BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan Salah satu komoditas

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

PENDAHULUAN. masakan guna menambahkan cita rasa dan kenikmatan makanan. Hampir setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. petani. Indonesia merupakan negara yang agraris dengan komoditas pertanian yang

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. (Allium ascalonicum, L) atau dikalangan internasional. menyebutnya shallot merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

cepa), namun dalam statistic internasional (FAOSTAT) hanya dikenal istilah Onion

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut

wirausaha manajer dan wirausaha social engineer. Para pelaku wirausaha bisn

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tahun Bawang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. sepanjang tahun dan memiliki potensi komersial yang cenderung semakin

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. tahun ke tahun, baik untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor,

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits),

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN DAIRI KECAMATAN TIGALINGGA DESA LAU SIREME

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. STATUS DAN KONDISI SAAT KINI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

PENDAHULUAN. bumbu masakan, untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Tanaman

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

Karakteristik Sistem Usahatani Bawang Merah Dan Potensi Sebagai Penyangga Supplay Di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan Ekonomi Tanaman Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditi holtikultura yang permintaannya cukup tinggi di Indonesia. Konsumsi bawang merah penduduk Indonesia sejak tahun 1993-2012 menunjukkan perkembangan yang fluktuatif namun relatif meningkat. Konsumsi rata-rata bawang merah untuk tahun 1993 adalah 1,33 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2012 konsumsi bawang merah telah mencapai 2,764 kg/kapita/tahun (Dirjen Holtikultura, 2013). Tingkat konsumsi bawang merah tertinggi terjadi pada 2007 yang mencapai 3,014 kg/kapita/tahun dengan volume total permintaan bawang merah mencapai 901.102 ton (Badan Pusat Statistik,2013). Peningkatan permintaan bawang merah tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produksibawang merah nasional. Produksi bawang merah menunjukkan perkembangan negatif terhadap permintaan bawang merah.penurunan tingkat produksi bawang merah pada titik terendah terjadi pada tahun 1998 dimana Indonesia sedang mengalami krisis. Penurunanproduksi bawang merah pada tahun 1998 mencapai 599.203 ton (Deptan Holtikultura, 2013). Peningkatan produksi yang lambat sementara konsumsi terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan menjadikan ketersediaan bawang merah untuk keperluan rumah tangga dan industri makanan seringkali kurang dari kebutuhan dan hal ini mendorong naiknya harga komoditas tersebut.

8 Sebagai tanaman musiman, puncak produksi bawang merah terjadi pada bulanbulan tertentu, sementara konsumsi bawang merah hampir digunakan setiap hari dan bahkan pada hari-hari besar keagamaan permintaan yang cenderung melonjak. Adanya perbedaan pola produksi dan permintaan menyebabkan terjadinya gejolak harga pada waktu tertentu, berupa lonjakan kenaikan harga.pada saat permintaan lebih tinggi dari pasokan, atau harga merosot pada saatpasokan lebih tinggi dari permintaan (Bappenas, 2014). Tabel 2.1. Perkembangan Impor dan Ekspor Bawang Merah Tahun Ekspor (Ton) Impor (Ton) 2007 9.357 107.649 2008 12.314 128.015 2009 12.822 67.330 2010 3.234 73.270 2011 2012 13.792 12.647 160.467 119.505 Sumber : Dirjen Hortikultura, 2013 Besarnya volume impor bawang merah, sebagaimana tertera pada Tabel 2.1 sejatinya menunjukkan bahwa masih adapeluang yang sangat besar untukpasar dalam negeri. Usaha budidaya bawang merah memiliki prospek dan peluangusaha yang sangat baik di masa yang akan datang. Dari sisi produktivitas, dalam tujuh tahun terakhir (2007-2013) rata-rata produktivitas bawang merah nasional hanya sekitar 9,46 ton/ha, jauh dibawah potensi produksi yang berada diatas 20 ton/ha. Beberapa permasalahan rendahnya produktivitas tersebut antara lain: (a) ketersediaan benih bermutu, (b) prasarana

