I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. peranan adalah untuk mengatur perilaku seseorang pada batas-batas tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

PERANAN PENGASUH ANAK (BABY SITTER) DALAM PEMBENTUKAN SIFAT DAN SIKAP ANAK (Studi di Perumahan Bukit Bakung Indah Bandar Lampug) Abstract

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang mencangkup. kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan

DEFENISI Keluarga : Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di b

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, mereka seolah-olah tak pernah

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah. dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan yang sangat pesat. Di usia ini sangat penting untuk meletakkan

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

PENERAPAN IPTEKS. Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Ibu Yang Bekerja Di Luar Rumah. Kamtini

BAB I PENDAHULUAN. dewasa adalah merupakan tugas utama seorang ibu, karena para ibu mempunyai andil

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga, di asuh dengan sebaik-baiknya. Kiranya semua setuju dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan psikologisnya sehingga menjadi seorang yang unik. Anak mengalami suatu

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2009), hlm Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: PT Rineka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan bagi setiap orang tua adalah memiliki anak-anak

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDENREPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI & REKOMENDASI

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989:1) mengungkapkan bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masingmasing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami pengasuhan. Keberhasilan seorang anak dalam hubungan sosialnya tergantung dari pola pengasuhan yang diterapkan orangtua dalam keluarga. Pada umumnya pengasuhan diwujudkan dalam bentuk merawat, memelihara, mengajar, dan membimbing anak. Keluarga merupakan bagian masyarakat yang fundamental bagi kehidupan pembentukan kepribadian (karakter) seorang anak. Hal ini diungkapkan Syarief Muhidin (1981:52) yang mengemukakan bahwa tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif didalam membentuk keperibadian anak selain

2 keluarga. Keluarga tidak hanya membentuk anak secara psikologis tetapi juga membentuk sifat dan sikap anak agar memiliki kepribadian yang baik. Dari ungkapan tersebut dapat dimengerti bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi seorang anak, karena didalam keluarga seorang anak dibesarkan, mempelajari cara-cara pergaulan yang akan dikembangkannya kelak dilingkungan kehidupan sosial yang ada diluar keluarga. Dengan kata lain didalam keluarga seorang anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikis maupun sosial, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa keluarga terdiri dari orangtua dan anak, yang masing-masing anggota keluarga memiliki kewajiban dan peranannya masing-masing. Orangtua berkewajiban memberikan pengasuhan kepada anak balita 0-5 tahun, karena pada usia ini merupakan masa keemasan anak (golden age). Masa keemasan (golden age) merupakan waktu ideal bagi pertumbuhan anak untuk mempelajari keterampilan dasar, membentuk kebiasaan-kebiasaan, dan kepribadian, serta memperoleh konsep dasar yang berpengaruh pada masa kehidupan anak selanjutnya. Agar masa keemasan (golden age) ini termanfaatkan secara optimal, maka orangtua diharapkan dapat melakukan proses pengasuhan dan pendidikan dengan cara yang optimal pula sehingga anak dapat tumbuh secara sehat jasmani dan rohani serta memiliki kepribadian yang baik. Karena kepribadian (karakter) seorang anak tergantung pada proses pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua atau pengasuh.

3 Ahmad Fauzi (1997:121) mendefinisikan kepribadian adalah keseluruhan pola bentuk tingkah laku (sikap), sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan, bentuk bahasa tubuh, serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang. Kepribadian itu pada dasarnya dibentuk oleh pendidikan, karena pendidikan menanamkan tingkah laku yang kontinyu dan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan, ketika ia dijadikan norma, kebiasaan itu berubah menjadi adat, membentuk sifat, sifat-sifat seseorang merupakan tabi at atau watak, tabi at rohaniah dan sifat lahir membentuk kepribadian. Menurut Ahmad D. Marimba (1989:88) pembentukan kepribadian (sifat dan sikap) terdiri dari tiga taraf, yaitu : 1. Pembiasaan Pembiasaan ialah latihan-latihan tentang sesuatu agar menjadi biasa. Pembiasaan hendaknya ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil, sebab pada masa itu merupakan masa yang paling peka bagi pembentukan kebiasaan. Pembiasaan yang ditanamkan kepada anak-anak harus disesuaikan dengan perkembangan jiwanya. 2. Pembentukan minat dan sikap Dalam taraf kedua ini pembentukan lebih dititik beratkan pada perkembangan akal (pikiran, minat, dan sikap atau pendirian). Tahapan ini dibentuk agar anak memiliki pikiran yang baik, mempunyai minat serta sikap yang mandiri. Menurut Ahmad D. Marimba (1989:88) bahwa pembentukan pada taraf ini terbagi dalam tiga bagian yaitu :

