GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

G U B E R N U R L A M P U N G

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER-002/A/JA/02/2013 TENTANG PEDOMAN PENGURUSAN JENAZAH DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI SLEMAN. b. bahwa untuk kelancaran penyelenggaraan pemakaman perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Fasilitasi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PROSEDUR MUTU No. PM

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

2015, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Komisi

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 115 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA UPACARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

BUPATI KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan. Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035); 2. Undang-Undang No

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 618 TAHUN 1991 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

2017, No Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3432); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/12/KPTS/013/2006 TENTANG

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 27 TAHUN 2011 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 14 TAHUN 1994

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURANMENTERI PERHUBUNGANREPUBLIKINDONESIA NOMOR PM. 27 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGANKEMENTERIANPERHUBUNGAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 1994 SERI : D NO : 6 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 7 TAHUN : 1993 SERI D.4

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROTOKOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN: 1. Ketentuan pasal 1 ditambah satu angka setelah angka 22 yaitu angka 23, sehingga pasal 1 berbunyi sebagai berikut: Pasal 1

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 124 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 1990

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR : 12 TAHUN 2010

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PROFESOR RISET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*rr'ffifriis[t." JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA. patut kiranya Kejaksaan Rl ikut berperan serta dalam pengurusannya;

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG UPACARA PERSEMAYAMAN DAN PEMAKAMAN JENAZAH GUBERNUR / WAKIL GUBERNUR DAN MANTAN GUBERNUR /WAKIL GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa sehubungan adanya perubahan dalam tata keprotokolan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, perlu menyempurnakan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71 Tahun 2008 tentang Upacara Persemayaman dan Pemakaman Jenazah Gubernur / Wakil Gubernur dan Mantan Gubernur / Wakil Gubernur Jawa Timur ; b. bahwa sehubungan dengan maksud tersebut pada huruf a, perlu mengatur kembali Upacara Persemayaman dan Pemakaman Jenazah Gubernur / Wakil Gubernur dan Mantan Gubernur/ Wakil Gubernur Jawa Timur dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur; : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Mengadakan Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950) ; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890) ; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); Dok. Informasi Hukum - JDIH Biro Hukum Setda Prov Jatim 1

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5026); 5. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5166) ; 6. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 22 Tahun 2011 tentang Keprotokolan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur ; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG UPACARA PERSEMAYAMAN DAN PEMAKAMAN JENAZAH GUBERNURNVAKIL GUBERNUR DAN MANTAN GUBERNURIWAKIL GUBERNUR JAWA TIMUR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur. 2. Wakil Gubernur adalah Wakil Gubernur Jawa Timur. 3. Mantan Gubernur/Mantan Wakil Gubernur adalah Mantan Gubernur/Mantan Wakil Gubernur Jawa Timur. 4. Upacara persemayaman adalah acara resmi menjelang upacara pemakaman dengan tujuan memberikan kesempatan terakhir kepada handai taulanlwarga untuk menyampaikan penghormatan kepada jenazah dan pernyataan bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan. 5. Upacara Pemakaman adalah acara resmi dengan tujuan penghormatan dan penghargaan terakhir dari bangsa dan negara kepada Gubenur/Wakil Gubernur dan mantan Gubernur/Wakii Gubemur Jawa Timur yang meninggal dunia. 6. Inspektur upacara adalah Pejabat Tertinggi dalam upacara yang bertindak sebagai pemimpin upacara. 7. Perwira Upacara adalah pejabat dalam upacara yang bertugas menyusun rencana upacara dan mengendalikan jalannya tertib acara dalam suatu upacara. 8. Komandan Upacara adalah Pejabat dalam upacara yang memimpin seluruh pasukan upacara. 9. Satuan Polisi Pamong Praja adalah Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Timur. Dok. Informasi Hukum - JDIH Biro Hukum Setda Prov Jatim 2

