerakan nilai utang dan piutang dalam denominasi US Dollar setelah dikonfersi dalam bentuk Rupiah. 4

Sumber : www.bi.go.id. Pada Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa nilai hutang dan piutang pada beberapa perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI yang bernilai mata uang asing (US Dollar) dapat mengalami fluktuasi nilai saat dikonversi ke dalam mata uang lokal (Rupiah). Selama tahun 2011 2013, nilai tukar Rupiah cenderung mengalami depresiasi atau melemah terhadap nilai US Dollar, sehingga terjadi kenaikan nilai utang dan piutang setelah dilakukan konversi. Dari sisi utang tentu saja depresiasi nilai tukar Rupiah akan merugikan perusahaan karena nilai hutang mengalami kenaikan tetapi dari sisi piutang akan menguntungkan perusahaan karena nilai pengembalian piutang meningkat setelah dikonversi ke mata uang Rupiah. 5

Selain didorong oleh faktor-faktor eksternal, perusahaan yang memiliki eksposur valuta asing juga terdorong melakukan hedging karena beberapa faktor internal. Pertama, leverage merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Schubert, 2011). Alasan yang kuat menggunakan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan hutang yang tinggi yang berarti dapat meningkatkan profitabilitas tetapi di lain pihak juga meningkatkan risiko. Perusahaan yang memiliki eksposur transaksi akan memiliki hutang dalam denominasi mata uang asing (US dolar) sehingga memiliki risiko fluktuasi nilai tukar mata uang. Dengan risiko yang semakin besar maka perusahaan perlu melakukan manajemen risiko untuk mengurangi dampak buruk risiko tersebut pada perusahaan (Clark, 2005 dan Bartram et al., 2006). Semakin tinggi DER maka akan semakin besar tindakan hedging yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk risiko sehingga aktivitas hedging berhubungan positif dengan DER (Zhu, 2010). Kedua, rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan sumber daya jangka pendek yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (Brigham dan Houston, 2010 : 134). Current ratio merupakan salah satu rasio likuiditas yang bertujuan untuk melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap utang lancarnya. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya akan semakin berat ketika terdapat hutang jangka pendek dalam denominasi mata uang asing (US dolar). Nilai hutang akan berfluktuasi seiring dengan pergerakan nilai tukar mata uang lokal (rupiah) terhadap US dolar. Ketika rupiah terdepresiasi 6

maka nilai hutang akan meningkat dan ketika rupiah terapresiasi nilai hutang akan menurun. Keadaan ini menimbulkan risiko yang lebih besar untuk ditanggung perusahaan sehingga perusahaan terdorong untuk melakukan hedging yang dapat dilakukan dengan instrumen derivatif valuta asing (Guniarti, 2014). Dengan demikian semakin tinggi nilai current ratio maka semakin rendah aktivitas hedging yang dilakukan karena risiko yang muncul cenderung rendah dan sebaliknya (Clark, 2006 & Ameer, 2010). Ketiga, Growth opportunity yang tinggi menunjukkan perusahaan yang maju dengan kecenderungan kebutuhan dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan akan mempertahankan pendapatan yang diperoleh untuk diinvestaskan kembali dan pada waktu bersamaan perusahaan akan diharapkan tetap mengandalkan pendanaan melalui utang yang lebih besar (Schubert,2011). Growth opportunity diproksikan oleh Market to Book Value, Proksi ini dapat memberikan gambaran bagaimana investor menghargai perusahaan sehingga investor bersedia menanamkan modalnya di perusahaan. Nilai pasar yang di dalamnya terkandung unsur laba bersih perusahaan dan modal perusahaan dapat mengalami penurunan nilai ketika perusahaan menderita ancaman kesulitan keuangan dan ancaman kebangkrutan yang lebih besar karena perusahaan memiliki risiko fluktuasi nilai tukar mata uang dan memiliki eksposur valuta asing. Sedangkan dalam book value terdapat unsur utang dimana utang dalam denominasi mata uang asing yang dimiliki perusahaan dapat memberikan ancaman kesulitan keuangan dan kebangkrutan yang lebih besar pada perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang tinggi membutuhkan 7

tambahan modal dari pihak eksternal dalam jumlah yang kuat untuk membiayai kegiatan-kegiatan perusahaan. Modal eksternal tersebut dapat diperoleh dari pihak luar negeri sehingga terdapat risiko perubahan nilai tukar mata uang. Dengan demikian perusahaan yang memiliki growth opportunity yang tinggi cenderung menjadi hedger untuk melindungi perusahaannya (Nance et al., 1993 dan Ameer, 2010) sehingga terdapat hubungan positif antara growth opportunity dan aktivitas hedging. Keempat, Besarnya ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan baik eksternal maupun internal (Guniarti,2014). Bahkan ukuran perusahaan dapat pula menciptakan hambatan masuk bagi perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam menjalankan perusahaan sehingga berdampak perusahaan tersebut melakukan manajemen risiko yang lebih ketat. Perusahaan yang lebih besar tentunya memiliki aktivitas operasional yang luas dan lebih berisiko karena adanya kemungkinan besar untuk bertransaksi hingga ke berbagai negara. Ketika perusahaan dengan ukuran yang besar beroperasi melintasi berbagai negara akan melibatkan beberapa mata uang yang berbeda. Dalam kegiatannya akan terdapat risiko fluktuasi nilai tukar mata uang. Oleh karena itu, perusahaan yang lebih besar akan lebih banyak melakukan aktivitas hedging dalam rangka melindungi perusahaan dari risiko fluktuasi nilai tukar mata uang (Nance et al., 1993). Kelima, kepemilikan manajerial atau kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan akan menyelaraskan kepentingan manajemen dan pemilik perusahaan, sehingga dapat mengurangi konflik keagenan. Meningkatnya 8