4 a. Formil b. Materil c. Intensil 3. Pembentukan kerohanian yang luhur Pada taraf ini, pembentukan dititik beratkan pada aspek kerohanian untuk mencapai kedewasaan rohaniah, yaitu dapat memilih, memutuskan, dan berbuat atas dasar kesadaran sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab dan memiliki jiwa disiplin. (Sumber : http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/kepribadian-anak.html, diakses pada tanggal 02 November 2012). Anak perlu mendapatkan pengasuhan dari lingkungan keluarga yaitu orangtua, karena pada usia dini anak akan lebih mudah dibentuk kepribadiannya dengan cara memberikan pengasuhan yang baik, memberikan kasih sayang secara optimal, dan kedisiplinan sehingga anak akan menjadi harapan orangtua. Selain orangtua yang memiliki kewajiban dan peranan, dalam keluarga anak pun memiliki fungsi yaitu sebagai penghibur, karena pada usia balita 0-5 tahun biasanya anak masih berperilaku yang menyenangkan dan menimbulkan kelucuan-kelucuan dari sikapnya. Menurut Abu Ahmadi (1991:174) pola tingkahlaku anak ditentukan oleh bagaimanacara mengasuhnya dan perkembangan anak ditanamkan melalui praktek pengasuhan sejak masih bayi karena keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap sosialisasi anak.

5 Dalam keluarga, upaya peningkatan kualitas anak terkait erat dengan masalah pengasuhan anak. Perkembangan anak pada tahap awal kehidupan merupakan masa kritis sehingga peran pengasuhan sebagai sarana perkembangan fisik, mental dan intelektual anak sangat penting dalam menggali potensi tumbuh kembang dan kecerdasannya. Mengasuh anak bukan hanya merawat, atau mengawasi anak, melainkan lebih dari itu yakni meliputi pendidikan sopan santun, dan disiplin. Apa yang diperolah anak dalam proses pengasuhan anak akan menentukan sifat dan sikap anak. Adapun pola pengasuhan adalah sebagai berikut : 1. Mendidik Mendidik adalah sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Begitu pentingnya mendidik karena ia berdampak langsung terhadap baik buruknya kualitas kehidupan, dengan demikian persoalan mendidik anak merupakan prioritas utama untuk dikelola secara cerdas, optimal dan professional. Contohnya seperti mendidik anak untuk memberikan salam dan mencium tangan kepada orangtua, meminta maaf ketika salah, mengucapkan terima kasih ketika diberi hadiah. Mendidik dilakukan agar anak dapat memiliki kepribadian yang baik dalam bentuk perilaku sopan santun. Mendidik sama dengan mengajarkan anak untuk mematuhi praturan atau norma-norma agar kelak anak bisa hidup dengan baik di masyarakat.

6 2. Membimbing Membimbing adalah sebagai suatu kegiatan untuk menuntun anak dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arahan yang sesuai dengan tujuan hidupnya. Membimbing jika ditinjau dari segi isi, maka membimbing berkaitan dengan norma dan tata tertib. Dilihat dari segi prosesnya maka membimbing dapat dilakukan dengan menyampaikan atau mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan menggunakan strategi dan metode yang sesuai dengan perbedaan individual masing-masing anak, maka membimbing lebih berupa pemberian motivasi dan pembinaan. Contohnya seperti membimbing anak dalam proses belajar, bermain, berbicara, dan berpikir. Karena pada usia balita (0-5 tahun) merupakan masa keemasan anak (golden age) dimana si anak ingin banyak tau tentang segala sesuatu oleh karena itu pada usia balita anak perlu mendapatkan bimbingan. 3. Mengasuh Mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal ada 3 kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi yaitu : kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan kasih sayang, dan kebutuhan stimulasi. Contohnya seperti memberikan makan, memberikan susu, memandikan, membantu anak dalam berpakaian, serta mengasuh anak ketika si anak sedang rewel ataupun menangis.

7 4. Mengawasi Mengawasi adalah mengontrol semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan yang diberikan dimaksudkan sebagai penguat disiplin anak. Contohnya seperti mengawasi anak ketika sedang bermain, menjauhkan anak dari benda-benda yang berbahaya agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan yang dapat mencelakai si anak. Karena pada masa balita anak cenderung lebih aktif dan ingin tahu banyak hal. 5. Memberikan kasih sayang Kasih sayang adalah suatu sikap mengasihi atau memberikan perhatian terhadap anak yang berlandaskan hati nurani yang luhur. Kasih sayang merupakan faktor penting dalam kehidupan dan perkembangan karakter (sifat dan sikap) anak. Contohnya yaitu memberikan perhatian dan memberikan sentuhan-sentuhan lembut kepada anak agar anak merasa disayangi dan merasa nyaman. (Sumber : http://www.keren.web.id/pengertian-mengawasi-mengasuh-mendidikatau-membimbing-anak.html, diakses pada tanggal 08 Oktober 2012). Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yang sulit diubah dan digantikan oleh orang atau lembaga lain akan tetapi pada kenyataannya fungsi sosial keluarga dapat mengalami perubahan misalnya peranan ibu yang seharusnya memberikan pengasuhan serta perawatan kepada anak secara optimal pada saat ini peranan tersebut digantikan oleh orang lain yaitu pengasuh anak (baby sitter) hal ini dapat dilihat pada masyarakat perkotaan.

