BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian. Masing-masing akan

SATRIA PAMUNGKAS (B )

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Pendapatan Negara. PERKEMBANGAN PENDAPATAN NEGARA Tahun (dalam milyaran rupiah)

I. PENDAHULUAN. maupun eksternal. Upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar. Sumbangan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan dana yang relatif besar. Dana yang diperlukan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. pajak, dengan menjaring wajib pajak baru (

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam upaya mengurangi ketergantungan sumber eksternal,

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjadi Negara yang lebih maju, Indonesia sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran. Adriani (dalam Kangtoshi, 2010), pajak adalah iuran masyarakat kepada

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tinggi rendahnya kemauan Wajib Pajak. Bila setiap Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Dominasi pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pemerintah melalui dirjen pajak telah menetapkan pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah melalui Dirjen

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. relatif terbatas, pada saatnya akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan sektor pemasukan terbesar kas Negara, penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila yang

Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan serta pembiayaan pengeluaran pemerintah (Pratiwi dan. Putu, 2014). Dengan besarnya penerimaan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional diperoleh dari pendapatan sektor pajak. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pajak; sumber penerimaan ini mempunyai umur tidak terbatas, terlebih. dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. daya alam mempunyai umur yang relatif terbatas, pada saatnya akan habis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara dan pembangunan nasional adalah pajak. Pemungutan pajak

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negera hukum yang menetapkan pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. membiayai pengeluaran pemerintah. Semakin bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan salah satu sektor penerimaan negara yang sangat utama. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembiayaan belanja negara yang semakin lama semakin bertambah

BAB I PENDAHULUAN. untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi: 2006). Dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan potensi penerimaan pemerintah dari sektor pajak meskipun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor, seperti yang kita ketahui diantaranya yaitu dari sektor internal dan juga dari sektor eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal yaitu dari pungutan pajak, sedangkan penerimaan yang kedua yaitu dari pinjaman luar negeri yang termasuk ke dalam penerimaan eksternal. Banyak negara dimana dimasa krisis global seperti sekarang ini menjadikan pajak sebagai tulang punggung atau komponen utama ekonomi yang memberikan suatu kehidupan bagi berlangsungnya pembangunan yang lebih baik lagi. Pemerintah yang diwakilkan oleh Direktorat Jendral Pajak telah meninjau dan menetapkan pajak sebagai komponen utama agar perencanaan pembangunan akan tetap terus berlanjut kedepannya. Oleh sebab itu pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak selalu terus berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan pendapatan pajak, dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak maka percepatan pembangunan terutama dari segi infrastuktur dan lainnya yang sangat dibutuhkan oleh rakyat akan segera cepat tercapai. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan perluasan obyek dan subjek pajak yang bertujuan untuk menarik lebih banyak wajib pajak baru (Hidayati, 2014). Menurut Mardiasmo (2011) pajak ialah iuran yang dilakukan oleh masyarakat kepada kas negara berdasarkan undang undang yang berlaku ( dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik( kontra prestasi ) secara langsung dapat ditunjukan dan atau digunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah. Dari 1

2 definisi yang diungkapkan oleh Mardiasmo dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan salah satu bentuk kewajiban yang wajib dipenuhi oleh setiap wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan. Sedangkan penerimaan pajak yang dimaksud adalah penghasilan pemerintah yang diperoleh atau yang bersumber dari pajak yang diberikan oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan. Begitu sangat besarnya dan begitu pentingnya peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), maka usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak terus dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak dengan tujuan untuk menaikkan penerimaan pajak itu sendiri. Berbagai upaya dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak agar penerimaan pajak dari tahun ke tahun dapat naik secara signifikan dan semaksimal mungkin, antara lain adalah melalui pembaharuan peraturan perundang - undangan di bidang perpajakan yaitu dengan cara diberlakukannya self assessment system (SAS). Self assessment system atau sering disebut SAS merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak (WP) baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan untuk mendaftarkan, memperhitungkan, membayar dan juga melaporkan sendiri jumlah pajak terutangnya yang sudah menjadi kewajiban mereka sendiri sebagai wajib pajak orang pribadi maupun badan (Apriliani, 2016). Dengan adanya Self assessment system (SAS) Direktorat Jendral Pajak menuntut adanya perubahan sikap yaitu dalam artian kesadaran yang dilakukan oleh warga masyarakat wajib pajak itu sendiri untuk membayarkan pajak terutangnya secara sukarela (voluntary compliance). Salah satu masalah yang dapat menghambat keefektifan penerimaan pajak yaitu kepatuhan wajib pajak itu tersendiri. Kepatuhan wajib pajak adalah bagaimana sifat tanggung jawab wajib pajak yang mau dan

