PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK. Tri Hartanto. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof

EBOOK PROPERTI POPULER

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal

Denah Rencana Pembalokan Lantai 2 dan Peletakan Kolom

DINDING DINDING BATU BUATAN

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

KATA PENGANTAR. Buku ini juga di dedikasikan bagi tugas semester 5 kami yaitu struktur dan utilitas 2. Semoga buku ini bermanfaat.

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

perencanaan yang umum dilakukan pada proyek pembangunan meliputi berbagai

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BETON OLEH: DR. V. LILIK HARIYANTO

BAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)

DAFTAR HARGA SATUAN ANALISA PEKERJAAN

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI

ANALISA BIAYA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DAN PERUMAHAN SNI ( STANDAR NASIONAL INDONESIA ) BUNTOK DAN SEKITARNYA

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29

Struktur Atas & Pasangan Batu Bata. Ferdinand Fassa

BAB 1 PENDAHULUAN. Metoda yang banyak digunakan dalam mendesain struktur beton bertulang

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST

ANALISIS PERBANDINGAN KUDA KUDA BAJA RINGAN DENGAN BETON BERTULANG MENGGUNAKAN PROGRAM SAP 2000 V.18

kenaikan upah rata-rata per lantai. Harga upah mengalami kenaikan untuk tiap

PR 1 MANAJEMEN PROYEK

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Struktur dan Konstruksi II

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya-sendiri ke dalam tanah

LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat menuntut adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Salah satu

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

BAB XIV PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP

BAB V KESIMPULAN. Kedoya Jakarta Barat, dapat diambil beberapa kesimpulan: ganda dengan ukuran 50x50x5 untuk batang tarik dan 60x60x6 untuk batang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH DENGAN PENAMBAHAN POLYVINYL ACETAT

Ma ruf Hadi Sutanto NIM : D NIRM :

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan keruntuhan tekan, yang pada umumnya tidak ada tanda-tanda awal

PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL KEJURUAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DISPERINDAGSAR BOYOLALI (DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PASAR) PT WIDHA DYAH AYU PURBO SIWI 2B314953

REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

Lampiran A. Koefisien tenaga kerja dan koefisien bahan

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATAS EMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

sedangkan harga upah yang diperhitungkan merupakan upah borongan.

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN

MODEL PONDASI PAKU BUMI ULIR UNTUK PEKERJAAN BANGUNAN SATU LANTAI

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi utamanya di dalam bidang

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan

KOMPARASI PENGGUNAAN KAYU DAN BAJA RINGAN SEBAGAI KONSTRUKSI RANGKA ATAP

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB 1 PENDAHULUAN. struktur agar dapat mendesain suatu struktur gedung yang baik. Pemahaman akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, lebih tahan korosi dan lebih murah. karena gaya inersia yang terjadi menjadi lebih kecil.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG

"The guidelines doc is an initial draft from within PU. It has no official status at this point and is the starting point for discussions with BRR to

Transkripsi:

PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK Tri Hartanto Abstrak Membangun berarti mengatur dan aturan tersebut dapat dicerminkan dalam setiap proses tahapan pembangunan. Aturan pokok ini merupakan dasar-dasar dari segala kegiatan membangun yang selalu dipikirkan oleh manusia.beberapa pemikiran tentang aturan-aturan untuk membangun yang sudah banyak dilakukan, diantaranya.menentukan tiga pokok dasar, yaitu : firmitas ( kekukuhan,stabilitas), utilitas (kenyamanan), dan venustas (keindahan dalam arsitektur). Jikalau kita ingin menentukan pokok bentuk struktur bangunan man tidak mau kita harus menerapkan aturan teknis.kita bisa mulai misalnya, dengan bahan bangunan (batu alam, batu buatan, kayu, baja, beton bertulang dan sebagainya), atau kita memperhatikan konstruksinya (pondasi, dinding, atap dan sebagainya). Pengaturan yang integral dalam bidang fungsi/tugas, bentuk, dan teknik membutuhkan aturan baru yang berkesinambungan dan yang mewujudkan ketergantungan antara konstruksi dengan bentuk danfungsi atau sebaliknya. Perkembangan tercapai oleh perubahan teknologi dalam pembangunan, oleh perubahan konstruksi bangunan, oleh bahan bangunan yang baru, oleh pengetahuan baru dalam fisika bangunan, perbaikan cara membangun, dan oleh penggunaan peralatan pembangunan yang baru. Dengan adanya perkembangan ini, perwujudan bentuk struktur bangunan akan berubah. Aspekyang bersifat indah dan bermutu tinggi dalam arsitektur tidak akan berubah, tetapi aspek yang bersifat teknologis akan berkembang terus. Kata kunci: membangun, aturan teknis, perkembangan teknologi. 1. PENDAHULUAN Sistem bentuk struktur bangunan berhubungan erat dengan arsitektur, walaupun cenderung kearah pembentukannya saja. Adalah wajar bila suatu bentuk arsitektur menuntut kejelasan struktur dan konstruksi yang dikandungnya. Antara bentuk struktur dan bahan bangunan tetap ada hubungan timbal balik yang penting. Hubungan antara tugas bentuk, konstruksi, dan bahan bangunan p'ada struktur bangunan dapat diartikan secara linear. Menurut pengertian arsitektur sebagai ilmu eksata, atau arsitektur sebagai ilmu kesenian (non-eksakta), maka terdapat susunan berikut: 84

Dalam hubungan dengan bentuk struktur bangunan lebih diutamakan istilah tugas daripada fungsi karena fungsi adalah istilah yang mengandung arti berbeda-beda sebagai berikut: Fungsi tugas menentukan aturah yang mendayagunakan hubungan antara fungsi dan tugas. Fungsi bentuk bangunan yang mendayagunakan bentuk bangunan dalam hubungannya dengan fungsinya. Atau bentuk mengikuti fungsi ( Sullivan ) yang berarti fungsi diperuntukan bagi tujuan tertentu, yaitu bentuk bangunan. Fungsi konstruksi yang mendayagunakan konstruksi dalam hubungannya dengan daya. tahan, masa pakai terhadap gaya-gaya dan tuntutan fisik lainnya. Struktur bangunan menentukan aturan yang mendayagunakan hubungan antara konstruksi dan bentuk. Bentuk dan gaya arsitektur selalu berhubungan erat dengan konstruksi dan bahan bangunan. Beton bertulang merupakan teknologi bahan yang sering dipakai untuk struktur dan kostruksi bangunan.beton bertulang dengan komposisi beton (campuran antara: semen, pasir, kricak) sangat cocok untuk menerima beban tekan, dan tulangan (besi beton) sangat kuat menahan tarik, kombinasi tersebut sangat efektif untuk konstruksi yang menerima beban tekan dan tarik. Tulangan merupakan bagian penting pada struktur konstruksi yang menggunakan teknologi bahan beton bertulang. Harga besi beton (tulangan) yang relative mahal, sehingga dalam penggunaanya harus memperhatikan dan mengikuti aturan teknik. Dalam pemasangannya harus sesuai, sehingga akan menghemat biaya, tetapi faktor kekuatan tidak boleh diabaikan. Cara pembuatan yang relatif mudah juga merupakan faktor yang menyebabkan beton bertulang banyak dipakai sebagai struktur konstruksi, terutama untuk bangunan sederhana. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Bangunan dan Arsitektur Seperti telah diuraikan di atas, struktur bangunan memecahkan dua persoalan, persoalan teknik dan persoalan estetika termasuk pembentukan ruang. Persoalan teknik adalah kekukuhan bangunan/gedung terhadap pengaruh luar atau beban sendirinya yang bisa mengakibatkan perubahan bentuk atau robohnya bangunan/gedung. Persoalan estetika merupakan persoalan arsitektur yang agak sulit ditentukan, yaitu keindahan bangunan/gedung secara integral, serta kualitas arsitektur. Struktur bangunan (gedung) umumnya terdiri atas konstruksi pondasi, dinding, kolom, pelat lantai, dan kuda-kuda atap. Bagian-bagian bangunan ini harus kuat karena menerima beban, juga tahan lama yang berfungsi untuk melindungi manusia. Pondasi menjadi begitu penting bagi bangunan. Sebab pondasi adalah sebagai wadah atau sebagai tapak dimana bangunan tersebut didirikan.

