BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan peserta didik maka ia dituntut untuk memiliki kecakapan holistik dan profesionalisme yang tinggi. Kompetensi yang mumpuni akan mendukung kinerja profesional sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal. Merujuk pada ilmu pendidikan, standar keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran bukan saja dilihat pada kemahiran penguasaan materi (kognitif) peserta didiknya, tetapi juga melalui perubahan sikap (afektif), dan implementasi nilai-nilai Islami serta ibadah dalam kehidupan sehari-hari (psikomotor). Hal tersebut mengundang konsekuensi logis terhadap penguasaan serangkaian kompetensi yang harus dikuasai guru bukan sebatas penguasaan ilmu bidang garapnya saja tetapi juga ilmu-ilmu lain yang mendukung tercapainya keberhasilan pembelajaran seperti, ilmu psikologi, komunikasi, managemen, administrasi dan lain sebagainya. Proses belajar mengajar (PBM) merupakan ajang bagi guru untuk memfasilitasi dan membekali ilmu pengetahuan bagi anak didik agar ketiga aspek pembelajaran dapat tercapai. Maka dari itu, guru perlu memiliki strategi jitu dalam mengajar, mulai dari kecakapan berkomunikasi sebab melalui komunikasi itulah terjadi suatu interaksi dalam proses pembelajaran, kreatifitas guru dalam menyampaikan materi 1
sehingga tercipta suasana pembelajaran yang tidak monoton, dan pemahaman guru akan ilmu-ilmu kependidikan, serta kemampuannya dalam mengontekstualkan materi pembelajaran dengan contoh yang relevan. Kesemua hal itu merupakan indikator-indikator kompetensi pedagogis, dengan penguasaan guru akan kompetensi pedagogis maka guru mampu mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan. Terlebih dalam pendidikan akidah yang syarat akan penggunaan nalar dalam menganalisis materi pembelajaran. Jika guru akidah tidak memiliki kompetensi pedagogis yang mumpuni maka, tujuan pendidikan akidah untuk memahamkan tauhid kepada peserta didik tidak akan tercapai. Pondok pesantren dengan durasi pembelajaran 24 jam semestinya didukung dengan kemampuan mahir para pendidiknya untuk mengkristalisasikan dogma-dogma keagamaan serta menanamkan sikap Islami pada diri peserta didik. Ini pula yang dilakukan Pondok Pesantren Zam-zam sejak 2008, selama kurun waktu hampir sembilan tahun, pesantren tersebut menunjukan eksistensi keberhasilannya dalam mendidik para santri dari segi perilaku dan prestasi akademik dalam kejuaraan seperti, juara 1 olimpiade nasional tahfidz al-quran, juara 2 Dai Remaja Rohis, juara 1 Pildarem antar SMA, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengamatan peneliti, santri di sana juga mejunjung tinggi nilai-nilai kesopanan masyarakat. Permasalahan yang muncul terkait pemahaman akidah adalah bagaimana pendidikan akidah itu mampu menjadi tameng bagi peserta 2
didik agar tidak terjebak dalam perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan nilai atau kebiasaan masyarakat yang menyimpang dari syariat Islam. Penyampaian materi akidah terjadi di pendidikan formal sementara pendalaman dan pembiasaan terjadi di pendidikan non formal sehingga, penelitian ini akan dilakukan di pendidikan formal yaitu SMA Muhammadiyah Boarding School Zam-zam. Merujuk pada paparan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil skripsi berjudul Studi Korelasi Kompetensi Pedagogis Guru Akidah dengan Prestasi Belajar di Kelas X SMA Muhammadiyah Boarding School Zam-zam Cilongok Tahun Ajaran 2016/2017 B. Definisi Operasional 1. Istilah Guru Merujuk pada tata bahasa, bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengertian lebih banyak digunakan (jamaknya ), yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama atau ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Sementara di Indonesia lebih banyak digunakan istilah ustadz untuk menunjuk pada arti guru yang khusus mengajar bidang pengetahuan agama Islam. Terdapat pula sebutan kyai, ajengan untuk sebutan guru besar di pesantren dan buya digunakan untuk ahli agama. (Abuddin Nata, 2001: 41-42) Di Pondok Pesantren Modern Zam-zam istilah ustadz digunakan dalam sapaan komunikasi. Namun Pengajuan istilah jabatan 3