BAB II PERSYARATAN Pasal 2 Gubernur/Wakil Gubernur dan Mantan Gubernur/Wakil Gubernur, yang berhak memperoleh Upacara Persemayaman dan Pemakaman secara resmi harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Berasal dari masyarakat sipil yang tidak diangkat sebagai pahlawan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Tidak memiliki salah satu tanda kehormatan Republik Indonesia berupa Bintang Republik Indonesia, Bintang Maha Putra, Bintang Sakti, Bintang Dharma, Bintang Gerilya dan Bintang Yudha Dharma. Pasal 3 (1) Pejabat yang ditunjuk sebagai Inspektur Upacara harus mempunyai jabatan lebih tinggi dari Komandan Upacara. (2) Komandan Upacara dijabat oleh pejabat serendah-rendahnya Eselon III. BAB III UPACARA PERSEMAYAMAN Bagian Pertama Persemayaman Pasal 4 Upacara persemayaman dilakukan di tempat jenazah disemayamkan dan dilaksanakan 1 (satu) kali. Bagian Kedua Kelengkapan Upacara Pasal 5 (1) Dalam upacara persemayaman sebagaimana dimaksud dala'm Pasal 4 dibutuhkan alat kelengkapan upacara, sebagai berikut : a) Inspektur Upacara; b) Perwira Upacara; c) Komandan Upacara; d) Pembawa Acara (MC); e) Rohaniwan. (2) Selain alat kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) upacara persemayaman dilengkapi Personel Upacara dan personel lainnya yang terdiri dari : Dok. Informasi Hukum - JDIH Biro Hukum Setda Prov Jatim 3

a) Pasukan Kehormatan minimal berkekuatan satu peleton dari Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang Komandan Peleton; b) Pengusung Jenazah 8 (delapan) orang anggota Satuan Polisi Pamong Praja; c) pengawal Jenazah 2 (dua) orang; d) Pengantar Kehormatan 4 (empat) orang pejabat minimal eselon III; e) Pembawa Karangan Bunga 1 (satu) orang; f) Pembawa toto almarhum/almarhumah 1 (satu) orang; g) Perwakilan Keluarga yang bersangkutan 1 (satu) orang; h) Penerima Tamu; i) Pengurus keamanan/lalu Iintas; j) Pengurus kesehatan; k) Pengurus komunikasi/sound system; l) Kelompok Genderang Sangkakala. Pasal 6 (1) Pakaian yang dikenakan dalam upacara persemayaman adalah sebagai berikut : a) Inspektur Upacara mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan songkok; b) Komandan Upacara mengenakan Pakaian Dinas Lapangan 1 (PDL I); c) Pembawa Acara mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan songkok; d) Pasukan Kehormatan mengenakan Pakaian Dinas Lapangan I (PDL I); e) Pengusung Jenazah mengenakan Pakaian Dinas Lapangan I (PDL I) dan pada saat mengusung jenazah tetap menggunakan tutup kepala; f) Pengawal Jenazah mengenakan Pakaian Dinas Lapangan I (PDL I); g) Pengantar Kehormatan mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan Songkok; h) Pembawa karangan bunga mengenakan Pakaian Dinas Lapangan I (PDL I); i) Pembawa toto mengenakan Pakaian Dinas Lapangan 1 (PDL I); j) Peserta upacara mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan songkok. Dok. Informasi Hukum - JDIH Biro Hukum Setda Prov Jatim 4

(2) Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dan Pakaian Dinas Lapangan 1 (PDL I) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Lampiran angka I A dan I B. (3) Perlengkapan yang dipergunakan dalam upaeara persemayaman terdiri dari : a) Bendera Merah Putih; b) Meja/tempat peletakan peti jenazah beralas kain; c) Foto berbingkai ukuran 30 x 40 cm; d) Tempat duduk di ruangan persemayaman sesuai dengan kebutuhan; e) Peralatan komunikasi; f) Kereta Merta/Mobil Jenazah; g) Karangan Bunga. Bagian Ketiga Tata Cara Pelaksanaan Upaeara Pasal 7 Tata Cara Pelaksanaan Upaeara Persemayaman, dan Upaeara Persemayaman serta rangkaian kendaraan menuju Pemakaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diatur dalam Lampiran angka II A dan II B. BAB IV UPACARA PEMAKAMAN Pasal 8 Upacara Pemakaman dilakukan di lokasi pemakaman yang telah ditentukan. Pasal 9 Dalam Upacara Pemakaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dibutuhkan alat kelengkapan sebagai berikut : a. Inspektur Upacara; b. Perwira Upacara; c. Komandan Upacara; d. Personellainnya: 1) Pengusung Jenazah Pengusung Jenazah, terdiri atas 8 (delapan) orang anggota Satuan Polisi Pamong Praja; 2) Pengantar Kehormatan, sebanyak 4 (empat) orang pejabat minimal eselon III; 3) Pengawal Jenazah, sebanyak 2 (dua) orang; 4) Pembawa karangan bunga sebanyak 1 (satu) orang; Dok. Informasi Hukum - JDIH Biro Hukum Setda Prov Jatim 5