Pondasi harus kuat dan harus mencapai tanah asli ataupun tanah keras dan padat. Bermacam-macam cara orang membuat pondasi seperti : pasangan batu kali atau batu belah dengan perbandingan adukan satu bagian semen dan empat bagian pasir. Adapula pondasi beton bertulang dengan perbandingan adukan satu bagian semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil atau batu pecah dan diberi tulangan besi beton. Dinding pada umumnya terbuat dari batu bata merah. Pemelihan bahan sangat diperlukan, agar dinding yang terbentuk berkualitas bagus. Batu bata yang baik jangan terlalu matang apalagi sampai hangus dan berwarna merah kebiruan. Sebab jika terlalu matang, bila direndam, air tak dapat menembus batu bata tersebut. Akibatnya adukan semen tak dapat melekat ke batu bata yang dipasang. Sebaliknya kalau batu batanya setengah matang, jika direndam air sebelum dipasang maka batu bata akan mudah hancur. Oleh karena itu dalam memilih batu bata yang baik adalah yang masaknya sedang-sedang saja serta berwarna merah tua. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran, usahakan membeli batu bata pada satu tempat industri agar ukurannya sama. Atap merupakan bagian dari bangunan yang berfungsi melindungi bagian yang ada dibawahnya. Penentuan kbnstruksi atap tergantung pada bahan bangunan yang dipilih untuk konstruksi atap, lapisan atap yang diterapkan untuk pelindung bangunan, dan kadang-kadang juga oleh tuntutan-tuntutan tradisi pada daerah dimana bentuk atap menentukan, misalnya kedudukan social para penghuni dan sebagainya. Kuda-kuda merupakan konstruksi atap yang menopang penutup atap. Kuda-kuda untuk seng gelombang atau asbes, gelombang kemiringannya paling sedikit 5 dan tidak lebih dari 15 dan tidak perlu memakai kasau, tetapi hanya memakai gording. Sedangkan untuk atap genteng, kayu kuda-kuda harus dimensi ukuran besar dan konstruksinya harus benar-benar kuat. Dengan kemiringan 20 sampai 45. 2.2. Sistem Bentuk Struktur

dipikul struktur ini, digunakan bahan-bahan struktur yang mampu memenuhi persyaratan gaya tarik. Kabel-kabel alami dapat dijumpai berupa akar-akar pohon gantung yang kuat dan rotan. Sedangkan kabel untuk tarikan yang kuat dan telah dikembangkan manusia dari bahan baja disebut high tension strength steel. Pada teknologi bahan beton bertulang, sistem kabel ini diterjemahkan menjadi besi beton sebagai tulangan, yang dikombinasikan dengan beton, sehingga kombinasi ini mampu menahan gaya tarik dan tekan yang sangat kuat. Dalam sebuah struktur bangunan, tentunya tidak akan terlepas pada pemikiran terhadap sistem penyaluran gayanya, macam-macam gaya yang bekerja dan mampu dipikul oleh struktur bangunan tersebut serta batasan-batasan kemampuannya. Kesemuanya ini dapat mempengaruhi terciptanya bentukbentuk struktur bangunan yang spesifik dan mampu mencerminkan sifat-sifat fisiknya. 2.3. Sistem Penyaluran Gaya Bentuk struktur bangunan ada yang hanya mampu menahan gaya tarik atau sering disebut sebagai form active structure systems. Pada prinsip pembebanan dan gaya tarik yang 3. PEMBAHASAN Lingkup pembahasan ini dibatasi pada pelaksanaan pembangunan bangunan ( gedung ) sederhana, dimana masih banyaknya aturan teknik yang tidak diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan. Terutama pada proses penulangan untuk struktur konstruksi bangunan sederhana. Pada pelaksanaan pembangunan, terutama pada bangunan sederhana (bangunan satu lantai/dua lantai) banyak kita temukan pemasangan tulangan pada struktur konstruksi bangunan dengan teknologi bahan beton bertulang, yang kurang sesuai dengan aturan teknik. Ada beberapa faktor yang menyebabkannya antara lain ; kurangnya pengetahuan ilmu struktur konstruksi, anggapan karena bangunan sederhana tidak terlalu besar beban yang diterima, kebiasaan tenaga struktur yang bekerja hanya berdasarkan pengalainan di tempat lain. Hal ini akan mengakibatkan penggunaan tulangan yang bertambah, sedangkan beton bertulang sangat dominan untuk struktur konstruksi bangunan sederhana Adapun penggunaan tulangan pada struktur konstruksi bangunan

