BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting untuk meningkatkan upaya pembaharuan hukum. nasional dalam Negara Republik Indonesia sebagai Negara hukum yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PMK/2003 TAHUN 2003 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN TINGKAH LAKU HAKIM KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

ETIKA PENEGAKAN HUKUM DALAM PERILAKU HAKIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanannya Kode Etik profesi Advokat dirasa masih berfungsi

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan untuk menjaga dan mengawal hukum agar tetap tegak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum merupakan penyeimbang masyarakat dalam berperilaku. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. 1945), di dalam Pembukaan alinea pertama menyatakan bahwa sesungguhnya

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. maupun nonlitigasi. Sejak dulu keberadaan advokat selalu ada semacam. penguasa, pejabat bahkan rakyat miskin sekalipun.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum adalah adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota Kepolisian yang. Perkembangan masyarakat, menuntut kebutuhan kepastian akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penjelasan umum dijelaskan bahwa hukum mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan upaya pembaharuan hukum nasional dalam Negara Republik Indonesia sebagai Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa Negara Republik Indonesia sebagai Negara yang berdaulat dan Negara demokrasi yang menjunjung tinggi supremasi hukum. Tertuang dalam konstitusi didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat 3 Negara indonesia adalah negara hukum artinya adalah bahwa dalam Negara hukum, hukum merupakan pilar untuk menjadi soko guru dan menjadi alat yang mengatur tingkah laku seseorang dalam kehidupanya. Sebagai negara hukum, maka ada beberapa hal yang perlu dijunjung tinggi oleh aparat negara maupun warganegara. Perlu suatu pranata yang memberikan kepastian dalam menjunjung tinggi hukum, terdapat beberapa asas yang menjadi dasar untuk menegakkan supremasi hukum : 1. Asas legalitas, yaitu asas yang menuntut kepada setiap orang yang hidup di Indonesia bertindak menurut hukum yang berlaku. Asas legalitas ini menuntut adanya tanggung jawab dari warga negara terhadap segala perbuatan atau tindakannya. Tanggung jawab artinya seseorang tidak boleh mengelak atau harus menjawab, bila diminta penjelasan tentang 1

perbuatannya. Jawaban itu harus diberikan kepada dirinya sendiri, orang lain, masyarakat luas, dan bahkan kepada Tuhan. Menurut asas legalitas, tanggung jawab hukum terkait dengan peristiwa hukum tertentu. Peristiwa hukum ialah peristiwa yang diatur dalam ketentuan hukum (perundangundangan). 2. Asas perlindungan, yaitu negara menjamin atas kebebasan dan hak asasi manusia yang berada di wilayah Indonesia. Perlindungan hukum berkenaan dengan peranan pemerintah, yaitu melalui aparat-aparatnya. Pemerintahlah yang bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban umum dan mengusahakan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Salah satu ciri dari suatu Negara hukum terletak pada kecenderungannya untuk tidak mendeskreditkan seseorang yang mempunyai kedudukan yang sama didalam hukum dan mempunyai hak serta kewajiban yang sama pula dalam keduduknnya sebagai warga negara Republik Indonesia. Pemerintah juga dalam pelaksanaan dan penegakan hukum mempunyai kewajiban untuk mengatur tingkah laku masyarakat dan menilai tindakan-tindakan yang dilakukan masyarakat agar dapat mewujudkan cita-cita bangsa demi terwujudnya keadilan yang merata bagi segenap masyarakat 1. Negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan bangsa yang menjunjung tingi keadilan sejahtera, aman, tenteram dan tertib. Sebagai penegak 1 http://www.asas hukum.edu/apakabar/2009/09/06.html 2

