BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

makalah KEK dalam kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama mengenai gizi yang terjadi di Indonesia antara lain yaitu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh: EMAH KUDYANI J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat asupan energi dan ketersediaan pangan berhubungan dengan risiko kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara (Saifuddin 2009, h.7).

BAB I PENDAHULUAN. keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh. Lama kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB I PENDAHULUAN. dalam porsi yang dimakan tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

PENELITIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013 ISSN :

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN TERHADAP MITOS TENTANG MAKANAN DALAM KEHAMILAN DENGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS UMBULHARJO I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. dari pertemuan sperma dan ovum sebagai rangkaian kejadian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa ibu hamil dengan status gizi kurang dapat melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah gizi di Indonesia saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Salah satu masalah gizi yang dihadapi di Indonesia adalah masalah gizi kehamilan. Wanita umumnya mudah menderita masalah gizi terutama selama kehamilan dan laktasi karena selama periode waktu tersebut kebutuhan gizi meningkat (Rao, et al., 2010). Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi pada Ibu hamil. Kekurangan energi kronik (KEK) adalah keadaan kekurangan asupan energi dan protein pada wanita usia subur (WUS) yang berlangsung secara terus menerus dan mengakibatkan gangguan kesehatan(depkes, 2002). Permasalahan KEK ini telah dialami oleh hampir semua Negara khususnya di Negara-negara berkembang seperti Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilangka dan Thailand, prevalensi wanita yang mengalami KEK adalah 15 47%. Hal ini terjadi karena sebagian besar wanita yang mengalami kekurangan energi disebabkan karena makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan mereka (World Health Organization, 1997). Khusus di Indonesia, pada tahun 2013prevalensi ibu hamil yang mengalami risiko KEK sebesar 24,2% dan risiko KEK ini telah mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi risiko KEK tahun 2007 sebesar 21,6%(Kemenkes, 2013).Sedangkan khusus di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2011, prevalensi ibu hamil risiko KEK 14,8% meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 14,4% (Dinkes, 2012). Telah banyak diketahui bahwa KEK memberikan dampak negatif pada ibu hamil serta janin yang dikandungnya. Kekurangan energi kronik pada ibu hamil dapat menyebabkanrisiko dan komplikasi pada ibu, proses 1

2 persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Ibu hamil KEK dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayilahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)(Lubis, 2003). Terdapat berbagai macam faktor penyebab KEK, salah satu penyebabnya adalahkonsumsi makan yang tidak cukup mengandung energi dan protein atau adanya gangguan kesehatan (Soekirman, 2000). Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, oleh karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat(ausaet al., 2013).Selama kehamilan diperlukan tambahan energi ekstra sebesar 340-450 kalori setiap hari pada trimester II dan III(Bendich, 2008). Tambahan energi pada trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara serta penumpukkan lemak sedangkan selama trimester III tambahan energi diperlukan untuk pertumbuhan janin dan plasenta(lubis, 2003).Oleh karena itu, kekurangan zat gizi tertentu dan dibiarkan berlarutlarut saat hamil dapat menyebabkan ibu hamil yang sebelumnya tidak KEK tidak mustahil akan mengalami KEK dan yang sudah KEK justru akan menimbulkan bahaya yang lebih besar(ausa et al., 2013). Nahar, et al., (2009) melakukan penelitian tentang dampak pemberian suplementasi energi kepada ibu hamil di Bangladesh yang menunjukkan hasil bahwa pemberian suplementasi pada ibu hamil yang mengalami KEK peningkatan berat badannya lebih signifikan dibandingkan ibu hamil yang status gizinya normal. Hal ini menunjukkan bahwa, peningkatan asupan energi akan sangat berpengaruh terhadap berat badan dan status gizi ibu hamil akan menjadi optimal. Kekurangan asupanenergi selama kehamilan juga akan mempengaruhi kebutuhan protein.jika ibu kekurangan zat energi maka

