BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum merupakan penyeimbang masyarakat dalam berperilaku. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. berjalan, tolok ukurnya dapat dilihat dari kemandirian badan-badan peradilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat sebagai TNI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Sebagai masa depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tidak mendapat kepastian hukum setelah melalui proses persidangan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

I. PENDAHULUAN. peredaran gelap narkoba menyebabkan penyalahgunaan yang makin meluas dan. merupakan ancaman bagi kehidupan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Internasional. Tidak mustahil peredaran narkotika yang sifatnya telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat diimbangi

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun Ciri dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

satunya diwujudkan kedalam Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Nomor 14 tahun 1970 dan diganti oleh Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memutus perkara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. Asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP memiliki tujuan dalam menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara hukum yang semua warga negaranya berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before the law). Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menentukan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, yang berarti hukum menjadi jalan terakhir dalam setiap penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi. Hal ini juga sesuai dengan Pancasila, khususnya sila ke-5 yang berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara sosiologis menunjukkan adanya lapisan sosial (stratifikasi) yang berbeda secara terselubung. Hal ini sebagai pengaruh karena Indonesia adalah negara multikultur, yang mempunyai beragam budaya, suku, agama dan ras. Adanya stratifikasi ini dapat mempengaruhi penerapan hukum yang tidak obyektif, yang berarti bahwa di dalamnya terjadi diskriminasi, dengan adanya diskriminasi akan membawa suatu hasil akhir yang jauh dari rasa keadilan. Seorang hakim di dalam menjatuhkan pidana mempunyai kebebasan yang harus sesuai dengan falsafah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, serta dalam mengambil keputusan dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku hakim menjadi salah satu barometer utama untuk melihat keberhasilan dan keobyektifan dari proses penegakan hukum, yaitu terwujud dalam putusannya, sehingga dapat untuk mengukur tegak tidaknya hukum dan undang-undang. Aparat penegak hukum, khususnya hakim menjadi 1

2 titik sentral dalam proses penegakan hukum yang harus memberikan teladan dalam menjalankan hukum dan undang-undang. 1 Dalam praktek peradilan, prinsip-prinsip peradilan yang bebas tidak selalu konsisten diterapkan dan dilaksanakan. Sering terjadi kesenjangan dalam putusan terhadap pelaku tindak pidana, sehingga bermunculan issu yang seringkali muncul seperti, mafia peradilan dan konspirasi. Issu seperti ini akan muncul apabila terjadi ketidakadilan dalam proses peradilan. Dalam dunia hukum terjadinya perbedaan yang mencolok dalam proses penjatuhan putusan pidana terhadap pelaku dalam perkara yang sama atau berkarakter sama, disebut Disparitas Pidana. 2 Menurut Cheang, disparitas pidana (disparity of sentencing) merupakan penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang sama (same offence) atau terhadap tindak-tindak pidana yang sifat berbahayanya dapat diperbandingkan (offences of comparable seriousness) tanpa dasar pembenaran yang jelas. 3 Selanjutnya tanpa menunjuk legal category, disparitas pidana dapat terjadi pada pemidanaan terhadap mereka yang melakukan bersama suatu delik (co defendants). Adanya disparitas pidana ini menjadi sangat menarik untuk diteliti lebih dalam, terutama disparitas pemidanaan terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika, karena hingga saat ini masih banyak ditemukan kasus penyalahgunaan narkotika dari berbagai kalangan dan akibat yang ditimbulkan dari 1 Bambang Poernomo, 1983, Asas-asas Hukum Pidana, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 27. 2 www.reformasihukum.org, Yayasan TIFA, Proses Penanganan Perkara Pidana, 28 Desember 2010. 3 Muladi, Barda Nawawi, 1984, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Penerbit Alumni Bandung, hlm.53.

