BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Anakanak

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

Profil Sanitasi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia, perilaku serta

BAB I PENDAHULUAN. umur termasuk murid Sekolah Dasar (SD) (Kepmenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PPSP. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sehat 2015 adalah lanjutan dari visi pembangunan kesehatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menentukan corak kehidupan dan mempunyai peranan yang sangat dominan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, dan spiritual yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan konsep sehat sebagaimana yang tertuang dalam UU tersebut dan sejalan dengan konsep paradigma Indonesia sehat, tentunya dibutuhkan kerja keras dari pihak-pihak terkait, terlebih mengingat keragaman yang tinggi dari masyarakat Indonesia, apakah itu menyangkut status ekonomi, pendidikan suku bangsa, dan perbedaan-perbedaan lainnya yang mewarnai masyarakatnya dalam mempresepsikan kesehatan. Tujuan mempercepat pencapaian target Tujuan Pembangunan Millennium 2015 (Millenium Development Goals 2015) yaitu mengurangi setengah dari populasi penduduk yang tidak memiliki akses ke air bersih dan sarana sanitasi lingkungan. Kesepakatan dilakukan untuk memobilisasi semua sumber daya yang ada, termasuk didalamnya pemerintah, sektor swasta, lembaga non pemerintah, dan institusi lainnya di dalam pembangunan sanitasi. Industri pariwisata di Kabupaten Simeulue juga berkembang pesat. Banyak tempat-tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun manca Negara. Berbagai objek wisata unggulan dan menarik lainnya juga terdapat di daerah ini yang meliputi situs-situs budaya/sejarah, seperti Makam Mangkudo Batu, Makam

Tengku Di ujung, Makam T Silaborit, Benteng Belanda, Masjid Tabusalihon, dll. Semua objek tersebut memiliki keunikan dan sejarah tersediri, sehingga akan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Objek wisata juga sangat mudah dijumpai di daerah ini, seperti terumbu karang yang indah di Teluk Sibigo, Pantai Alus-alus dan Pulau Tampak yang dikelilingi hamparan pasir putih. Salah satu faktor pendukung daerah tempat wisata adalah kebersihan, yaitu kondisi yang memperlihatkan bersih dan sehat baik keadaan lingkungan, fasilitas sarana dan prasarana, maupun manusia yang memberikan pelayanan yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Karena minimnya sarana hotel atau penginapan sehingga masyarakat sering menyewakan rumah pribadi atau kamarkamar untuk wisatawan. Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana atau prasarana sanitasi lingkungan guna menghindari berbagai penularan penyakit salah satunya penyakit kulit. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) 2006 menunjukkan 60.38% kepala keluarga di Indonesia telah memiliki sarana pengelolaan sampah skala rumah tangga, dan masih ada 19.67% t idak memiliki tempat pengelolaan sampah. Laporan lainnya menyebutkan 40.67% rumah tangga yang ada di Indonesia tidak memiliki sarana tanki septic dan selebihnya membuang limbah ke alam. Sementara itu, 56.56% keluarga di Indonesia memiliki sumber air bersih sendiri dan 77.2 % lain-nya memperoleh sumber air selain PDAM. Sekitar 67.24% populasi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam di 21 Kabupaten mendapat air minum dari sumur gali dan hanya 19.41% mendapatkan air dari pelayanan perpipaan kota. Laporan lain menunjukkan

68.54% penduduk telah mempunyai fasilitas kamar kecil di rumahnya, dan hanya 38.36% penduduk memiliki tempat pengolahan air limbah dalam skala rumah tangga. Berdasarkan data pada Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2006 didapatkan bahwa masih terdapat masalah kesehatan lingkungan yang memerlukan penanganan serius, diantaranya yaitu jumlah keluarga yang diperiksa yang memiliki akses sanitasi dasar masih rendah. Penyakit yang banyak timbul di masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara adalah penyakit diare, scabies, dan penyakit yang bersumber dari binatang seperti malaria, DBD, dan lainnya. Masalah lain seperti kurang gizi, Perilaku kesehatan yang kurang bersih terhadap lingkungan, kedaruratan, kejadian bencana dan sejenisnya (Dinkes Kabupaten Aceh Tenggara, 2007). Gambaran sanitasi di Kecamatan Babussalam masih rendah, hal ini dapat dilihat dari persentase Kepala Keluarga (KK) yang memiliki sarana kesehatan lingkungan, yaitu: Jamban (47,33%), Tempat Sampah (31,26%), Pengelolaan Air Limbah (46,10%), Persediaan Air Bersih (83,30%), Ledeng (35%), Sumur Pompa Tangan (0,68%), Sumur Gali (35,98%), Rumah Sehat (46,24%) dan kepala keluarga berperilaku hidup bersih dan sehat (0,25%). Target cakupan higiene dan sanitasi nasional adalah 85% (Dinkes Kabupaten Aceh Tenggara, 2007). Dalam Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat di Kabupaten Simeulue yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan, meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat dan perumahan sehat yang biasanya ditangani secara lintas sektor. Kondisi lingkungan fisik dan biologis untuk Kabupaten Simeulue dapat dilihat