sederhana yang menggunakan teknologi bahan beton bertulang adalah: sloof, kolom, ringbalk, balok, dan plat lantai. a. Aturan Teknik penulangan pada sloof adalah sebagai berikut: Sedangkan penerapan yang banyak mengakibatkan pemborosan adalah pemasangan tulangan begel/sengkang dengan jarak yang hanya dengan perkiraan saja. Misalnya jarak sengkang -yang dianjurkan 20 cm, dalam prakteknya memasang dengan jarak 15cm, 16cm, 17cm, atau 18 cm dan seterusnya. Selain itu, ukuran begel yang idealnya dengan ukuran 10/20 dibuat ukuran 13/25. sehingga dengan lebih besarnya ukuran mengakibatkan besi. yang dipakai bertambah banyak. Padahal dengan memasang begel dengan jarak yang teratur dan sama, dengan ukuran yang pasti akan menghemat tulangan begel. b. Penulangan kolom secara teknik adalah sebagai berikut: kolom akan menerima beban tekan, gaya geser, momen puntir dan lainnya, sehingga sangat membutuhkan tulangan begel yang sangat rapat. Kekeliruan yang sering terjadi, adalah pemasangan tulangan begel yang cukup renggang, hal ini bisa berakibat kolom kurang mampu menahan beban /gaya geser, dan momen puntir. Sedangkan pemborosan yang terjadi biasanya pada ukuran begelnya yang lebih besar, kalau terlalu besar menyebabkan selimut betonnya kurang tebal. Padahal kolom lebih banyak menerima beban tekan. Pembuatan begel dengan ukuran yang besar, juga mengakibatkan panjang potongan bahan juga bertambah, sehingga mengakibat kan pemborosan tulangan. Dengan asumsi potongan tambah panjang 5 cm,untuk tiap begel maka untuk loobegel akan mengalami pemborosan 500cm atau 5 meter. c. Penulangan pada ringbalk secara teknik seperti gambar Secara prinsip bahwa ringbalk berguna untuk pengikat dan penguat dinding yang satu dengan dinding yang lain, dan juga untuk menjaga keseimbangan yang merata apabila terjadi penurunan. Ukuran ringbalk pada bangunan sederhana tidak lebih 15 cm, atau setebal pasangan 1/2 bata dan tingginya 20 cm, dengan jarak begel 20cm. Biasanya pemborosan tulangan terjadi, antara lain pada pemasangan jarak begel yang terlalu dekat (15 cm ), dan ukuran begel yang cukup besar.