Hukum yang mempunyai kedudukan dan mempunyai peranan sebagai lembaga pemerintah di bidang penuntutan, Kejaksaan Republik Indonesia yang melaksanakan kekuasaan negara dibidang penuntutan dalam tata susunan kekuasaan badan-badan penegak hukum dan memberikan keadilan. Seperti halnya dengan memiliki kekuasaan lainnya, Kejaksaan Republik Indonesia adalah sebagai alat revolusi dalam rangka pembangunan nasional yang berencana untuk menuju tercapainya masyarakat adil makmur bersama berdasarkan pancasila atau masyarakat yang sosialis yang memenuhi amanat penderitaan rakyat. Sejarah Singkat tentang Jaksa Sebelum Kemerdekaan, pada Zaman Majapahit : a. Dhyaksa Pejabat menangani masalah peradilan Hakim pengadilan b. Adhyaksa Hakim tertinggi yang pimpin & mengawasi Dhyaksa Pengawas c. Dharma Dhyaksa 1) Pengawas tertinggi (superintendent) dari kekayaan suci. 2) Pengawas tertinggi dalam urusan kepercayaan (religie). Ketua pengadilan 2 Sesungguhnya sangat sarat dengan Pola pikir yang kompleks. seringkali dalam kenyataannya, banyak orang yang menggeluti sebagai penegak hukum sebagai Jaksa tidak dapat menjunjung tinggi supremasi hukum dari profesi itu sendiri. Hal itu bisa terjadi karena faktor-faktor dari luar dirinya yang begitu kuat, tetapi juga karena kurangnya yang 2 Hj.Harprileny Soebiantoro, SH.,CN.,MH, Tanggung jawab profesi Jaksa, makalah disampaikan sebagai bahan kuliah umum di Fak.Hk UII, tidak diterbitkan untuk umum, 18 maret 2006 3

bersangkutan terhadap esensi profesinya. Mungkin jumlah Jaksa yang berperilaku menyimpang tidaklah sebanding dengan Jaksa yang benarbenar menjalankan profesi itu sebagaimana mestinya. Tanpa ada komitmen yang kuat dari aparat penegak hukum itu sendiri untuk menegakkan supremasi hukum yang tanpa pandangbulu maka hukum tidak akan memberikan rasa keadilan secara total bagi masyarakat yang mencari keadilan di Indonesia. Bagaimanapun Tugas dan fungsi Jaksa dapat memberi keadilan dan dapat mandiri tidak dintervensi oleh pihak lain. Satu harus dipahami bahwa profesi ini hadir adalah demi kepentingan masyarakat dan untuk melayani masyarakat. Contempt of Court adalah suatu pranata hukum yang muncul dalam sistem common law di Inggris sekitar abad ke 13. Secara umum tujuan dari Contempt of Court adalah untuk menjaga integritas suatu proses persidangan dengan mencegah juri dari timbulnya berbagai prasangka yang akan merugikan terdakwa disebabkan pemberitaan media masa sebelum dan selama proses persidangan terhadap suatu perkara berlangsungmuncul penjabaran tentang Contempt of Court merupakan istilah dan pranata yang berasal atau lahir dari sitem hukum Common law, yaitu Sistem hukum yang berasal dari bahasa Inggris yang mempunyai arti adalah Contempt berarti melanggar menjatuhkan dan menginjak-injak harkat dan marabat serta kewibawaan. Court yang berarti pengadilan. Pengertian Contemp of Court adalah setiap tindakan atau perbuatan baik aktif maupun pasif, tingkah laku dan sikap, yang 4