9 dan sarana produksi terbatas, (c) belum diterapkannya SOP(Standard Operating Procedurs) spesifik lokasi secara benar sehingga belum dapat diatasinya permasalahan yang ada. Produksi bawang merah sampai saat ini masih terpusat dibeberapa kabupaten di Jawa, yaitu:kuningan, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bantul, Nganjuk dan Probolinggo. Berdasarkan data dari Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian, permintaan bawang merah secara nasional dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2007, permintaan bawang merah sebesar 909.853 ton sedangkan pada tahun 2008, permintaan bawang merah meningkat menjadi 943.301 ton. Produksi bawang merah dalam negeri tahun 2007 sebesar 807.000 ton dan tahun 2008 sebesar 855.000 ton. Data tersebut menunjukan bahwa ternyata pasokan bawang merah dari dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan secara nasional. Bahkan di Brebes yang dikenal sebgai sentra produksi bawang merah nasional masih dapat dijumpai importir bawang merah. Hal ini berarti bawang merah merupakan prospek yang baik untuk dibudidayakan. Setiap hasil produksi bawang merah akan mampu diserap pasar. Keadaan tersebuat akan membuat harga bawang merah cenderung stabil, kecuali ada pengaruh dari faktor lain seperti impor yang berlebihan, keadaan sosial, ekonomi, dan politik (Sudarmanto, 2009).

10 Tabel 2.2. Perkembangan Harga Bawang Dalam Negeri Tahun 2011-2014 Bulan 2011 (Rupiah per Kilogram) 2012 (Rupiah per Kilogram) 2013 (Rupiah per Kilogram) 2014 (Rupiah per Kilogram) Januari 17.375 11.800 14.250 23.775 Febuari 16,638 11.150 13.400 18.600 Maret 15.100 8.760 38.350 15.755 April 10.300 10.080 42.050 15.525 Mei 19.700 12.633 19.400 20.400 Juni 11.975 15.105 21.950 21.675 Juli 13.650 15.450 41.650 19.950 Agustus 11.566 15.467 44.933 23.775 September 13.475 14.175 29.375 14.500 Oktober 12.967 14.820 24.375 13.640 November 13.625 12.550 24.813 15.750 Desember 10.875 15.333 25.875 16.750 Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2016 Menurut Ilyas dalam Liputan6.com (2015), permintaan masyarakat akan sayuran mengalami kenaikan menjelang tahun baru 2016. Hal tersebut membuat beberapa komoditas mengalami kenaikan harga seperti bawang merah. Di pasar, harga bawang merah di jual dengan harga Rp. 26.000/kg. 2.1.2. Tinjauan Sosial Tanaman BawangMerah Bawang merah telah dikenal dan digunakan sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini (Rahayu, E dan V.A.Nur Berlian, 1994). Tanaman ini diduga berasal dari daerah asia tengah, yaitu sekitar India, Pakistan, Palestina. Tidak ada catatan resmi sejak kapan bawang merah mulai dikenal dan digunakan. Namun diduga sudah dikenal sejak lebih dari 5.000 tahun yang lalu (Wibowo, 1999). Faktor-faktor sosial yang menata perilaku manusia merupakan sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi,

11 karakteristik populasi. Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis, mempengaruhi pola-pola perilaku anggota-anggota populasi itu. Kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang pasti berbeda dengan kelompok anak-anak muda. Faktor sosial yang lain diantaranya bawang merah dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, baik untuk masakan rumah tangga, restoran maupun industri makanan. Selain itu bawang merah dibuat sebagai bawang goreng, yaitu bawang merah yang diiris tipis dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak (Dewi, 2012). Eksistensi kelompok tani mampu memberikan kontribusi pada pendapatan melalui adanya kontinuitas kegiatan seperti pemberdayaan melalui pertemuan rutin yang mampu memberikan pengetahuan mengenai teknik bertani dan penanganan hama sehingga berpengaruh pada produktivitas, adanya kegiatan gotong royong, serta adanya partisipan yaitu anggota kelompok yang bergabung dengan kelompok untuk mendapatkan manfaat seperti kemudahan dalam mengakses saranaprasarana, input usahatani seperti pupuk bersubsidi lebih terjangkau bagi anggota dibanding bukan anggota kelompok, serta mudahnya mendapat informasi dari pemerintah dan sesama anggota mengenai keberlanjutan pembangunan usahatani bawang merah (Shita, 2014) Menurut Asia (2010), pemberdayaan pada masyarakat tani diantaranya Pemberdayaan petani, yaitu merubah perilaku petani dari petani yang subsisten tradisional menjadi petani modern yang berwawasan agribisnis. Pemberdayaan kelembagaan petani dengan menumbuh kembangkan kelembagaan petani dari kelompok tani menjadi gabungan kelompok tani (Gapoktan), asosiasi, koperasi dan korporasi (badan usaha milik petani), serta Pemberdayaan usaha tani dengan

