BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM), sumber daya alam (SDA), teknologi, sosial budaya dan lain-lain. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan pendapatan perkapita penduduk dalam kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. masalah ketenagakerjaan hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi angka

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran dearah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara. dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang mampu. ekonomi menjadi target utama dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2006

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Ketimpangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. dari kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Aceh terletak di ujung Utara Pulau Sumatera dan merupakan Provinsi

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU ASPEK KEU ANGAN" (Studi Empiris pada Wilayah Eks Karesidenan Surakarta)

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil, makmur, berdaya saing, maju dan sejahtera. Berbagai

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan kedalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Unit-unit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

I. PENDAHULUAN. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan hanya pada bagaimana cara untuk menangani masalah-masalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

Determinan simpanan masyarakat di perbankan wilayah Eks-Karesidenan F

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

Transkripsi:

BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat danperubahan dalam kelembagaan (institusi) nasional. Pembangunan juga meliputi perubahan dalam tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan dan pemberantasan kemiskinan. Untuk mencapai sasaran yangdiinginkan, maka pembangunan suatu negara dapat diarahkan pada tiga hal pokok yaitu: meningkatkan ketersediaan dan distribusi kebutuhan pokok bagi masyarakat, meningkatkan standar hidup masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses baik kegiatan ekonomi maupun kegiatan sosial dalam kehidupannya (Todaro, 2004). Pelaksanaan pembangunan dan pemerataan perekonomian daerah harus didukung oleh sumber-sumber keuangan sendiri yang cukup, hal ini untuk menghindari ketergantungan daerah pada pemerintah pusat atau daerah tingkat atasnya. Salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan dalam suatu Negara adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan itu sendiri dapat diartikan sebagai gambaran mengenai dampak dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang dilaksanakan dalam bidang ekonomi. Menurut Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari pendapatan nasional, dengan 1

demikian, pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikna output per kapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan tarafhidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatanriil perkapita (Suparmoko, 2002). Salah satu tujuan pembangunan nasionaladalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan memberikan kehidupan yang layak sebagaimana tujuan awal didirikan. Negara Indonesia bertujuan untuk memajukan dan meningkat kesejahteraan rakyat, oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidakseimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif, artinya, perubahan yang terjadi pada sebuah keseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem sosial yang kemudian akan membawa sistem yang ada menjauhi keseimbangan semula. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat krusial bagi pembangunan di setiap daerah, tujuan penyerapan tenaga kerja sering menjadi prioritas pembangunan di suatu daerah, calon penguasa sering mengkampanyekan tentang peningkatan lapangan kerja sebagai senjata ampuh untuk memenangkan pemilihan umum. 2

Gambar 1.1 Jumlah Pencari Kerja Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2014 17,000,000 16,500,000 16,000,000 15,500,000 Tenaga Kerja 15,000,000 14,500,000 Sumber : Jawa Tengah dalam Angka Tahun 2014 Berdasarkan Gambar 1.1 diatas dapat diketahui penduduk pencari kerja di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2006-2014 bervariasi, pada tahun 2008 terdapat penurunan pencari kerja yang sangat signifikan sebesar 840.400 orang. Namun, pada tahun 2009 pencari kerja mengalami peningkatan kembali, berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan kependudukan Provinsi Jawa Tengah terdapat peningkatan pencari kerja sebesar 371.724 orang. Pembangunan ekonomi selalu melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu aktor penting dalam pembangunan, oleh karena itu jumlah penduduk di dalam suatu negara merupakan unsur utama dalam pembangunan. Paradigma pembangunan yang terjadi di Indonesia dan beberapa negara berkembang di dunia memiliki masalah yang krusial, dimana jumlah penduduk yang besar tidak selalu menjamin keberhasilan 3

pembangunan. Ketersediaan lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja akan menyebabkan terjadinya masalah pengangguran yang dapat membebani anggaran negara. Maka lapangan kerja yang memadai dianggap penting demi menjaga kestabilan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. (Sulistiawati, 2012 : 196). Setiap sektor perekonomian atau lapangan pekerjaan memiliki daya serap tenaga kerja dan laju pertumbuhan yang berbeda-beda, hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja serta terjadinya perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun perannya dalam pendapatan nasional (Simanjutak, 1998). Ketenagakerjaan merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam masalah pembangunan. Penyerapan tenaga kerja diperlukan dalam distribusi pendapatan yang nantinya akan berdampak pada pembangunan. Pendapatan yang diperoleh masyarakat, hampir seluruhnya berasal dari upah yang diberikan dilapangan pekerjaan. Jumlah pendapatan yang diterima tenaga kerja tersebut menentukan besarnya kemakmuran dari suatu masyarakat. Semakin tinggi pendapatan perkapita suatu masyarakat maka semakin tinggi tingkat kemakmurannya.suatu proses pembangunan melakukan perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi nasional yang juga tetap memperhatikan pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2000). 4