8 Adapun alasan pasangan suami istri menggunakan jasa pengasuh anak (baby sitter) yaitu karena si ibu merupakan wanita karir sehingga waktu untuk mengasuh anak terbagi oleh urusan pekerjaan atau keluarga tersebut memiliki kelebihan dalam segi ekonomi sehingga dapat membayar jasa pengasuh anak (baby sitter) untuk membantu dalam proses pengasuhan anak. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga akan banyak dipengaruhi oleh ikatanikatan dalam keluarga, hal ini sesuai dengan yang dikatakan MI Solaeman (1978:18) bahwa pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi yang pokok, yaitu fungsi-fungsi yang tidak bisa dirubah dan digantikan oleh orang lain, sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan. Menurut Abu Ahmadi (1991:171) fungsi keluarga pada hakikatnya memberikan perlindungan, baik fisik maupun sosial kepada para anggotanya, namum dalam prakteknya banyak fungsi perlindungan dan perawatan ini telah diambil oleh badan-badan sosial, seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh dan mental, anak yatim piatu, anak-anak nakal, penyalur jasa pengasuh anak (baby sitter), dan sebagainya. Pengasuh anak (baby sitter) sangat diperlukan dalam keluarga pekerja. Fungsi pengasuh anak (baby sitter) selain bekerja untuk mengasuh anak, mereka pun dituntut untuk berperan sebagai ibu. Menurut William J Goode (1991:143) peran ibu berdasarkan seks adalah mengasuh anak, merawat, menghibur serta menanamkan ikatan emosional antar anggota keluarga khususnya antar ibu dan

9 sang anak, sedangkan menurut Soerjono Soekanto (1992:116) ibu memiliki peran penting dalam proses sosialisasi anak. Pengasuh anak (baby sitter) yang berperan sebagai pengganti ibu kandung dapat membentuk sifat dan sikap anak yang ia asuh karena waktu intensitas anak lebih banyak dengan pengasuh (baby sitter) dibandingkan dengan ibu kandung anak itu sendiri. Anak akan lebih banyak melakukan interaksi dan berkomunikasi dengan pengasuh (baby sitter). Waktu kebersamaan antara pengasuh (baby sitter) dengan anak akan menimbulkan hubungan ketergantungan serta membuat anak akan lebih dekat dengan si pengasuh (baby sitter) dibandingkan dengan ibu kandungnya sendiri. Penggunaan jasa pengasuh anak (baby sitter) merupakan alternatif bagi pasangan suami istri pekerja pada masyarakat perkotaan. Fenomena penggunaan pengasuh anak (baby sitter) dapat dilihat dikota Jakarta, Bogor, Bandung, Lampung serta kota-kota besar lainnya. Karena mayoritas ibu dikota-kota besar khususnya Provinsi Lampung merupakan wanita karir yang dituntut untuk cepat dan professional dalam bekerja. Akan tetapi didalam penggunaan pengasuh anak (baby sitter) terdapat dampak positif yang ditimbulkan yaitu proses pengasuhan anak bagi pasangan suami istri pekerja akan diambil ahli oleh pengasuh anak (baby sitter) sehingga ibu kandung tidak perlu khawatir untuk meninggalkan anak dirumah serta ibu dapat lebih fokus dalam urusan pekerjaan. Sedangkan dampak negatif anak akan cenderung lebih dekat dengan pengasuh (baby sitter) dibandingkan dengan ibu kandungnya.

10 Jasa pengasuh anak (baby sitter) menjadi kebutuhan masyarakat kota yang saat ini tidak terelakkan lagi. Semakin meningkatnya jumlah ibu bekerja di luar rumah, menjadikan anak yang masih balita mendapatkan pengasuhan dari seseorang sebagai pengganti ibu kandungnya. Kebutuhan yang besar di masyarakat perkotaan akan jasa kepengurusan anak (baby sitter) dirumah sebagai pengganti orangtua khususnya ibu selain memberikan dampak positif, penggunaan jasa pengasuh anak (baby sitter) pun akan menimbulkan dampak negatif yang timbul dari penggunaaan jasa pengasuh anak tersebut. Berdasarkan pada apa yang dikemukakan pada latar belakang maka dipandang perlu untuk mengadakan suatu penelitian guna melihat bagaimana sebenarnya peranan pengasuh anak (baby sitter) dalam pembentukan sifat dan sikap anak mengingat pada masyarakat perkotaan peranan ibu banyak digantikan oleh orang atau lembaga lain. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dikemukankan maka rumusan masalah adalah Bagaimanakah Peranan Pengasuh Anak (baby sitter) Dalam Pembentukan Sifat Dan Sikap Anak? C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian adalah Untuk mengetahui Peranan Pengasuh Anak (baby sitter) Dalam Pembentukan Sifat Dan Sikap Anak.

11 D. Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka penelitian ini diharapkan : 1. Secara teoritis adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan sosiologi khususnya sosiologi keluarga terutama dalam menganalisa masalah peranan pengasuh anak (baby sitter) dalam pembentukan sifat dan sikap anak melalui teori-teori sosiologis yang ada. 2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi para peneliti dalam penelitian lebih lanjut, berkaitan dengan penelitian ini.