bermaksud melangar, merendahkan dan menjatuhkan kewibawaan, martabat serata menginjak-injak institusi peradilan sehingga menganggu dan mengahalangi tegaknya supremasi hukum di Indonesia dengan dikategorikan adanya penghambatan dan pelecehan terhadap suatu pengadilan. Perubahan zaman dan pemerintahan, maka dengan telah dikeluarkanya Undang-undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan. Terutama dengan adanya Contemp of Court (Penghinaan terhadap kewibawaan Pengadilan) dalam peradilan di Indonesia karena disebabkan praktek jaksa sebagai Penuntut umum yang masih manjadi pelaku Contemp of Court. Kemudian akibat belum adanya peraturan perundangundangan khusus yang mengatur Contempt of Court terhadap pejabat peradilan, khususnya tentang penghinaan dan pelecehan terhadap kewibawaan tersebut. Sementara itu telah terjadi pergeseran dari normanorma sikap santun, hingga terjadi bentuk pelanggaran yang tidak menjaga kewibawaan pengadilan. Sebagai Pejabat penuntut dan penegak hukum, jaksa dalam melakukan fungsi dan jabatannya dalam persidangan jika melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan peraturan Perundang-undangan dan dapat menganggu stabilitas dipersidangan, selain itu bila terjadi perbuatan tidak sesuai dengan norma yang berlaku dapat digolongkan sebagai penghinaan terhadap pengadilan yang dapat menurunkan kualitas dan 5

eksistensi bagi para penegak hukum. Pelanggaran terhadap peradilan tersebut seakan-akan keadilan di Indonesia ibarat mati suri. Tindakan aparat penegak hukum secara khusus yaitu jaksa masih terdapat penyimpangan praktek suap dan adanya ulah para mafia peradilan yang menimbulkan eksistensi dan stabilitas peradilan di Indonesia mempunyai pencitraan yang tidak baik dimata masyarakat umum. Melihat kebelakang pelanggaran terhadap bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap pengadilan merupakan peraturan secara prosedur hukum untuk memberikan kekuasaan lembaga-lembaga umum atau istimewa, administrasi peradilan dan pengadilan secara utuh 3. Bagian dari Sejarah Contempt of Court merupakan pranata dari abad pertengahan yang di Inggris pada awal abad pertengahan. Pemerintahan oleh raja dengan kekuasaan yang begitu besar dan menganggap kekuasaan tersebut berasal dari Tuhan. Teori ataupun pandangan ini merupakan suatu pandangan tentang dasar hukum bagi kekuasaan negara yaitu yang disebut dengan teori Teokrasi, yaitu sesuatu kekuasaan yang berasal dari Tuhan maksudnya bahwa raja-raja yang terpilih mewakili Tuhan di dunia dan hanya bertanggung jawab kepada Tuhan. Bagi masyarakat yang melanggar kekuasaan raja dapat diberikan suatu sanksi karena dianggap tidak mematuhi peraturan yang berlaku. Kekuasaan raja tersebut sebagai kekuasaan yang subyektif yang tidak memperhatikan hak asasi manusia yang mutlak. Semua orang harus 3.www.suarakarya.blogspot/html,tanggal 25 aguatus 2009. 6

tunduk pada raja sebagai kekuasaan tertinggi. Raja merupakan sumber hukum dan keadilan yang kekuasaannya didelegasikan kepada para aparatnya. Contempt of Court dipandang identik dengan pelanggaran terhadap raja, sehingga orang yang melakukan tindak pidana Contempt of Court diberikan hukuman yang sangat berat, karena bentuk pelanggaran ini sudah sangat menentang raja sebagai penguasa yang absolut. Dalam perkembangannya, tindak pidana Contempt of Court tidak lagi seberat dahulu, karena berkembangnya suatu paradigma yang maju dan modern, hukuman yang diberikan kepada pelaku Contemp of Court melanggar Hak asasi manusia yang paling dasar. Di Indonesia istilah Contempt of Court baru dikenal pada tahun 1985 dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, dan menjadi aktual pada pengadilan Purworejo pada tahun 2009 jaksa yang melakukan perbuatan yang dipandang sebagai merendahkan martabat pengadilan. Hukum dan keadilan berdasarkan peraturan yang berlaku sebagai regulasinya, maka perlu dibuat suatu undang undang yang mengatur penindakan terhadap perbuatan, tingkah laku, sikap dan atau ucapan yang dapat merendahkan dan menurunkan kewibawaan, martabat dan kehormatan badan peradilan di Indonesia. Dapat disebutkan bahwa Contempt of Court adalah setiap perbuatan yang dapat dianggap mengabaikan, melecehkan dan tidak menjaga kewibawaan tentang tugas-tugas dari badan-badan pengadilan, 7