3 melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan sendirinya. Dengan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada wajib pajak juga diharapkan wajib pajak dapat menaati hak dan kewajibannya secara baik dan benar. Terdapat faktor-faktor yang bisa mempengaruhi kepatuhan wajib pajak salah satunya yaitu faktor kesadaran perpajakan. Kesadaran wajib pajak yaitu kondisi dimana wajib pajak dapat mengetahui, mengerti dan juga dapat melaksanakan ketentuan perpajakan yang berlaku dengan benar, baik secara sukarela dan dilakukan secara teratur. Pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan akan menjadi baik dikarenakan tingkat kesadaran wajib pajak yang semakin tinggi juga, sehingga akan berdampak pada meningkatnya tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak (Muliari, 2011). Masyarakat selaku wajib pajak harus memahami dan mengetahui peraturan perpajakan yang telah berlaku dan berjalan hingga sekarang ini. Wajib pajak yang sebelumnya tidak memahami apa itu peraturan perpajakan secara jelas cenderung akan menjadi wajib pajak yang tidak taat terhadap peraturan perpajakan yang ada. Jelas bahwa semakin banyak wajib pajak yang paham terhadap peraturan perpajakan, maka semakin banyak pula wajib pajak yang paham terhadap sanksi yang akan diterimanya bila membiarkan atau dengan sengaja melupakan kewajiban perpajakannya. Dimana sebagai wajib pajak benar-benar paham, mereka akan tau sanksi yang akan diterimanya baik dari sanksi administrasi dan juga sanksi pidana sehubungan dengan SPT dan NPWP (Hardiningsih dan Yulianawati, 2011). Kurang pahamnya Wajib Pajak (WP) terhadap segala ketentuan dan peraturan yang ada dalam NPWP dan perpajakan menjadikan Wajib Pajak tersebut memilih untuk tidak membuat NPWP dengan berbagai alasan (Maesaroh, 2014).

4 Definisi dari pengetahuan dan pemahaman tentang pertaturan perpajakan yang dimaksud adalah mengerti bahkan paham atas segala ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) yang berlaku yaitu yang meliputi tentang bagaimana cara menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembayaran, tempat pembayaran, denda dan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT (Resmi, 2009 dalam Nugroho, 2012). Sedangkan efektifitas sistem perpajakan memiliki pengertian yaitu suatu pengukuran yang menyatakan bahwa seberapa jauh dalam mencapai target (kualitas, kuantitas, dan waktu) yang telah tercapai. Pembayaran pajak menggunakan fasilitas alat transaksi elektronik bank (misalnya menggunakan ATM dan Internet Banking). Dan selain pembayaran melalui e-banking, adanya sistem elektronik lainnya seperti pengisian SPT melalui e-spt dan pelaporan pajak melalui e-filling (Fikriningrum, 2012). Salah satu cara untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah memberikan pelayanan yang prima dan baik kepada semua Wajib Pajak. Dalam artian yang sesungguhnya pelayanan adalah bagaimana cara petugas dalam melayani wajib pajak yaitu dalam bentuk informasi ataupun membantu mengurus ataupun menyiapkan segala yang dibutuhkan oleh wajib pajak itu sendiri. Pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak merupakan pelayanan dalam bentuk publik yang lebih diarahkan kepada suatu cara pemenuhan kebutuhan wajib pajak dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang sudah berlaku hingga saat ini. Pelayanan yang ditujukan kepada Wajib Pajak yang utama yaitu bertujuan untuk menjaga kepuasan wajib pajak itu sendiri yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan secara signifikan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Jika pelayanan terhadap wajib pajak buruk akan berakibat pada menurunnya tingkat kepatuhan wajib pajak itu