d. Penulangan pada balok Balok dipasang antara kolom satu dengan kolom lainnya. Untuk menjaga gaya tarikan pada balok, perlu ditambah tulangan dengan diberi bengkokan dengan kemiringan sudut 45 dengan jarak 1/4 dari bentangnya. Adapun yang sering terjadi pada balok untuk bangunan sederhana adalah tidak dibengkok kannya tulangan tambahan, juga pemasangan begel yang merata jaraknya. Padahal kita bisa menghemat bila memasang begel sesuai pembebanan, jadi bila beban yang timbul besar maka jarak begel lebih rapat, namun pada posisi beban kecil tulangan begel dipasang agak jauh. Pada bangunan sederhana kebanyakan tukang tidak menerapkan aturan ini, sehingga kekuatan balok tidak optimal dan mengakibatkan pemborosan tulangan. e. Pembesian plat lantai untuk bangunan sederhana Penulangan dibuat sedemikian rupa, seperti yang tertera pada gambar dengan jarak antara dari besi ke besi 10cm. Pembengkokan besi di atas berguna untuk menjaga gaya tarik % dari lebar ruang, dan panjang ruang diukur dari pinggir dinding. Semua jangkar dan panjang sambungan ( L ) dengan siku besar selisih antara 25-30 diameter besi. Penghematan tulangan bilamana jarak besi yang satu dengan lainnya jaraknya pas. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Struktur bangunan mempunyai arti pokok pada arsitektur sebagai alat pembentukan bangunan primer. Perkembangan perencanaan arsitektur tidak mungkin tanpa pengetahuan dasar struktur bangunan. Dengan adanya perkembangan ini, perwujudaii bentuk struktur bangunan akan berubah. Aspek yang bersifat indah dan bermutu tinggi dalam arsitektur tidak akan berubah, tetapi aspek yang bersifat teknologis akan berkembang terus. Struktur bangunan (gedung) umumnya terdiri atas konstruksi pondasi, dinding, kolom, pelat lantai, dan kuda-kuda atap. Bagian-bagian bangunan ini harus kuat karena menerima beban, juga tahan lama yang berfungsi untuk melindungi manusia. Memperhatikan keutamaan fungsi dari struktur konstruksi tersebut, maka pemasangan tulangan pada beton bertulang harus sesuai aturan teknik. Baik dari segi ukuran/dimensi besi tulangan, jarak tulangan begel, dan pembengkokan tulangan. Pemasangan tulangan yang tidak mengikuti aturan teknik, akan mengakibatkan kekuatan struktur konstruksi yang tidak optimal dan pembengkakan/pemborosan biaya pembangunan (baik untuk material tulangan dan upah tenaga kerja). Adapun saran dalam hal pemasangan tulangan untuk struktur dan konstruksi beton bertulang pada bangunan sederhana adalah : Pentingnya pembekalan pengetahuan dasar tentang struktur dan konstruksi bagi perancang bangunan, 89

sehingga keindahan bentuk Yogyakarta: Penerbit arsitektur tetap terwujud. Kanisius, 1995. 190 him Bagi pelaksana bangunan, Zainal A.Z. Cara Terbaik aturan teknik yang termuat Membangun Rumah, Jakarta, pada gambar bestek sebagai Penerbit PT Gramedia Pustaka hasil rancangan arsitek, harus diterjemahkan dan diterapkan secara benar. Utamanya dalam pemasangan tulangan untuk struktur konstruksi bangunan. Dalam pemasangan dibutuhkannya tenaga yang terampil(tukang besi). Perlunya pihak pengawas pembangunan, yang dapat senantiasa untuk memastikan pelaksanaan / pemasangan tulangan sudah sesuai gambar bestek ( aturan teknik ) baik dimensi, jumlah dan jaraknya.. Transformasi ilmu pengetahuan struktur dan konstruksi bangunan (menjelaskan maksud dan tujuan aturan teknik dengan jelas) dari para ahli bangunan ke pihak pelaksana bangunan, mulai dari pelaksana, mandor, kepal tukang, dan tukang bangunan. Utama,1995, 33hlm. Frick, Heinz. Sistem bentuk struktur bangunan, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 1998. 160 hlm. Biodata Penulis : Tri Hartanto, Alumni SI Jurusan Arsitektur Universitas Tunas Pembangunan ( UTP ) Surakarta, Tahun 1999, Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta, Tahun 1999 sampai sekarang. 5. DAFTAR PUSTAKA Acharya, Prasanna Kumar, Architecture of Manasara, Manasara series, jilid IV, repr dari 1934, New Delhi : Oriental Books Reprint Corporation, 1980.793 him. Frick, Heinz. Pola Struktur dan teknik bangunan di Indonesia, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 1997.260hlm Frick, Heinz. Rumah sederhana. Kebijaksanaan perencanaan dan konstruksi, edisi ke-5,