ataupun segala tindakan yang dapat mengurangi kewibawaannya atau martabatnya. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dengan sengaja menentang atau melanggar ketentuan yang berlaku dan memberikan dampak negatif bagi citra dan kehormatan pengadilan yang berwibawa sebagai tempat mencari keadilan. Tindakan yang termasuk dalam kategori tindakan pelecehan dan tidak menjaga lembaga peradilan dengan mematuhi peraturan dan kewibawaan lembaga pencari keadilan ini, dapat dilakukan secara aktif maupun pasif yang ditujukan untuk mempermalukan kewibawaan dan martabat pengadilan atau merintangi pejabat pengadilan di dalam menjalankan tugasya dengan baik. Hukum acara tidak dijalankan dengan benar dapat mengganggu proses persidangan, mungkin saja jaksa yang melakukan tindakan yang tidak memahami kebiasaan dalam dunia peradilan mungkin tidak dapat mebedakan peran seorang jaksa sebagai aparat yang melakukan penuntutan dan peran jaksa sebagai aparat yang menjalankan profesionalismenya, pada saat sidang masih berjalan justru harus dipersoalakan karena sangat tidak etis dan memalukan, karena menurut kode etiknya setiap jaksa yang sedang bersidang harus bersugguh-sungguh mengikuti setiap tahapan dalam proses persidangannya serta wajib menghormati dan mentaati tata-tertib persidangan yang ada diseluruh wilayah pengadilan yang berlangsung. Pada prinsipnya tindakan menghina pengadilan atau berbuat yang melangar etika dan norma yang berlaku dapat menimbulkan persoalan yang sangat prinsip. Perbuatan tersebut 8

menjatuhkan martabat pengadilan dan masyarakat tidak respons atau mematuhi hukum. Hukum sebagai kaedah dan pranata yang melandasi dan membatasi serta memberikan sanksi kepada para penegak hukum khususnya jaksa sebagai aparat di bidang penuntutan. Penerapan dan aplikasi hukum dapat berjalan sesuai dengan sebagaimana mestinya dapat memberikan efek positif dan kepercayaan tentang penegakan hukum yang tanpa pandangbulu kepada masyarakat sehingga akan ada kestabilan antara aparat penegak hukumnya dengan masyarakatnya itu sendiri. Maka dari hasil uraian diatas penulis mengambil judul yaitu TINJAUAN TERHADAP JAKSA PENUNTUT UMUM SEBAGAI PELAKU CONTEMP OF COURT B. Rumusan Masalah Sesuai dengan judul dan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dapat penulis rumuskan adalah: 1. Sanksi apa yang di berikan kepada Jaksa sebagai penuntut umum jika melakukan tindakan yang melanggar norma pada saat persidangan? 2. Bagaimana sikap preventif dan upaya Kejaksaan agar jaksa yang melakukan tugas dan kewajiban sebagai penuntut umum tidak melakukan tindakan yang melanggar norma pada saat persidangan? 9

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang sanksi apa yang diberikan kepada jaksa sebagai penuntut umum jika melakukan tindakan yang melanggar norma pada saat persidangan 2. Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang sikap preventif dan upaya Kejaksaan agar jaksa sebagai penuntut umum untuk tidak melakukan tindakan yang melanggar norma pada saat persidangan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara Subyektif Untuk bisa mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan obyek yang diteliti serta memberikan wawasan dan pengetahuan penulis guna menulis penulisan hukum sebagai salah satu prasyarat yang sangat penting untuk menyelesaikan pendidikan yang bejenjang S1. 2. Manfaat secara Obyektif a. Bagi Ilmu Pengetahuan Harapan adanya suatu penelitan tersebut dapat memberikan manfaat dan bisa mengembangkan ilmu hukumnya secara global,terutama adanya keterkaitan dengan Contemp of Court sehingga peneliti juga memberikan andil bagi seluruh pihak yang terkait,dalam rangka terwujudnya peradilan di Indonesia yang lebih baik dan menjunjung supremasi hukum. 10