5 sendiri begitu juga dengan sebaliknya jika pelayanan yang diberikan baik maka akan berdampak kepada penerimaan pajak yang semakin baik dan naik secara signifikan untuk tahun-tahun berikutnya (Apriliani, 2016). Pelayanan fiskus yang baik dan berkualitas yang diberikan kepada wajib pajak antara lain yang pertama,prosedur administrasi pajak dibuat sesederhana mungkin agar dapat dengan mudah dimengerti oleh semua wajib pajak, pendaftaran NPWP, adanya sistem informasi perpajakan dan sistem administrasi perpajakan, sehingga sistem ini pelayanan prima kepada wajib pajak menjadi semakin nyata. Yang kedua, petugas pajak atau Fiskus diharapkan mampu memberikan skill, knowledge, dan experience yang baik dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundangundangan perpajakan, pelayanan petugas bank tempat pembayaran wajib melayani dan memberikan penjelasan terhadap wajib pajak secara professional dan dengan ramah agar wajib pajak benar-benar mengerti sesuai dengan apa yang diharapkan atau diinginkan (Apriliani, 2016). Salah satu upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah dari sanksi perpajakan. Berdasarkan Undang - Undang No. 16 Tahun 2009, wajib pajak yang tidak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara tepat waktu dan sesuai dengan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitrahuan (SPT) atau batas waktu perpanjangan surat pemberitahuan (SPT) sesuai yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pajak maka akan dikenakan sanksi pajak sesuai dengan yang berlaku, adapun jangka waktu yang telah tertulis di pasal 3 ayat 3 dan pasal 3 ayat 4 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 16 Tahun 2009 yang berbunyi sebagai berikut: 1) Paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa pajak untuk surat pemberitahuan masa, 2) Paling lama

6 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi, 3) Paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan Wajib pajak Badan. Berdasarkan Undang - Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 16 Tahun 2009, terdapat 3 macam sanksi administrasi yaitu berwujud kenaikan tarif pembayaran, bunga maupun denda. 3 macam Sanksi tersebut merupakan wujud finansial penalty yang berarti pemborosan dana. Sedangkan untuk sanksi pidana berwujud pidana penjara maupun denda keuangan (finansial penalty). Dalam pembayaran pajak sering terjadi pemborosan bagi wajib pajak karena pembayaran sanksi yang tidak seharusnya terjadi. Penghindaran pemborosan merupakan alokasi sumberdaya ke arah yang lebih produktif dan lebih efisien lagi sehingga dapat memaksimalkan kinerja dengan benar dan mengerjakan yang seharusnya selain harus bekerja keras dan bekerja secara cerdas (Suandy, 2003) Menurut Tjahjono (1997) Sanksi perpajakan merupakan norma perpajakan (ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan) yang sifatnya harus dan wajib dituruti (Mardiasmo, 2002). Ada 2 jenis sanksi menurut undang - undang perpajakan, yang pertama yaitu berupa sanksi administrasi dan kedua yaitu berupa sanksi pidana. Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2012), Arum (2012), Rahmadian (2012), Hikmah (2012) menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2014) menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan Hidayati (2014) dan Noviyanti (2012) menunjukan bahwa pengetahuan dan pemahaman

7 peraturan perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan Hidayati (2014) efektisitas sistem perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan Noviyanti (2012), Arum (2012), dan Hikmah (2012) menunjukan bahwa pelayanan fiskus perpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2014) dan Rahmadian (2012) menunjukan bahwa pelayanan fiskus tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2012), Arum (2012), Rahmadian (2012), dan Hikmah (2012) menunjukan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2014) menunjukan bahwa sanksi pajak tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Pada penelitian ini, wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Semarang Barat menjadi objek penelitian. Adapun objek wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan yang membayar pajak pada KPP Pratama Semarang Barat adalah sebagai berikut : 1) Pada tahun 2012, jumlah wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang terdaftar yaitu sebanyak 59.096 dan yang membayar pajak hanya sebesar 2.428 wajib pajak dengan jumlah persentase pembayaran pajak WPOP sebesar 4,11%, 2) Pada tahun 2013, jumlah wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang terdaftar yaitu sebanyak 62.510 dan yang membayar pajak hanya sebesar 2.563 wajib pajak dengan jumlah persentase pembayaran pajak WPOP sebesar 4,09%, 3) Pada tahun 2014, jumlah wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang terdaftar yaitu sebanyak 70.209 dan yang membayar pajak hanya 2.829 wajib pajak dengan jumlah persentase pembayaran pajak WPOP sebesar 4,03%, 4) Pada tahun 2015, jumlah wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang

8 terdaftar yaitu sebanyak 75.096 dan yang membayar pajak hanya 3.664 wajib pajak dengan jumlah persentase pembayaran pajak WPOP sebesar 4,88%, 5) Pada tahun 2016, jumlah wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang terdaftar yaitu sebanyak 78.775 dan yang membayar pajak hanya 3.875 wajib pajak dengan jumlah persentase pembayaran pajak WPOP sebesar 4,92%. Banyak wajib pajak yang belum taat dan patuh dalam membayar kewajiban perpajakannya di KPP Pratama Semarang Barat sehingga peneliti memilih KPP Pratama Semarang Barat sebagai objek penelitian. Sedangkan saat ini pemerintah menuntut jumlah yang cukup tinggi yaitu sebesar 85,6% dalam peningkatan penerimaan pajak. Oleh sebab itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian ini agar wajib pajak taat untuk membayar pajak sehingga tuntutan penerimaan pajak dari pemerintah dapat terpenuhi. Penelitian ini merupakan penelitian replika dari penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Hidayati (2014) tentang analisis pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, efektifitas sistem perpajakan, pelayanan fiskus dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Surakarta. Terdapat persamaan pada penelitian ini dengan penelitian Hidayati (2014) yaitu dengan menggunakan variabel independen kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, efektifitas sistem perpajakan, pelayanan fiskus dan sanksi pajak sebagai penyebab yang diduga mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Letak perbedaan penelitian ini yaitu pada objek penelitian dan periode penelitian. Objek penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Semarang Barat sedangkan objek penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2014) di

9 KPP Pratama Surakarta. Periode penelitian ini dilakukan pada tahun 2017, sedangkan periode penelitian yang dilakukan oleh Hidayati tahun 2014. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan pengkajian masalah ini dengan judul : Analisis Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan, Efektifitas Sistem Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan WPOP di KPP Pratama Semarang Barat. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di dalam latar belakang masalah diatas, maka hal-hal yang menjadi pokok masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 2. Apakah pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 3. Apakah efektifitas sistem perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 4. Apakah pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 5. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 1.3. Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang mendalam dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan, efektifitas

10 sistem perpajakan, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk menguji secara empiris pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. 3. Untuk menguji secara empiris pengaruh efektifitas sistem perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. 4. Untuk menguji secara empiris pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. 5. Untuk menguji secara empiris pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat-manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dibidang kajian mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, efektifitas sistem perpajakan, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan membayar pajak wajib pajak orang pribadi (WPOP)

11 2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap peraturan perpajakan dan dapat mematuhi segala peraturan perpajakan yang berlaku, dan serta dapat memberikan informasi untuk meningkatkan kemauan wajib pajak dalam membayar pajaknya,khususnya dalam kaitannya dengan faktor pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan,dan sanksi perpajakan yang berlaku pada sistem pemerintahan dan hukum. 3. Bagi Akademik Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian yang sejenis dikemudian hari dan dengan menambah variabel lainnya yang belum pernah diteliti sebelumnya. 1.5. Sistematika Penulisan Adanya sistematika penulisan adalah untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan. Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang,perumusan masalah,tujuan penelitian,manfaat penelitian,dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang landasan teori sebagai dasar berpijak dalam menganalisis permasalahan yang ada. Pada bagian ini berisi telaah teori,kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.

12 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional variabel,penentuan sampel,jenis dan sumber data,metode pengumpulan data,dan metode analisis. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang data penelitian,hasil dan pembahasan mengenai kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, efektifitas sistem perpajakan, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (WPOP). Hasil penelitian disampaikan secara verbal dengan kata-kata dan secara matematis dalam bentuk angka-angka. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Pada bagian isi dan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan saran yang diberikan pada pihak yang memerlukan.