dalam administrasi menggunakan istilah ustadz dan guru. Maka dari itu, penelitian ini juga akan menggunakan kedua istilah tersebut. 2. Istilah Santri Istilah murid dalam bahasa Arab merupakan akar kata dari arada, yuridu iradan ( - ) muridan ( )yang berarti orang yang menginginkan, dan menjadi salah satu sifat Allah SWT yang berarti maha menghendaki. Selain kata murid, dijumpai pula kata al-tilmidz yang berasal dari bahasa Arab juga, namun tidak mempunyai akar kata dan berarti pelajar. Kata ini digunakan untuk menunjuk kepada murid yang belajar di madrasah. Selanjutnya terdapat kata almudarris yang berasal dari kata darasa yang berarti orang yang mempelajari sesuatu. Kata ini dekat dengan kata madrasah, dan seharusnya digunakan untuk arti pelajar pada suatu madrasah, namun dalam praktiknya tidak demikian. (Abuddin Nata, 2001: 49-50) Di Indonesia istilah santri merupakan sebutan yang melekat pada peserta didik di pondok pesantren. Maka dari itu, dalam hasil penelitian ini menggunakan istilah santri tetapi dalam pengajuan landasan teori masih disebut istilah peserta didik, anak didik, murid, siswa. 3. Pendidikan Boarding School Pondok Pesantren Zam-zam merupakan lembaga pendidikan Islam modern yang menerapkan sistem pembinaan tiga pilar, yaitu; kelas, masjid, dan asrama. Hal ini bertujuan agar para santri unggul dalam bidang akademik melalui kurikulum Pendidikan Nasional yang 4
diintegrasikan dengan kurikulum khas pesantren sebagai instrumen penting dalam pembentukan akhlak mulia, kesadaran berislam yang kuat dan karakter yang lurus dan berjiwa entrepreneur. Ibnu Hasan (2015:31) menyatakan bahwa pendidikan boarding school (berasrama) dapat menerapkan program pendidikan yang komprehensif-holistik mencakup keagamaan, pengembangan akademik, life skill, wawasan kebangsaan, dan membangun wawasan global. Sebagaimana visi pondok pesantren untuk membentuk manusia muslim berkualitas, beriman dan bertakwa, berakhlaqul karimah, berjiwa sosial, bertafaqquh fiddin, cakap, cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mandiri maka, pondok pesantren membuka program pendidikan SMP yang diperuntukan bagi putra dan putri yang berada di SMP Muhammadiyah Cilongok, dan SMA bagi putra di SMA Muhammadiyah Boarding School Zam-zam serta program takhasus selama satu tahun untuk membekali peserta didik yang berasal dari luar pendidikan berbasic kepesantrenan. Pendidikan di SMA Muhammadiyah Boarding School berada di bawah naungan yang sama dengan pondok pesantren maka wilayah penanggungjawab kegiatan pembelajaran formal berada di bawah payung pondok pesantren secara langsung dengan kepala sekolah sebagai pihak penanggung jawab pendidikannya, sedangkan santri SMP secara kelembagaan masuk dalam payung SMP Muhammadiyah 5
Cilongok walaupun dari segi pembelajaran masuk ranah pendidikan kepesantrenan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan maka dapat diperoleh rumusan masalah berikut: 1. Apakah ada korelasi yang signifikan antara kompetensi pedagogis guru akidah dengan prestasi belajar di kelas X SMA Muhammadiyah Boarding School Zam-zam Cilongok tahun Ajaran 2016/2017? 2. Berapa sumbangan kompetensi pedagogis guru akidah terhadap prestasi belajar di kelas X SMA Muhammadiyah Boarding School Zam-zam Cilongok tahun Ajaran 2016/2017? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan di atas maka dapat ditentukan tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi yang signifikan antara kompetensi pedagogis guru akidah dengan prestasi belajar di kelas X SMA Muhammadiyah Boarding School Zam-zam Cilongok tahun Ajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui sumbangan kompetensi pedagogis guru akidah terhadap prestasi belajar di kelas X SMA Muhammadiyah Boarding School Zam-zam Cilongok tahun Ajaran 2016/2017. 6
E. Manfaat Penelitian Terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini. 1. Manfaat Teoritis Memberikan wawasan mendalam tentang arti dan pentingnya kompetensi pedagogis terhadap prestasi belajar. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini dapat memerikan manfaat sebagai berikut: a. Peneliti Memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara langsung dalam mendalami kompetensi pedagogis sebagai bekal menjadi calon pendidik. b. Tenaga Pendidik/ Akademisi Memberikan wawasan untuk dapat mengembangkan kompetensi pedagogis yang baik sebagai pribadi seorang pengajar. 7