b. Bagi Penulis Memberikan manfaat yang besar dan mengetahui segala aspek yang terkait mengenai Contemp of Court sehingga menambah wawasan bagi penulis tentunya dapat membuka paradigma yang lebih maju dan penulisan hukum ini juga menjadi prasyarat yang penting dan harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi di Fakulas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dengan demikian tujuan penulis untuk lebuh mengerti dan mendalami secara detail tentang adanya bentuk ketidak sesuaian antar penegak hukum. c. Bagi Jaksa Secara eksplisit maupun implisit dapat memberikan saran atau masukan kepada Jaksa agar dalam menjalankan tugasnya dapat lebih mempunyai eksistensi dan kewibawaan serta mempunyai tindakan dan upaya yang dapat menjunjung tinggi harkat dan martabat dalam persidangan. E. Keaslian Penelitian Penulisan Hukum/Skripsi ini adalah merupakan hasil karya asli penulis. Menurut sepengetahuan penulis, judul dan rumusan masalah mengenai Tindakan Jaksa Sebagai Penuntut Umum Yang Melakukan Penghinaan dan Pelecehan Terhadap Peradilan (Contemp Of Court). Apabila ini pernah diteliti oleh penulis lain maka penulisan Hukum ini pelengkap dari hasil penelitian sebelumnya dan mempunyai substansi yang berbeda. 11

F. Batasan Konsep Dalam penelitian ini batasan konsep diperlukan untuk memberi batas berbagai pendapat yang ada, agar substansi atau kajian dari penulisan Hukum ini tidak melebar atau menyimpang mengenai konsep tentang tinjauan terhadap Jaksa Penuntut Umum sebagai pelaku Contemp Of Court. 1. Jaksa Menurut peraturan perundang-undangan Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dalam Pasal 1 menyatakan bahwa Jaksa adalah Pejabat yang diberi wewenang oleh undangundang ini bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (In kracht). 2. Penuntut Umum Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini yaitu Undangundang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia untuk melaksanakan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim 3. Pelaku Orang yang melakukan sesuatu perbuatan, dalam konteks ini perbuatan penghinaan dan pelecehan terhadap peradilan (Contempt of Court) 4 4 Tim penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa 1998, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka Hlm.1220 12

4. Contemp Of Court Contempt of Court adalah suatu perbuatan yang dipandang mempermalukan, menghalangi pengadilan dalam penyelenggaraan peradilan, dapat mengurangi kewibawaan atau martabatnya. 5 Dilakukan oleh orang yang sungguh melakukan suatu perbuatan yang melanggar secara sengaja kewibawaan atau martabat atau cenderung merintangi atau menyia-nyiakan penyelenggaraan peradilan atau oleh seseorang yang berada dalam kekuasaan pengadilan sebagai pihak dalam perkara di pengadilan itu, dengan sengaja tidak menaati perintah pengadilan yang sah atau tidak memenuhi hal yang ia telah akui (terjemahan bebas) 6. Tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar larangan yang diatur oleh aturan hukum yang diancam dengan dengan sanksi pidana. Pengadailan forum publik, resmi, di mana kekuasaan publik ditetapkan oleh otoritas. Demikian yang dimaksud dengan Tinjauan Jaksa Penuntut Umum Sebagai Pelaku Contempt of Court adalah Kajian terhadap pejabat yang mempunyai kewenangan dalam penuntutan dengan melakukan perbuatan yang melecehkan dan menginjak-injak harkat martabat serta melakukan perbuatan yang menistakan lembaga atau institusi peradilan sebagai tempat pencari keadilan. 5 www.pemantauperadilan.com, tinjauan umum contemp of court, 25 agustus 2009 6 http/www.pemantauperadilan.com, 13