3 fungsi protein untuk membentuk glukosa akan didahulukan. Pemecahan protein tubuh ini pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot-otot dan jika hal ini terjadi secara terus menerus maka akan terjadi deplesi masa otot karena salah satu fungsi dari protein adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel (Almatsier, 2003).Selain energi, selama kehamilan tubuh juga memerlukan penambahan protein yang dianjurkan setiap hari sekurang-kurangnya 80gram/hari untuk membantu pertumbuhan janin dalam kandungan. Hampir 70% protein digunakan untuk pertumbuhan janin. Selain itu juga protein diperlukan untuk persiapan sesudah melahirkan dan masa menyusui(ginting, 2010). Salah satu dampak yang dapat dialami ibu hamil jika asupan protein kurang yaitu akan mengalami KEK yang dilihat berdasarkan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA merupakan salah satu pengukuran antropometri untuk mengetahui apakah ibu hamil tersebut menderita KEK (Waryono, 2010). Pengukuran LILA merupakan alternatif yang lebih mudah dibandingkan Body Mass Index(BMI) dalam mengidentifikasi kejadian KEK dan yang lebih penting lagi, LILA hanya digunakan untuk screening awal pada ibu hamil dan tidak dapat dijadikan suatu alat untuk monitoring status gizi selama kehamilan(chakraborty, et al., 2009dan Husaini, et al., 2007)). Hasil LILA yang dibawah 23,5 cm itu menandakan telah terjadi penurunan masa otot akibat kurangnya protein di dalam tubuh dan menandakan bahwa telah terjadi kekurangan energi secara kronis(gibson, 2005). Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat asupanenergi dan protein terhadap kejadian KEK. yang dilakukan oleh Krisnawati(2010)danHermawan (2006)menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat asupanenergi dan protein dengan kejadian KEK pada Ibu hamil. Selain itu, Irawan, et al., (2013)menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara asupan energi dan protein dengan LILA, sehingga semakin meningkatnya asupan energi dan protein maka LILA juga akan semakin meningkat. Berdasarkan

4 beberapa penelitian tersebut secara umum dapat dikatakan tingkat asupanenergi dan protein berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil, sehingga harus benar-benar diperhatikan tingkat asupannya. Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi DIY. Aspek konsumsi pangan di Kabupaten Bantul dapat di lihat berdasarkan skor pola pangan harapan (PPH) masyarakat. Konsumsi pangan masyarakat Bantul masih belum beragam karena masih ada dominasi kelompok pangan tertentu yaitu padi, umbi-umbian, kacangkacangan, sayuran dan buah(badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bantul, 2011).Hal ini mungkin dikarenakan secara geografis Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman sehingga terjadi pergeseran status sosial dan ekonomi, gaya hidup dan pola konsumsi pangan masyarakat(dinkes, 2012). Berdasarkan data tersebut dapat dimungkinkan tingkat konsumsi pangan masyarakat tersebut tidak seimbang dan tidak sesuai dengan kebutuhan yang dianjurkan sehingga kejadian kurang gizi khususnya KEK pada ibu hamil masih terjadi. Kondisi ini secara nyata terlihat bahwa prevalensi ibu hamil KEK di Kabupaten Bantul sebesar 13,8%, dan Kecamatan Sedayu (I dan II) sebesar 11,4% (Dinkes, 2012). Walaupun prevalensi di Kabupaten Bantul dan Kecamatan Sedayu lebih rendah dibandingkan Indonesia dan Yogyakarta, namun prevalensi ini masih menjadi permasalahan gizi dan diharapkan tidak ada lagi ibu hamil yang menderita KEK. Faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan KEK pada ibu hamil yaitu ketidaketersediaan pangan secara musiman atau secara kronis ditingkat rumah tangga(achadi, 2007). Ketersediaan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya(depkes, 2000). Ketersediaan pangan sangat bergantung dari daya beli keluarga, jika daya beli keluarga menurun maka ketersedian pangan juga akan menurun begitu juga sebaliknya. Jika ketersediaan pangan di rumah tangga

5 menurun, makakonsumsi makan dan asupan zat gizi per anggota keluarga berkurang sehingga menyebabkan masalah gizi(priswanti, 2004). Dengan kata lain, ketersediaan pangan ini memiliki hubungan yang tidak langsung terhadap status gizi.hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Simarmata(2008) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan pangan dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Ketersediaan pangan merupakan cerminan dari ketahanan pangan sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang nomor 7 tahun 1996, didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bantul, 2011). Dengan kata lain, apabila dalam suatu keluarga dikatakan tahan pangan secara langsung keluarga tersebut sudah pasti ketersediaan pangannya mencukupi ditingkat keluarga. Ketahanan pangan di Kabupaten Bantul berada dalam situasi tahan pangan. Namun situasi ini tidak didukung oleh ketahanan pangan tingkat keluarga. Hal tersebut disebabkan oleh akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap pangan masih rendah(badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, 2013). Dengan demikian apabila dalam keluarga tidak dalam kondisi tahan pangan maka akan dimungkinkan konsumsi pangan dalam anggota keluarga tersebut juga akan tidak mencukupi dan pada akhirnya akan berdampak terhadap keadaan gizi anggota keluarga tersebut. Selain dilihat dari ketahanan pangan, ketersediaan pangan di Kabupaten Bantul dapat diketahui dari indikator ketersediaan energi dan protein untuk dikonsumsi serta cadangan pangan yang ada di masyarakat.ketersediaan energi dan protein dari tahun 2008 dan 2009 di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan, dimana untuk ketersediaan energitahun 2008 sebesar 7065 kal/kap/hari menjadi 7435 kal/kap/hr ditahun 2009. Begitu juga dengan ketersedian protein dari 207,09 gr/kap/hr di tahun 2008 menjadi 215,98 gr/kap/hr di tahun 2009(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bantul, 2011).