5) Pembawa foto sebanyak 1 (satu) orang; 6) Rohaniwan, sesuai dengan agama yang dianut oleh almarhum/almarhumah; 7) Pasukan Kehormatan, minimal berkekuatan 1 (satu) peleton dari Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang Komandan Peleton (Danton). 8) Kelompok Genderang Sangkakala; 9) Keluarga/Tamu (pelayat). e. Perlengkapan: 1) Bendera Merah Putih 2) Genderang sangkakala 3) Kereta merta/mobil jenazah 4) Riwayat Hidup almarhum/almarhumah 5) Naskah apel persada 6) Sambutan Inspektur Upacara 7) Karangan Bunga 8) Foto almarhum/almarhumah 9) Peralatan komunikasi 10)Tanda/nisan sementara. f. Pakaian: 1) Inspektur Upacara : Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan songkok; 2) Komandan Upacara : Pakaian Dinas Lapangan (PDL I); 3) Pengantar Kehormatan : Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan songkok; 4) Perwira Upacara : Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan songkok; 5) Peserta Upacara : Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dengan songkok; 6) Pasukan Kehormatan : Pakaian Dinas Lapangan (PDL I); 7) Pembawa Karangan Bunga : Pakaian Dinas Lapangan (PDL I); 8) Pembawa Foto : Pakaian Dinas Lapangan (PDL I); 9) Pengusung Jenazah : Pakaian Dinas Lapangan (PDL I); g. Kereta merta/mobil jenazah berupa kendaraan bermotor roda empat yang khusus untuk mengangkut jenazah; h. Kecepatan iring-iringan kendaraan jenazah dengan kendaracim bermotor roda empat adalah 10-40 km per jam, dan untuk di luar kota disesuaikan dengan keadaan jalan/cuaca. Dok. Informasi Hukum - JDIH Biro Hukum Setda Prov Jatim 6

BAB V PELAKSANAAN PEMAKAMAN Pasal 10 Tempat pemakaman jenazah Gubernur/Wakil Gubernur, mantan Gubernur/Wakil Gubemur di : a. Pemakaman Umum; b. Tempat Pemakaman Keluarga. Pasal 11 Tata cara pelaksanaan pemakaman dan Tata urutan Upacara Pemakaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diatur dalam Lampiran Angka III A dan III B. Pasal 12 Pelaksanaan Upacara Persemayaman dan Pemakaman Gubernur/Wakil Gubernur dan mantan Gubernur/Wakil Gubernur dikoordinasikan oleh Biro Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur. Pasal13 Biaya pelaksanaan Upacara Persemayaman dan Pemakaman Gubemur/Wakil Gubernur dan mantan Gubemur/Wakil Gubernur dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur. BAB VII PENUTUP Pasal14 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71 Tahun 2008 tentang Upacara Persemayaman dan Pemakaman Jenazah Gubernur / Wakil Gubernur dan Mantan Gubernur / Wakil Gubernur Jawa Timur, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Dok. Informasi Hukum - JDIH Biro Hukum Setda Prov Jatim 7

Pasal 15 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Timur. Ditetapkan di Surabaya Pada tanggal 22 Agustus 2011 GUBERNUR JAWA TIMUR DIUNDANGKAN DALAM BERITA DAERAH ttd PROVINSI JAWA TIMUR Dr. H. SOEKARWO Tgl 22-8-2011 No. 58 Tahun 2011/D Dok. Informasi Hukum - JDIH Biro Hukum Setda Prov Jatim 8

