BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah gizi di Indonesia saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Salah satu masalah gizi yang dihadapi di Indonesia adalah masalah gizi kehamilan. Wanita umumnya mudah menderita masalah gizi terutama selama kehamilan dan laktasi karena selama periode waktu tersebut kebutuhan gizi meningkat (Rao, et al., 2010). Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi pada Ibu hamil. Kekurangan energi kronik (KEK) adalah keadaan kekurangan asupan energi dan protein pada wanita usia subur (WUS) yang berlangsung secara terus menerus dan mengakibatkan gangguan kesehatan(depkes, 2002). Permasalahan KEK ini telah dialami oleh hampir semua Negara khususnya di Negara-negara berkembang seperti Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilangka dan Thailand, prevalensi wanita yang mengalami KEK adalah 15 47%. Hal ini terjadi karena sebagian besar wanita yang mengalami kekurangan energi disebabkan karena makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan mereka (World Health Organization, 1997). Khusus di Indonesia, pada tahun 2013prevalensi ibu hamil yang mengalami risiko KEK sebesar 24,2% dan risiko KEK ini telah mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi risiko KEK tahun 2007 sebesar 21,6%(Kemenkes, 2013).Sedangkan khusus di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2011, prevalensi ibu hamil risiko KEK 14,8% meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 14,4% (Dinkes, 2012). Telah banyak diketahui bahwa KEK memberikan dampak negatif pada ibu hamil serta janin yang dikandungnya. Kekurangan energi kronik pada ibu hamil dapat menyebabkanrisiko dan komplikasi pada ibu, proses 1
2 persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Ibu hamil KEK dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayilahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)(Lubis, 2003). Terdapat berbagai macam faktor penyebab KEK, salah satu penyebabnya adalahkonsumsi makan yang tidak cukup mengandung energi dan protein atau adanya gangguan kesehatan (Soekirman, 2000). Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, oleh karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat(ausaet al., 2013).Selama kehamilan diperlukan tambahan energi ekstra sebesar 340-450 kalori setiap hari pada trimester II dan III(Bendich, 2008). Tambahan energi pada trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara serta penumpukkan lemak sedangkan selama trimester III tambahan energi diperlukan untuk pertumbuhan janin dan plasenta(lubis, 2003).Oleh karena itu, kekurangan zat gizi tertentu dan dibiarkan berlarutlarut saat hamil dapat menyebabkan ibu hamil yang sebelumnya tidak KEK tidak mustahil akan mengalami KEK dan yang sudah KEK justru akan menimbulkan bahaya yang lebih besar(ausa et al., 2013). Nahar, et al., (2009) melakukan penelitian tentang dampak pemberian suplementasi energi kepada ibu hamil di Bangladesh yang menunjukkan hasil bahwa pemberian suplementasi pada ibu hamil yang mengalami KEK peningkatan berat badannya lebih signifikan dibandingkan ibu hamil yang status gizinya normal. Hal ini menunjukkan bahwa, peningkatan asupan energi akan sangat berpengaruh terhadap berat badan dan status gizi ibu hamil akan menjadi optimal. Kekurangan asupanenergi selama kehamilan juga akan mempengaruhi kebutuhan protein.jika ibu kekurangan zat energi maka
3 fungsi protein untuk membentuk glukosa akan didahulukan. Pemecahan protein tubuh ini pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot-otot dan jika hal ini terjadi secara terus menerus maka akan terjadi deplesi masa otot karena salah satu fungsi dari protein adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel (Almatsier, 2003).Selain energi, selama kehamilan tubuh juga memerlukan penambahan protein yang dianjurkan setiap hari sekurang-kurangnya 80gram/hari untuk membantu pertumbuhan janin dalam kandungan. Hampir 70% protein digunakan untuk pertumbuhan janin. Selain itu juga protein diperlukan untuk persiapan sesudah melahirkan dan masa menyusui(ginting, 2010). Salah satu dampak yang dapat dialami ibu hamil jika asupan protein kurang yaitu akan mengalami KEK yang dilihat berdasarkan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA merupakan salah satu pengukuran antropometri untuk mengetahui apakah ibu hamil tersebut menderita KEK (Waryono, 2010). Pengukuran LILA merupakan alternatif yang lebih mudah dibandingkan Body Mass Index(BMI) dalam mengidentifikasi kejadian KEK dan yang lebih penting lagi, LILA hanya digunakan untuk screening awal pada ibu hamil dan tidak dapat dijadikan suatu alat untuk monitoring status gizi selama kehamilan(chakraborty, et al., 2009dan Husaini, et al., 2007)). Hasil LILA yang dibawah 23,5 cm itu menandakan telah terjadi penurunan masa otot akibat kurangnya protein di dalam tubuh dan menandakan bahwa telah terjadi kekurangan energi secara kronis(gibson, 2005). Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat asupanenergi dan protein terhadap kejadian KEK. yang dilakukan oleh Krisnawati(2010)danHermawan (2006)menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat asupanenergi dan protein dengan kejadian KEK pada Ibu hamil. Selain itu, Irawan, et al., (2013)menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara asupan energi dan protein dengan LILA, sehingga semakin meningkatnya asupan energi dan protein maka LILA juga akan semakin meningkat. Berdasarkan
4 beberapa penelitian tersebut secara umum dapat dikatakan tingkat asupanenergi dan protein berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil, sehingga harus benar-benar diperhatikan tingkat asupannya. Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi DIY. Aspek konsumsi pangan di Kabupaten Bantul dapat di lihat berdasarkan skor pola pangan harapan (PPH) masyarakat. Konsumsi pangan masyarakat Bantul masih belum beragam karena masih ada dominasi kelompok pangan tertentu yaitu padi, umbi-umbian, kacangkacangan, sayuran dan buah(badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bantul, 2011).Hal ini mungkin dikarenakan secara geografis Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman sehingga terjadi pergeseran status sosial dan ekonomi, gaya hidup dan pola konsumsi pangan masyarakat(dinkes, 2012). Berdasarkan data tersebut dapat dimungkinkan tingkat konsumsi pangan masyarakat tersebut tidak seimbang dan tidak sesuai dengan kebutuhan yang dianjurkan sehingga kejadian kurang gizi khususnya KEK pada ibu hamil masih terjadi. Kondisi ini secara nyata terlihat bahwa prevalensi ibu hamil KEK di Kabupaten Bantul sebesar 13,8%, dan Kecamatan Sedayu (I dan II) sebesar 11,4% (Dinkes, 2012). Walaupun prevalensi di Kabupaten Bantul dan Kecamatan Sedayu lebih rendah dibandingkan Indonesia dan Yogyakarta, namun prevalensi ini masih menjadi permasalahan gizi dan diharapkan tidak ada lagi ibu hamil yang menderita KEK. Faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan KEK pada ibu hamil yaitu ketidaketersediaan pangan secara musiman atau secara kronis ditingkat rumah tangga(achadi, 2007). Ketersediaan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya(depkes, 2000). Ketersediaan pangan sangat bergantung dari daya beli keluarga, jika daya beli keluarga menurun maka ketersedian pangan juga akan menurun begitu juga sebaliknya. Jika ketersediaan pangan di rumah tangga
5 menurun, makakonsumsi makan dan asupan zat gizi per anggota keluarga berkurang sehingga menyebabkan masalah gizi(priswanti, 2004). Dengan kata lain, ketersediaan pangan ini memiliki hubungan yang tidak langsung terhadap status gizi.hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Simarmata(2008) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan pangan dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Ketersediaan pangan merupakan cerminan dari ketahanan pangan sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang nomor 7 tahun 1996, didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bantul, 2011). Dengan kata lain, apabila dalam suatu keluarga dikatakan tahan pangan secara langsung keluarga tersebut sudah pasti ketersediaan pangannya mencukupi ditingkat keluarga. Ketahanan pangan di Kabupaten Bantul berada dalam situasi tahan pangan. Namun situasi ini tidak didukung oleh ketahanan pangan tingkat keluarga. Hal tersebut disebabkan oleh akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap pangan masih rendah(badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, 2013). Dengan demikian apabila dalam keluarga tidak dalam kondisi tahan pangan maka akan dimungkinkan konsumsi pangan dalam anggota keluarga tersebut juga akan tidak mencukupi dan pada akhirnya akan berdampak terhadap keadaan gizi anggota keluarga tersebut. Selain dilihat dari ketahanan pangan, ketersediaan pangan di Kabupaten Bantul dapat diketahui dari indikator ketersediaan energi dan protein untuk dikonsumsi serta cadangan pangan yang ada di masyarakat.ketersediaan energi dan protein dari tahun 2008 dan 2009 di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan, dimana untuk ketersediaan energitahun 2008 sebesar 7065 kal/kap/hari menjadi 7435 kal/kap/hr ditahun 2009. Begitu juga dengan ketersedian protein dari 207,09 gr/kap/hr di tahun 2008 menjadi 215,98 gr/kap/hr di tahun 2009(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bantul, 2011).