Tabel 1.1 menunjukkan tingkat penyerapan tenaga kerja tahun 2014 menurut lapangan pekerjaan utama yang mencakup delapan sektor, yaitu sektor pertanian (1), sektor pertambangan dan galian, listrik, gas dan air bersih (2), sektor industri (3), sektor konstruksi (4), sektor perdagangan (5), sektor transportasi (6), sektor keuangan (7) dan sektor jasa (8) yang berkonstribusi terhadap penyerapan tenaga kerja di Eks- Karesidenan Surakarta. Penyerapan tenaga kerja terbanyak terdapat pada sektor pertanian, yaitu sekitar 868.446 ribu. Sedangkan untuk sektor industri urutan ketiga setelah sektor perdagangan dengan menyerap tenaga kerja sekitar 698.000 ribu. Tabel 1.1 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut lapangan Pekerjaan Utama Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2014 Kab/Kota Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 Boyolali 144997 2422 108528 58722 100968 17554 13479 69751 Klaten 113492 1901 175473 36537 145775 10287 10239 106643 Sukoharjo 48383 1048 131248 40459 112301 14548 14720 74281 Wonogiri 284438 5689 45310 40154 81531 8884 4423 45865 Karanganyar 108813 3399 102877 37974 94751 8083 12127 66743 Sragen 166250 1442 71550 39621 98872 9767 4894 58222 Surakarta 2073 801 64014 11638 97710 14034 13832 54132 Jumlah 868446 16702 698000 265105 731908 83157 73714 475637 Sumber : Jawa Tengah dalam Angka, 2014 dan BPS, 2014 5

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 penyerapan tenaga kerja sektor pertanian paling tinggi terjadi di Kabupaten Wonogiri, sedangkan terkecil di Kota Surakarta. Sektor pertambangan, listrik, gas dan air bersih, penyerapan tertinggi terjadi pada Kabupaten Karanganyar sebesar 3399 jiwa, sedangkan terkecil untuk penyerapan tenaga kerja terjadi di Kota Surakarta sebesar 801 jiwa. Penyerapan tenaga kerja sektor industri paling tinggi terjadi di Kabupaten Klaten sebesar 600347 jiwa, sedangkan terkecil di Kota Surakarta sebesar 258234 jiwa. penyerapan tenaga kerja di sektor Perdagangan paling tinggi terjadi di Kabupaten Klaten sebesar 145775 jiwa. sedangkan paling kecil di Kota Wonogiri sebesar 81531 jiwa. Penyerapan tenaga kerja di sektor transportasi paling tinggi di Kabupaten Boyolali Sebesar 17554 jiwa, sedangkan paling kecil di Karanganyar sebesar 8083 jiwa. penyerapan tenaga kerja di sektor keuangan paling tinggi terjadi di Kabupaten Sukoharjo sebesar 14720 jiwa, sedangkan yang paling kecil terjadi di Kabupaten Wonogiri sebesar 4423 jiwa. Penyerapan tenaga kerja di sektor jasa paling tinggi di Kabupaten Klaten sebesar 106643 jiwa, sedangkan yang paling kecil terjadi di Kabupaten Wonogiri sebesar 45865 jiwa Perluasan penyerapan tenaga kerja diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan lapangan kerja akan menyebabkan tingginya angka pengangguran. Angka pengangguran yang meningkat akan 6

mengakibatkan pemborosan sumber daya dan potensi angkatan kerja yang ada, meningkatkan beban masyarakat, sumber utama kemiskinan dan mendorong terjadinya peningkatan keresahan sosial, serta manghambat pembangunan ekonomi dalam jangka panjang (Depnakertrans, 2004). Penegeluaran pemerintah merupakan salahs atu alat intervensi pemerintah terhadap perekonomian yang dianggap paling efektif. Pengeluaran pemerintah adalah konsumsi barang dan jasa yang dilakukan pemerintah serta pembiayaan yang dilakukan pemerintah untuk keperluan administrasi pemerintah dan kegiatan-kegiatan pembangunan (Sukirno, 2002). Kapasitas keuangan daerah ditunjukkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Menurut UU No.32 dan 33 tahun 2004 APBD adalah rencana keuangan tahunan. Pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD memuat rincian semua penerimaan daerah di satu sisi dan semua pengeluaran daerah di sisi yang lain. Sebelum tahun 2003 APBD dari sisi pengeluaran terdiri dari belanja rutin dan belanja pembangunan, dalam (Suyana Utama 2009). Distribusi alokasi pengeluaran pemerintah Kabupaten/kota Se- Karesidenan Surakarta terjadi ketimpangan. Perbedaan ini di sebabkan alokasi belanja pemerintah yang dikeluarkan melalui belanja publik kurang menyentuh masyarakat. Idealnya, distribusi dana ke dalam pos- 7