12 pengembangan jiwa wirausaha dan kerjasama antar petani dengan pihak terkait lainnya untuk mengembangkan usahataninya. 2.2. Landasan Teori Bawang merah adalah salah petani satu komoditas yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia. Banyak manfaat yang dapat diambil dari bawang merah dan tingginyanilai ekonomi yang dimiliki sayuran ini, membuat para petani di berbagai daerah tertarik membudidayakannya untuk mendapat keuntungan dari potensi bisnis tersebut (Dewi, 2012). Tanaman bawang merah membutuhkan tempat yang beriklim kering dengan suhu yang cukup panas antara - C. Tanaman ini rentan terhadap curah hujan yang tinggi. Angin kencang yang berhembus terus menerus secara langsung dapat merobohkan tanaman karena sistem perakaran tanaman yang dangkal (Tim Bina Karya Tani, 2008). Menurut Ginting (2006) tanaman bawang merah asal samosir selama puluhan tahun merajai pasar bawang merahsumatera Utara. Itu karena tanaman bawang merah tersebut sangat khas dan lebih menyengat, warna lebih merah dan mengkilap. Salah satu faktor penting untuk dikelola dalam kegiatan produksi untuk menentukan laba usahamerupakanbiaya produksi. Sesuai dengan prinsip prinsip ekonomi dimana dengan pengeluaran tertentu untuk memperoleh keuntungan yang optimal maka diperlukan pengendalian biaya. Menurut Mulyadi (2004), biaya produksi adalah biaya biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap dijual.

13 Menurut Rahim dan Hastuti (2007), biaya produksi dipengaruhi oleh faktor faktor sebagai variabel akan tingkat produksi. Umumnya faktor faktor utama untuk mempengaruhi produksi adalah faktor lahan, tenaga kerja, modal untuk pengadaan bibit, pupuk, obat obatan, teknologi dan manajemen. Menurut Soekartawi(1995), Penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume produksi yang diperoleh dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli untuk setiap komoditas menurut satuan tempat. Satuan yang digunakan seperti satuan yang lazim dipakai pembeli/penjual secara partai besar, misalnya : kg, kuintal, ikat, dan sebagainya. Selisih antara penerimaan dan semua biaya dalam usahaadalah pendapatan. Dimana penerimaan usaha adalah nilai produk total suatu usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan digudang. Apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total biaya, atau diperoleh keuntungan maka usahatani bawang merah dikatakan layak. Menurut Suratman(2001), menyangkut penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan dimasa yang akan mendatang adalah penanaman modal. Apapun bentuk investasi yang akan dilakukan diperlukan studi kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Adapun manfaat yang diharapkan dilakukannya studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi kepada decision maker dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif proyek investasi yang akan dilakukan.

14 Menurut Soekartawi (1995), efisiensi merupakan gambaran perbandingan terbaik antara suatu usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi suatu usaha biasa ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya produksinya. Jika suatu usaha dikatakan layak untuk diusahakan, maka untuk pengembangan usaha atau memperbesar skala usaha tersebut diperlukan peningkatan jumlah produksi atau penambahan modal dalam pembelian bahan baku produksi dengan meminimalisir biaya produksi agar penerimaan yang diperoleh dapat lebih besar dan memberikan keuntungan. Penambahan biaya pada suatu usaha akan meningkatkan penambahan penerimaan sebesar nilai perbandingan penerimaan terhadap biaya tersebut. Untuk memperoleh pendapatan yang besar, maka total penerimaan harus lebih besar dari pada total biaya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan penerimaan maka jumlah produk pada suatu usaha harus ditingkatkan dengan penambahan input produksi berupa pembelian bahan baku atau penambahan modal suatu usaha. Penambahan biaya tambahan akan memberikan penambahan pendapatan sebesar nilai perbandingan antara total pendapatan terhadap total biaya. Untuk menilai suatu usahatani bawang merah dalam rangka memperoleh suatu tolak ukur yang mendasar dalam kelayakan investasi telah dikembangkan suatu metode analisis yaitu dengan kriteria investasi maka dapat ditarik beberapa kesimpulan apakah benefit suatu kesempatan dalam berinvestasi. Menurut