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 58 TAHUN 2011 TANGGAL : 22 AGUSTUS 2011 UPACARAPERSEMAYAMANDANPEMAKAMANJENAZAH GUBERNURIWAKIL GUBERNUR DAN MANTAN GUBERNURNVAKIL GUBERNUR JAWA TIMUR I. A. PAKAIAN SIPIL LENGKAP (PSL) Kopiah Hitarn Kerneja Dasi Saku atas kiri Saku bawah kanan kiri Warna jas dan celana sarna I.B.MODEL

-2- I. B. MODEL PAKAIAN DINAS LAPANGAN I (POL I) UNTUK PRIA Tampak Depan Tampak Belakang 9 10 11 12 13 6 15 KeteraDpa 1. Topi Baret 2. Emblim Pol PP. 3. TandaPugbt 4. Tulisan PJOViDsi 5. BadgePanda 6. LambangPoLPP 7. Tulisanpo1.PP 8. Ikat pirjspngkccn" 9. KaO$Oblong 10. ~apan Nama 11. Tu1isan Departemen Dalam Negeri 12. Badle Pol PP 13. Ta1iiPluit 14. LeDcaaa KORPR.I 1S.1anda-Jabatan 16. Scpatu Hitam II. A. TATA CARA

- 3 - II. A TATA CARA PELAKSANAAN UPACARA PERSEMAYAMAN a. Sebelum upacara persemayaman dimulai, jenazah telah berada di ruangan, ditempatkan di atas standart/meja yang telah disiapkan; b. Para pelayat memasuki ruangan persemayaman untuk menyampaikan belasungkawa kepada keluarga almarhum I almarhumah, kemudian keluar ruangan menuju tempat yang ditentukan; c. Upacara keagamaan dapat dilaksanakan sebelum upacara pemberangkatan dari persemayaman; d. Sambutan wakil keluarga sekaligus penyerahan jenazah kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk dimakamkan secara resmi; e. Laporan perwira upacara kepada Inspektur Upacara diawali dengan penghormatan; f. Inspektur Upacara menuju tempat upacara, Pasukan disiapkan oleh Komandan Upacara; g. Laporan Komandan Upacara kepada Inspektur Upacara diawali penghormatan perorangan. h. Pembacaan Surat Keputusan Penghargaan yang diterima almarhum/almarhumah Uika ada) i. Sambutan Inspektur Upacara j. Persiapan pemberangkatan jenazah (dibaca oleh Me) k. Persiapan pengusungan jenazah (Jenazah berada dipundak pengusung); I. Upacara Adat (Brobosan); m. Pengusungan jenazah ke kereta jenazah; n. Penghormatan kepada jenazah dipimpin Komandan Upacara, diiringi oleh sangkakala; o. Laporan Komandan Upacara, diakhiri dengan Penghormatan; p. Laporan Perwira Upacara, diakhiri dengan Penghormatan; q. Pasukan dibubarkan; r. Menuju tempat pemakaman. II. B. UPACARA

- 4 - II. B. UPACARA PERSEMAYAMAN JENAZAH DAN RANGKAIAN KENDARAAN MENUJU PEMAKAMAN 'W-~l"~~~~IT~'~~~;~~~~;;~~~~~it:~ ~-~~:~~~ - - l,l;;._ ::.:.-.,.:.J.... ~..._ J - : ~~ f --<.--- -_.... :!:~._.:~~t._~_~.."'_.-:",..,...-....~ ~_... - ~ ~ A A. S. c. 1. Pet! Jenazah dan Bendera Merah Putih Z. 'astlth ~tan 3. Hadiri" I pelayat 4. KerwtaMerta. 5. lrup 6. DanUp 7. PencJ-aIJenauh 8. Pembawa Foto t. Pendamping Jenazah ~O P9mlJJwllJtnJJIl~ \0" SWUM Rlllakailll : > Sepeda Motor (PatwaJ) > Sis ( Pasukan KehonMttn dandanupt > Kereta Merta (Jen.ah)» Sedan 1 (lrup dan KeJuargl)» sedan 2 (Hadirin J pelayat) }> Cst... III. A. TATACARA