pos anggaran harus dapat memenuhi kebutuhan publik terhadap sarana dan prasarana umum. Pengalokasian pengeluaran pemerintah untuk Kabupaten/Kota Se-Karesidenan Surakarta sangat berfluktuasi untuk setiap tahunnya dan cenderung meningkat namun Pendapatan Asli Daerah yang berbeda menjadi sebab kurang optimalnya pengeluaran belanja publik untuk program-program pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kebijakan distribusi pengeluaran pemerintah yang tepat sasaran dan ketetapan arah investasi ke daerahdaerah yang dapat menciptakan kesempatan kerja akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi apabila distribusi belum dapat dilakukan secara merata maka ketimpangan pendapatan Kabupaten /Kota tetap akan terjadi cenderung meningkat dan tidak lagi memberi ruang untuk masyarakat terutama berpenghasilan rendah ikut ambil bagian dalam proses pembangunan. Keberhasilan pembangunan di suatu daerah disamping ditentukan oleh besarnya pengeluaran pemerintah juga dipengaruhi oleh besarnya investasi di daerah. Investasi merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi (Sjafii, 2009). Investasi dapat menjadi titik tolak bagi keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan di masa depan karena dapat menyerap tenaga kerja, sehingga dapat membuka kesempatan kerja baru bagi masyarakat yang pada gilirannya akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. 8

Salah satu sektor yang memiliki kekuatan multiplier cukup besar adalah industri, Arsyad (2010:442), menjelaskan bahwa sektor industri berperan sebagai sektor pemimpin (leading sector). Adanya pembangunan sektor industri akan memacu dan mendorong pembangunan pada sektor lainya. Seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Peningkatan tersebut menyebabkan peluang kerja semakin besar sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat yang tercermin pada ( purchasing power ) yang meningkat. Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat tersebut menunjukkan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Beberapa kajian teoritis mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk memperluas kesempatan kerja adalah melalui pengembangan industri terutama industri yang bersifat padat karya. Pengembangan Industri tersebut akan menyebabkan kapasitas produksi meningkat sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja. Selain Investasi sawsta terdapat Investasi pemerintah yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi pemerintah ini berupa pengeluaran pembangunan pemerintah dan alokasi anggaran pembangunan sektoral merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah, mungkin juga bagian dari permintaan agregat sehingga timbulnya permintaan yang berasal dari APBD di Kabupaten/kota Se-Karesidenan Surakarta akan berdampak positif terhadap tambahan output. Tambahan output ini akan menyebabkan tembahan kesempatan kerja karena banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilka 1 unit output melalui 9

kebijakan publik dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran. Melalui pengeluaran pembangunan pemerintah diharapkan mampu mempengaruhi besrnya kesempatan kerja dalam perekonomian (Suparmoko, 1994). Mendasarkan pada pendahuluan dan paparan latar belakang maka penelitian ini berjudul: ANALISIS DATA PANEL PENGARUH INVESTASI, BELANJA DAERAH DAN JUMLAH UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI WILAYAH EKS-KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN 2006-2014. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dimaksudkan untuk menegaskan masalahmasalah yang diteliti sehingga memudahkan untuk melakukan pembahasan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2006-2014? 2. Bagaimana pengaruh belanja daerah terhadap penyerapan tenaga kerja Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2006-2014? 3. Bagaimana pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2006-2014? 10

C. Tujuan Penelitian Sebagaimana diuraikan dalam rumusan masalah, penelitian ini memiliki bebeerapa tujuan yaitu : 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di Wilayah Eks-karesidenan Surakarta tahun 2006-2014? 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh belanja daerah terhadap penyerapan tenaga kerja di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2006-2014? 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta tahun 2006-2014? D. Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalah di atas, manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya tentang pengaruh dari tingkat investasi, belanja daerah dan unit usaha dalam implikasinya terhadap penyerapan tenaga kerja. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan khususnya Pemerintah Kabupaten se Eks-Surakarta dalam menentukan arah dan strategi pembangunan di masa mendatang serta sebagai bahan evaluasi bagi perencanaan dalam mengantisipasi kondisi ketenagakerjaan daerah. 11

3. Bagi peneliti, adalah dengan melakukan penelitian ini maka peneliti memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman yang bertambah mengenai tingkat investasi, belanja daerah dan unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten se Eks-Karesidenan Surakarta. 4. Bagi kalangan akademis, diharapkan dapat memberikan konstribusi mengenai pengeluaran pemerintah untuk anggaran belanja daerah daerah dimasa yang akan datang. 5. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi pemikiran terhadap pengetahuan dan wawasan keilmuan khususnya bagi praktisi ekonomi, terutama pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. E. Sistematika Penulisan Agar penulisan tertulis secar sistematis, maka penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode analisis data dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini membahas landasan teori yang merupakan dasar teoritis penelitian tentang pengertian Tenaga kerja, faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja, variabel-variabel yang terkait 12

dalam penelitian yang akan diteliti, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan tentang variabel penelitian dan operasional variabel. Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini beserta penjelasan tentang metode pengumpulan data, serta uraian tentang metode analisi yang digunakan. BAB IV HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini memuat tentang deskripsi data tenaga kerja, tingkat investasi, belanja daerah, jumlah unit usaha. Analisi data yang menitik beratkan pada hasil olahan data sesuai dengan alat dan teknik analisis yang digunakan, dalam bab ini juga kan diuraikan interpretasi hasil. BAB V PENUTUP Dalam bab ini memuat tentang simpulan, saran keseluruhan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan saran-saran yang diajukan bagi pihak yang terkait dalam mengambil kebijakan terhadap permasalahan yang diteliti. 13