G. Metodologi penelitian Didalam menyusun penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian yaitu : 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, merupakan penelitian hukum yang berupa penelitian yang mengkaji norma-norma yang berlaku selain itu juga penelitian secara langsung, data sekunder ini memerlukan bahan hukum sebagai data utama untuk melakukan penelitian dengan wawancara nara sumber, mengumpulkan data-data hasil studi kasus di Kejaksaan Negeri Yogyakarta. 2. Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan hukum skrpsi ini adalah data sekunder yang terdari data : a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara lanngsung dengan melakukan wawancara langsung dengan narasumber dan pihak terkait tentang obyek permasalahan yang diteliti. Data primer ini digunakan sebagai data utama dalam penelitian ini. 14

b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang berupa bahan-bahan hukum primer yang meliputi perundang-undangan dan bahan hukum sekunder yang meliputi pandapat hukum, buku, literatur dengan obyek permasalahan yang diteliti. Data sekunder digunakan sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini 3. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan adalah jenis penelitian Normaif yang berfokus pada data primer dan data sekunder sebagai data pendukung. Data primer berupa hasil penelitian yaitu Persamaan pendapat, perbedaan pendapat,perbandingan,statistik dan dari peraturan perundang-undangan serta literatur-literatur. Data sekunder berupa data pendukung yaitu seperti kajian sosiologi hukum. 4. Narasumber Dalam penulisan hukum skripsi ini, untuk mendukung dan mempermudah penulis dalam menyelesaikannya, penulis mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pejabat di Pengadilan Negeri Yogyakarta dan Kejaksaan Negeri Yogyakarta. Sebagai narasumber yang mempunyai kompeten dan sesuai bidang dengan topik penulisan hukum skripsi tersebut yaitu Bp.Kamari,S.H sebagai Kasi Upaya Hukum, Eksaminasi pada asisten Tindak Pidana Umum di Kejaksaan Tinggi Yogyakarta. 15

5. Metode Analisis Data yang diperoleh penulis melalui penelitian dilokasi sesuai tujuan peneleliti dengan dilakukan analisis dan kajian data yaitu dari hasil wawancara oleh narasumber yang kemudian dipahami secara sistematis sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai suatu permasalahan atau keadaan yang akan diteliti. Selain itu penulis juga dengan menggunakan paraturan perundang-undangan serta literatur untuk membantu dalam menganalisis. Proses penalaran yang digunakan dalam menarik kesimpulan adalah dengan menggunakan metode berfikir secara Induktif yaitu suatu pola pikir yang didasarkan pada suatu fakta yng bersifat khusus maupun konkrit atau berdasarkan contoh kasus, yang kemudian ditarik menjadi kesimpulan kemudian dianalisis kasus tersebut. H. Sistematika penulisan Penulisan Hukum ini disususn secara sistematis dalam bab per bab yang saling berhubungan dengan tujuan agar terwujud penulisan hukum yang menghasilkan keterangan yang jelas dan sistematis. Bab-bab tersebut : Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum. 16

Bab II : Jaksa Penuntut Umum Sebagai Pelaku Contempt of Court Bagian pembahasan yang menguraikan tentang sub-sub variabel yang terdapat dalam penelitian hukum/skripsi ini yang meliputi peraturan, teori hasil temuan penelitian, dan analisis. Adapun rincian bagian dalam pembahasan ini adalah pertama, terdiri dari tinjauan terhadap jaksa penuntut umum, meliputi pengertian jaksa dan penuntut umum. Kedua, terdiri dari pelaku Contempt of Court terhadap peradilan, meliputi pelaku dan Contempt of Court Bab III : Penutup Merupakan bagian kesimpulan berupa pernyataan singkat atas temuan penelitian yang merupakan jawaban atas permasalahan dan saran sebagai upaya solusi berdasarkan temuan persoalan dalam penelitian hukum atau skripsi 17