-5 - III. A TATA CARAPELAKSANAAN UPACARA PEMAKAMAN a. Peserta upacara dan kelengkapan upacara lainnya menyusun formasi di tempat yang telah ditentukan; b. Jenazah dikeluarkan dari kereta merta/mobil jenzah, kemudian diusung menuju ke tempat yang telah ditentukan; c. Peti jenazah diletakkan di atas dua buah balok yang ditempatkan di atas liang lahat; d. Laporan perwira upacara kepada inspektur upacara, diawali dengan peng hormatan; e. Irup menempatkan diri di tempat yang telah ditentukan; f. Petugas makam siap untuk menurunkan jenazah ke dalam liang lahat dengan didahului upacara : 1) Laporan Komandan Upacara kepada Inspektur Upacara a) Komandan Upacara maju dengan langkah biasa menghadap lebih kurang enam langkah di depan Inspektur Upacara; b) Diawali penghormatan, Komandan Upacara laporan sebagai berikut: "Lapor, Upacara pemakaman siap dimulai". c) Inspektur Upacara memerintahkan: "Lanjutkan", Komandan Upacara mengulangi: "Lanjutkan", tidak diakhiri penghormatan. Komandan Upacara biasa. balik kanan kembali ke tempat semula dengan langkah 2) Pembacaan riwayat hidup singkat almarhum/almarhumah oleh pejabat dari Badan kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur. 3) Pembacaan naskah apel persada oleh Inspektur Upacara. 4) Penurunan jenazah ke liang lahat. 5) Prosesi acara keagamaan (bila ada). 6) Penaburan bunga oleh keluarga (bila diperlukan). 7) Penimbunan liang lahat secra simbolis oleh Inspektur Upacara dan seorang wakil keluarga, selanjutnya diselesaikan oleh petugas makam. 8) Peletakan karangan bunga secara simbolis oleh Inspektur Upacara dan seoarang wakil keluarga, sedangkan yang lainnya dilakukan setelah upacara pemakaman berakhir. 9) Sambutan diberikan oleh Inspektur Upacara. 10) Pembacaan Doa. 11) Penghormatan terakhir Komandan upacara memberikan aba-aba sebagai berikut: "Kepada almarhum/almarhumah... (sebutkan gelar yang disandang dan nama) hormat, gerak" dengan diringi genderang sangkakala, seluruh peserta upacara menyampaikan penghormatan selanjutnya Komandan Upacara memberikan aba-aba : Tegak...gerak". 12) Laporan Komandan Upacara kepada Inspektur Upacara a) Komandan Upacara dengan langkah biasa menghadap lebih kurang enam langkah di depan Inspektur Upacara; b) Tanpa diawali penghormatan, Komandan Upacara laporan sebagai berikut: "Upacara telah dilaksanakan, laporan selesai"; c) Inspektur memerintahkan: "Bubarkan", Komandan Upacara mengurlangi: "Bubarkan", diakhiri dengan penghormatan perorangan, selanjutan Komandan Upacara alik kanann dan kembali ke tempat semula dengan langkah biasa. 13) Upacara selesai, dilanjutkan penyerahan bendera merah putih kepada ahli waris dan ucapan bela sungkawa oleh Inspektur Upacara diikuti oleh pelayat lainnya. 14) Laporan Perwira Upacara, diakhiri penghormatan. III. B.UPACARA

- 6 -. B. ljpacara PEMAKAMAN.ENAZAH u t o 2. ilii!rj!. 2 4 Keteranaan : 1. Jrup 2. Dan Up 3. Pasukan kehormatan 4. Keluarga 5. Pendamping Jenazah 6. Liang lahat 7. Peti Jenazah dan Bendera Merah Putih 8. Pembawa Fato 9. Pendamping Jenazah 10. Pengysyng Jenazah DIUNDANGKAN DALAM BERITA DAERAH PROVINSl JAWA TlMLJR "H..SOEKARWO