kepemilikan manajerial maka para manajer perusahaan akan mengurangi perilaku yang merugikan perusahaan. Didukung oleh penelitian Ahmad (2012) semakin tinggi rasio kapemilikan manajerial maka akan semakin banyak aktivitas hedging yang dilakukan perusahaan. Berikut rata-rata rasio keuangan beberapa perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI pada tahun 2009-2012 dan keputusan hedging nya Tabel 1.1 Rata-rata rasio keuangan beberapa perusahaan manufaktur dan keputusan hedging pada tahun 2011-2013 (%) No Nama Perusahaan /Kode DER CR MO MTBV LnTotalAset Keterangan 1 PT Polychem Indonesia Tbk /ADMG 1,76 1,43 0 0,60 29,38 Tidak melakukan hedging 2 PT AstraOtopartsTbk /AUTO 0,46 1,60 0,02 1,83 29,81 Melakukan hedging 3 PT IndoKordsaTbk /BRAM 0,30 3,09 9,46 1,53 28,43 Melakukan hedging 4 PT Fast Food IndonesiaTbk /FAST 0,70 1,71 0 4,96 28,20 Tidak melakukan hedging 5 PT Indofood Sukses MakmurTbk /INDF 0,92 2,01 0,02 1,77 31,71 Melakukan hedging 6 PT Kalbe Farma Tbk /KBLF 0,29 3,61 0 5,45 29,74 Tidak melakukan hedging 7 PT Beton Jaya Manungggal Tbk/ BTON 0,28 3,3 9,58 0,81 25,68 Tidak melakukan hedging 8 PT SMART Tbk /SMAR 1,02 1,79 0 2,15 30,41 Tidak melakukan hedging 9 PT Ultra Jaya MilkTbk /ULTJ 0,52 1,90 17,80 2,25 28,41 Melakukan hedging Sumber : data diolah, ICMD. Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa ADMG memiliki DER yang tertinggi yaitu sebesar 1,76 tetapi tidak melakukan hedging. Sementara itu, BRAM yang memiliki DER terendah yaitu sebesar 0,30 melakukan hedging. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan semakin tinggi DER maka semakin tinggi aktivitas hedging. Begitu juga FAST dan SMAR yang memiliki CR relatif lebih rendah daripada INDF dan BRAM yaitu sebesar 1,71 dan 1,79 tidak melakukan hedging, sedangkan INDF dan BRAM yang memiliki CR relatif tinggi yaitu sebesar 2,01 dan 3,09 melakukan aktivitas hedging. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan semakin rendah CR suatu perusahaan maka semakin tinggi aktivitas hedging. BTON yang memiliki MO yang relatif tinggi yaitu sebesar 9,58 tidak melakukan hedging sedangkan BRAM yang memiliki 9

MO relatif rendah yaitu 0,02 melakukan hedging, hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan semakin besar MO suatu perusahaan maka semakin tinggi aktivitas hedging yang dilakukan. Dan KLBF dan FAST yang memiliki MTBV yang relatif tinggi yaitu 5,45 dan 4,96 tidak melakukan hedging, sementara AUTO dan BRAM yang memiliki MTBV relatif rendah yaitu sebesar 1,83 dan 1,53 melakukan hedging. Hal ini bertentangan dengan teori yang mengatakan semakin tinggi growth options maka semakin tinggi aktivitas hedging. Begitu juga SMAR yang memiliki firm size yang diproksikan dengan Ln total aset yang relatif tinggi yaitu sebesar 30,41 tidak melakukan hedging, sementara itu BRAM yang memiliki firm size lebih rendah yaitu sebesar 28,43 melakukan hedging. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan semakin besar suatu perusahaan maka semakin tinggi aktivitas hedging. Fenomena ini menarik untuk diteliti lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumya maka peneliti mengambil judul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Intrument Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013). 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah di uraikan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh faktor-faktor penggunaan instrumen derivatif yang terdiri dari: Debt to Equity Ratio (DER), Maket to Book Value (MTBV), Current Ratio(CR), Ukuran 10

Perusahaan, dan Managerial ownership terhadap Keputusan Hedging perusahaan manufaktur yang terdatar di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari faktor-faktor penggunaan instrumen derivatif yang terdiri dari Debt to Equity Ratio (DER), Market to Book Value (MTBV), Current Ratio, Ukuran Perusahaan, dan Managerial ownership terhadap Keputusan Hedging perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini nermanfaat bagi peneliti untuk menembah wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan hedging dalam perusahaan. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi bagi peusahaan sebagai salah satu alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan hedging untuk meminimalisasikan risiko perusahaan. 3. Bagi Investor Penelitian ini bermanfaat bagi investor untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan saat berinvestasi. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa atau pembaca lain yang berminat untuk membahas masalah mengenai 11

faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan hedging dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi yang membacanya. 12