6 Walaupun ketersediaan pangan ini mengalami peningkatan, namun hal ini belum dapat menjamin ketersediaan pangan keluarga. MenurutSudirman (2004) dalam Simarmata(2008) menyebutkan bahwa ketersediaan pangan ditingkat masyarakat tidak menjamin ketersediaan pangan ditingkat keluarga. Hal ini disebabkan daya beli keluarga, pendidikan yang rendah dan akses informasi rendah dalam hal pengolahan pangan dan gizi, pola distribusi makanan dalam keluarga yang berbedabeda, budaya, selera, pola asuh dan penyiapan makanan yang tidak memadai. Kesemua faktor tersebut sangat menentukan kualitas pangan yang dikonsumsi rumah tangga yang pada akhirnya akan menentukan kualitas gizi dan kesehatan anggota rumah tangga tersebut terutama terkait dengan masalah gizi (Yudaningrum, 2011). Oleh karena itu, walaupun ketersediaan pangan masyarakat di Kabupaten tersebut mengalami peningkatan, namun jika ketersedian pangan keluarga tidak memadai makadimungkinkan permasalahan gizi masih tetap ada khususnya pemasalahan gizi pada ibu hamil. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai hubungan antara tingkat asupanenergi dan protein serta ketersediaan pangan keluarga dengan risiko KEK pada ibu Hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan berikut ini: a. Apakah ada hubungan antara tingkat asupan energi dengan risiko KEKpada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul? b. Apakah ada hubungan antara tingkat asupan protein dengan risiko KEKpada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul? c. Apakah ada hubungan antara ketersediaan pangan keluarga dengan risiko KEK pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul?

7 C. Tujuan 1. Umum Mengetahui hubungan antara tingkat asupanenergi dan protein, serta ketersediaan pangan keluarga dengan risiko KEK padaibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul 2. Khusus a. Mendeskripsikan risiko KEK, tingkat asupanenergi, protein, dan ketersediaan pangan pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul b. Mengetahui hubungan antara tingkat asupanenergi dengan risiko KEK padaibu hamildi Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul c. Mengetahui hubungan antara tingkat asupan protein dengan risiko KEK pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul d. Mengetahui hubungan antara ketersediaan pangan keluarga dengan risiko KEK pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul D. Manfaat 1. Bagi Dinas Kesehatan Bantul Memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat asupanenergi dan protein, ketersediaan pangan dengan risiko KEK ibu hamil berdasarkan pengukuran LILA sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penanggunalangan masalah gizi ibu hamil serta sebagai masukan bagi perencanaan program gizi dalam penyusunan kebijakan program gizi yang akan datang. 2. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat asupanenergi dan protein, ketersediaan pangan dengan risiko KEK padaibu hamil.

8 3. Bagi Peneliti lain Menambah wacana dan keilmuan gizi bagi mahasiswa gizi pada umumnya dan bagi peneliti pada khususnya serta dapat dijadikan salah satu referensi untuk studi lebih lanjut bagi para peneliti lain yang tertarik pada masalah KEK ibu hamil yang akan datang. E. Keaslian Tabel 1. Keaslian No Peneliti Judul Kesamaan Perbedaan 1 Agustian, 2010 2 Priswant i, 2004 3 Krisnaw ati, 2010 4 Runiti, 2009 Hubungan antara asupan protein dengan KEK pada ibu hamil Hubungan ketersediaan pangan keluarga dan tingkat asupan energi protein, fe, asam folat, vitamin b12 dengan kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia pada ibu hamil Hubungan Tingkat Asupan pada Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Puskesmas Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Hubungan tingkat pendapatan perkapita, tingkat Asupan energi dan protein dengan status gizi ibu hamil di Kelurahan Sragi Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan terikat dan sebagian variable bebas bebas dan terikat terikat dan variabel bebas terikat dan variabel bebas penelitian 5 Ginting, Hubungan tingkat

9 2010 Asupan energi dan protein dengan status gizi ibu hamil di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan 6 Hermaw an, 2006 7 Simarma ta, 2008 8 Rao, et al., 2010 Faktor-faktor yang berpengaruh risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu hamil di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang Hubungan pola konsumsi, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi, dan status kesehatan dengan kejadian KEK pada Ibu Hamil di Kabupaten Simalungun Diet and Nutritional Status of Women in India terikat dan variabel bebas Salah satu variabel bebas dan variabel terikat bebas dan terikat Variable terikat dan variable bebas penelitian penelitian Jenis sampel