6 Walaupun ketersediaan pangan ini mengalami peningkatan, namun hal ini belum dapat menjamin ketersediaan pangan keluarga. MenurutSudirman (2004) dalam Simarmata(2008) menyebutkan bahwa ketersediaan pangan ditingkat masyarakat tidak menjamin ketersediaan pangan ditingkat keluarga. Hal ini disebabkan daya beli keluarga, pendidikan yang rendah dan akses informasi rendah dalam hal pengolahan pangan dan gizi, pola distribusi makanan dalam keluarga yang berbedabeda, budaya, selera, pola asuh dan penyiapan makanan yang tidak memadai. Kesemua faktor tersebut sangat menentukan kualitas pangan yang dikonsumsi rumah tangga yang pada akhirnya akan menentukan kualitas gizi dan kesehatan anggota rumah tangga tersebut terutama terkait dengan masalah gizi (Yudaningrum, 2011). Oleh karena itu, walaupun ketersediaan pangan masyarakat di Kabupaten tersebut mengalami peningkatan, namun jika ketersedian pangan keluarga tidak memadai makadimungkinkan permasalahan gizi masih tetap ada khususnya pemasalahan gizi pada ibu hamil. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai hubungan antara tingkat asupanenergi dan protein serta ketersediaan pangan keluarga dengan risiko KEK pada ibu Hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan berikut ini: a. Apakah ada hubungan antara tingkat asupan energi dengan risiko KEKpada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul? b. Apakah ada hubungan antara tingkat asupan protein dengan risiko KEKpada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul? c. Apakah ada hubungan antara ketersediaan pangan keluarga dengan risiko KEK pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul?
7 C. Tujuan 1. Umum Mengetahui hubungan antara tingkat asupanenergi dan protein, serta ketersediaan pangan keluarga dengan risiko KEK padaibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul 2. Khusus a. Mendeskripsikan risiko KEK, tingkat asupanenergi, protein, dan ketersediaan pangan pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul b. Mengetahui hubungan antara tingkat asupanenergi dengan risiko KEK padaibu hamildi Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul c. Mengetahui hubungan antara tingkat asupan protein dengan risiko KEK pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul d. Mengetahui hubungan antara ketersediaan pangan keluarga dengan risiko KEK pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul D. Manfaat 1. Bagi Dinas Kesehatan Bantul Memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat asupanenergi dan protein, ketersediaan pangan dengan risiko KEK ibu hamil berdasarkan pengukuran LILA sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penanggunalangan masalah gizi ibu hamil serta sebagai masukan bagi perencanaan program gizi dalam penyusunan kebijakan program gizi yang akan datang. 2. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat asupanenergi dan protein, ketersediaan pangan dengan risiko KEK padaibu hamil.
8 3. Bagi Peneliti lain Menambah wacana dan keilmuan gizi bagi mahasiswa gizi pada umumnya dan bagi peneliti pada khususnya serta dapat dijadikan salah satu referensi untuk studi lebih lanjut bagi para peneliti lain yang tertarik pada masalah KEK ibu hamil yang akan datang. E. Keaslian Tabel 1. Keaslian No Peneliti Judul Kesamaan Perbedaan 1 Agustian, 2010 2 Priswant i, 2004 3 Krisnaw ati, 2010 4 Runiti, 2009 Hubungan antara asupan protein dengan KEK pada ibu hamil Hubungan ketersediaan pangan keluarga dan tingkat asupan energi protein, fe, asam folat, vitamin b12 dengan kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia pada ibu hamil Hubungan Tingkat Asupan pada Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Puskesmas Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Hubungan tingkat pendapatan perkapita, tingkat Asupan energi dan protein dengan status gizi ibu hamil di Kelurahan Sragi Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan terikat dan sebagian variable bebas bebas dan terikat terikat dan variabel bebas terikat dan variabel bebas penelitian 5 Ginting, Hubungan tingkat
9 2010 Asupan energi dan protein dengan status gizi ibu hamil di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan 6 Hermaw an, 2006 7 Simarma ta, 2008 8 Rao, et al., 2010 Faktor-faktor yang berpengaruh risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu hamil di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang Hubungan pola konsumsi, ketersediaan pangan, pengetahuan gizi, dan status kesehatan dengan kejadian KEK pada Ibu Hamil di Kabupaten Simalungun Diet and Nutritional Status of Women in India terikat dan variabel bebas Salah satu variabel bebas dan variabel terikat bebas dan terikat Variable terikat dan variable bebas penelitian penelitian Jenis sampel