3 penyalahgunaan narkotika sendiri sangat luas di segala bidang kehidupan bernegara, oleh karena itu kejahatan narkotika perlu ditangani secara khusus. Mahkamah Agung mengharapkan agar pengadilan dapat menjatuhkan putusan pidana yang sebanding dengan berat dan sifat tindak pidana tersebut, sehingga tetap tercipta rasa keadilan di dalam masyarakat. Atas dasar pemikiran sebagaimana diuraikan diatas, maka penulis menulis skripsi dengan judul Disparitas Pidana terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika di Pengadilan Negeri Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu; Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika sehingga menyebabkan disparitas pidana? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika sehingga menyebabkan disparitas pemidanaan. D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diambil, maka manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis adalah untuk menambah pengetahuan khususnya tentang dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam

4 menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika sehingga menyebabkan disparitas pemidanaan. 2. Bagi ilmu hukum pada umumnya, khususnya perkembangan ilmu hukum dibidang disparitas pemidanaan, memberikan masukan tentang dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika sehingga menyebabkan disparitas pemidanaan. 3. Bagi aparat penegak hukum adalah sebagai bahan masukan untuk aparat penegak hukum itu sendiri, masyarakat pada umumnya dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal penegakan hukum E. Batasan Konsep Dalam penulisan ini batasan konsep diperlukan untuk memberikan batasan dari berbagai pendapat yang ada mengenai konsep tentang pengertian disparitas, pemidanaan, tindak pidana, penyalahgunaan, narkotika, hakim, dan pengadilan negeri. 1. Disparitas. Disparitas adalah perbedaan penjatuhan pidana dengan jenis pidana yang sejenis. 2. Pemidanaan. Pemidanaan adalah penjatuhan pidana atau pemberian pidana.

5 3. Tindak Pidana. Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilakukan setiap orang/subjek hukum yang berupa kesalahan dan bersifat melanggar hukum ataupun tidak sesuai dengan perundang-undangan. 4. Penyalahgunaan Penyalahgunaan adalah proses, cara, perbuatan menyeleweng untuk melakukan sesuatu yang tidak sepatutnya atau menggunakan sesuatu tidak sebagaimana mestinya. 5. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan yang dibedakan dalam golongan-golongan. 6. Hakim. Pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. 7. Pengadilan Negeri. Pengadilan Negeri adalah badan peradilan pada tingkat pertama yang berkuasa mengadili semua perkara penyelewengan hukum dalam daerah hukumnya.

6 F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian hukum dengan abstraksi melalui proses deduksi dari norma hukum positif yang berupa sistematisasi hukum dan menilai hukum positif terhadap permasalahan yang menyangkut dengan dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika sehingga menyebabkan disparitas pidana. 2. Data Data sekunder yang terdiri dari: a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif Indonesia yang berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan obyek penelitian yang sifatnya mengikat, yaitu : 1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 3. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman 4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

7 b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan tentang bahan hukum perimer seperti buku-buku, surat kabar, jurnal, majalah, pendapat hukum, dan berita dari internet yang berkaitan dengan materi penelitian. 3. Metode pengumpulan data a. Studi kepustakaan Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mempelajari, membaca dan memahami buku-buku, peraturan perundang-undangan, pendapat hukum, dan berita dari internet yang berkaitan erat dengan materi penelitian. b. Wawancara dengan Narasumber Mengadakan wawancara langsung dengan narasumber Ibu Risti Indrijani, S.H. selaku Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta untuk memperoleh data. 4. Metode analisis Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan maupun wawancara dengan nara sumber dianalisis secara kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan mengkaji data yang telah dikumpulkan secara sistematis sehingga diperoleh suatu gambaran mengenai masalah atau keadaan yang akan dilteliti. Proses penalaran yang digunakan dalam menarik kesimpulan adalah metode berpikir deduktif yaitu suatu pola pikir yang didasarkan

8 pada suatu ketentuan yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan pada suatu fakta yang bersifat khusus. G. Sistematika Penulisan Hukum/ Skripsi Untuk memudahkan para pembaca dalam memahami skripsi ini, maka penulis membagi skripsi ini dalam tiga bab yang perinciannya sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah yang berkaitan dengan dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika sehingga menyebabkan disparitas pidana, yang kemudian dituangkan dalam suatu rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. BAB II. PEMIDANAAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA Dalam bab ini menguraikan tentang tinjauan umum mengenai disparitas pidana, yang meliputi tinjauan pemidanaan dan tindak pidana, tinjauan tentang tindak pidana narkotika, dan dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika.

9 BAB III. PENUTUP Dalam bab ini menguraikan tentang jawaban atas pokok permasalahan yang terangkum dalam suatu kesimpulan dan disertai dengan saran.