15 Soekartawi (2000) kriteria tersebut adalah Break Event Point (BEP) dan return cost ratio (R/C). Break Event Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana produksi dalam suatu usahatani tidak ada untung tidak ada rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan usahatani dengan pendapatan yang diterima.r/c adalah singkatan dari return cost ratio. R/C juga dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. R/C (Revenue Cost Ratio) adalah pembagian antara penerimaan usaha dengan biaya dari usaha tersebut. Analisis ini digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha. Jika nilai R/C diatas satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat sehingga penerimaan lebih dari satu rupiah. Secara sistematis R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: R/C Rasio = otal enerimaan en ualan otal ia a R/C Rasio digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan dari usaha tani. Usaha tersebut dikatakan menguntungkan jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai rupiah yang dikeluarkan dalam produksi akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan yang diperoleh (Harmono dan Andoko, 2005). SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Streight dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 1997).

16 Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengembilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan (Rangkuti, 1997). Analisis SWOT dibuat dalam bentuk matriks. Matriks ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam perusahaandan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkanempat set alternatif strategis, yaitu: 1. Strategi SO (Strenghts-Opportunities) Strategi berdasarkan jalan pemikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST (Strenghts-Threats) Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT (Weaknesses-Threats) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahanyang ada serta menghindari ancaman.

17 2.3. Kerangka Pemikiran Usahatani adalah kombinasi dari faktor-faktor produksi berupa alam, tenaga kerja, modal dan keahlian yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Usahatani bawang merah merupakan salah satu usaha holtikultura sayur-sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena bawang merah sering digunakan sebagai bahan utama untuk bumbu dasar masakan. Berkembangnya bisnis kuliner dan industri bahan pangan seperti makanan ringan, restoran siap saji dan lain sebagainya turut serta mempengaruhi permintaan bawang merah yang cenderung meningkat. Usahatani bawang merah (Allium ascalonicum) adalah usahatani yang mengusahakan bawang merah sebagai komoditasnya. Agar usahatani bawang merah dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan beberapa input produksi yang menunjang dalam proses produksinya tersebut yaitu bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Ada beberapa masalah yang dihadapi petani bawang merah dalam penyediaan input produksi salah satunya adalah distribusi input produksi yang kurang lancar akibat akses ke daerah. Dalam melakukan perhitungan analisis finansial perlu diperhatikan beberapa hal seperti input dan output dimana dariinput produksi tersebut yang berupa bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja akan menjadi biaya produksi dalam usahatani bawang merah (Allium ascalonicum). Output produksi usahatani bawang merah (Allium ascalonicum) yang berupa umbi bawang merah menjadi jumlah produksi yang akan menjadi penerimaan bagi petani setelah dikalikan dengan harga jual bawang merah.

18 Pendapatan yang diterima petani merupakan jumlah penerimaan petani bawang merah yang dikurangi oleh total biaya produksi. Usahatani bawang ini nantinya akan dianalisis dengan menghitung R/C ratio dan BEP. Jika usahatani bawang merah sesuai dengan kriteria kelayakan secara finansial maka usaha ini layak untuk dikembangkan dan menguntungkan atau memberi manfaat. Dalam menjalankan usahatani bawang merah (Allium ascalonicum), terdapat juga faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dianalisis dengan satu model analisis yaitu model matriks SWOT untuk menciptakan strategi pengembangan usahatani bawang merah (Allium ascalonicum). Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut:

19 Keterangan : = Menyatakan hubungan Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

20 2.4. Hipotesis Penelitian Sesuai dengan landasan teori yang telah disusun, diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut: 1.Input usahatani bawang merah di daerah penelitian tersedia 2. Usahatani bawang merah (Allium ascalonicum) di Kabupaten Samosir layak secara finansial.