dari beberapa hal seperti: sarana air bersih, pembuangan kotoran, saluran pembungan air limbah (SPAL) dan penyehatan lingkungan. Sebagai upaya program kesehatan lingkungan yang perlu dilakukan melalui pengalokasian sumber daya dan sumber dana yang terhadap aset sebagai wujud menciptakan pelayanan kesehatan yang maksimal sebagai investasi yang sangat berharga dan sangat perlu bagi masyarakat melalui upaya upaya program salah satunya upaya penyediaan sarana air bersih. Pelayanan air bersih memberi indikator dalam aspek sosial yang perlu mendapatkan perhatian. Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber air yang banyak digunakan masyarakat di Kabupaten Simeulue antara lain Sumur Gali, Penampungan Air Hujan, Air sungai dan Air PAM (Profil Kesehatan Kab.Simeulue, 2007). Tahun 2007 jumlah keluarga yang memiliki sarana air bersih masih sangat minim. Dari hasil pengumpulan data melalui laporan bulanan masing-masing Puskesmas penggunaan air bersih pada setiap keluarga yang paling tertinggi adalah sumur gali ± (60,2 %), penampungan air hujan ± (16,3 %) sedangkan ledeng hanya ± (8,8 %) (Profil Kesehatan Kab.Simeulue, 2007). Sarana Saluran pembuangan air limbah juga erat hubungannya dengan kondisi lingkungan rumah dan sekitarnya dengan resiko pencemaran. Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi persediaan air, bersih, kepemilikan jamban keluarga, tempat sampah dan pengelolan air limbah keluarga keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan. Dari hasil pendataan yang ada dari tiap Kecamatan menggambarkan jumlah keluarga yang memiliki tempat pengelolaan air limbah keluarga di Kabupaten Simeulue masih 52,40 % dan

ketersediaan tempat pembuangan sampah masih dibawah 42 %. Dan persentase sarana pengelolaan sampah masih di bawah 42% (Profil Kesehatan Kab.Simeulue, 2007). Perilaku hidup bersih dan sehat juga sangat penting dalam peningkatan derajat kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam PHBS, beberapa program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Personal hygiene, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. Dengan demikian, perlu diadakannya upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menciptakan suatu kondisi bagi kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat secara berkesinambungan. Upaya ini dilaksanakan melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Depkes, 2005). Pelaku-pelaku pembangunan kesehatan yang melakukan pemberdayaan dengan penekanan upaya promotif dan preventif, harus memperhatikan karakteristik sasarannya agar tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana secara efektif. Perilaku hidup bersih dan sehat anggota masyarakat ikut berkontribusi pada kesehatan seluruh masyarakat. Secara umum masyarakat masih menganggap perilaku hidup bersih

merupakan urusan pribadi yang tidak terlalu penting. Mereka melihat bahwa buruknya perilaku terkait sanitasi oleh satu anggota masyarakat, juga akan mempengaruhi kesehatan masyarakat lainnya (Priatna, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Kasiodihardjo dan Anwar musadad (2007) di Tangerang, Banten, seluruh responden rumah tangga di Kec. Teluk Naga, hanya 43,1% yang memiliki sarana air bersih, baik untuk minum, mandi, maupun cuci. Demikian pula mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar (BAB) di Kec. Teluk Naga 97,5% dan di Kec. Kosambi 98,7%. Sedangkan rumah tangga yang membuang sampah di tempat semestinya, di Kec. Teluk Naga baru 47,5% dan di Kec. Kosambi 70,2%. Penyakit yang muncul akibat rendahnya PHBS dan sarana sanitasi antara lain cacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan indonesia dan rendahnya kualitas hidup sumber daya manusia. Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Salah satu bagian tubuh manusia yang cukup sensitive terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya pertumbuhan

jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik, dan faktor sosio-ekonomi yang kurang memadai. Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan kuku (Harahap, 2000). Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, data Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue tahun 2010 yang bersumber dari laporan Puskesmas dari 8 kecamatan tahun 2010 tercatat di Kecamatan Teupah Barat terdapat 20 desa dengan jumlah penduduk total 7.575 jiwa. Kasus penyakit yang tertinggi adalah penyakit kulit yang terjadi di Kecamatan Teupah barat ini yaitu sebanyak 1066 kasus dermatitis dan Scabies sebanyak 626 kasus, penyakit diare 450 kasus. Pengetahuan yang kurang dan PHBS yang tidak baik serta kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi faktor penyebab penyakit. Oleh karena itu perlu diadakannya penelitian lanjutan tentang perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue ini. 1.2. Permasalahan Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah ada pengaruh pengetahuan dan sarana sanitasi lingkungan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue.

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sarana sanitasi lingkungan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue. 1.4. Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue. 2. Ada pengaruh sarana sanitasi lingkungan (sarana air bersih, sarana pengelolaan air limbah, sarana pengelolaan sampah) terhadap perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue. Sehingga dapat di ambil suatu kebijakan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat setempat. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat agar mengetahui bahaya kesehatan yang disebabkan oleh perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik dan

sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sehingga dapat dilakukan perbaikan perilaku masyarakat setempat. 3. Dapat menjadi referensi ilmiah yang memberikan informasi di bidang ilmu pengetahuan tentang pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat serta faktor-faktor yang memengaruhinya khususnya dalam tatanan rumah tangga.