Laporan Situasi Penegakan Hukum, HAM dan Keamanan di Aceh Januari-Maret 2015 A. Latar Belakang Laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang situasi HAM dan penegakan hukum di Aceh sepanjang bulan Januari-Maret 2015. Disusun berdasarkan hasil pemantauan KontraS Aceh di beberapa wilayah kerja. Proses perdamaian yang berkelanjutan masih dipertanyakan, dikarenakan masih maraknya tindakan kekerasan dalam proses penegakan hukum yang selama ini terjadi. Perdamaian yang berlangsung di Aceh tidak hanya berbicara tentang berhentinya perang antara pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), akan tetapi bagaimana memberikan rasa aman dan keadilan kepada masyarakat dalam melakukan aktifitas sehari-hari tanpa merasa takut dari berbagai ancaman. Proses perdamaian yang berlangsung di Aceh masih dilihat semat-mata hanya berhentinya perang antara kedua belah pihak. Sementara itu, aksi kekerasan yang menggunakan senjata api makin sering terjadi, apakah ini bagian dari belum terselesainya agenda-agenda perdamaian? Hingga kini pemerintah Aceh dan kepolisian belum mampu menjawabnya. Marahnya tindakan kekerasan yang menggunakan senjata api menunjukan indakator bahwa proses perdamaian yang sedang berjalan di Aceh belum mampu mengujudkan rasa aman di masyarakat. Dalam kontek penegakan hukum dan hak asasi manusia di Aceh pasca konflik menjadi cermin kepada pihak kepolisian menyangkut dengan pelindungan kepada masyarakat. Polisi masih menggunakan tindakan sewenang-wenang dalam menghadapi berbagai persoalan yang terjadi. B. Kekerasan oleh aktor Negara Sepanjang periode Januari hingga Maret 2015 KontraS Aceh melakukan pemantauan terhadap dua kasus kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan di Aceh. Satu kasus kekerasan yang dilakukan oleh kapolsek beserta anggotanya terhadap warga. Satunya lagi kasus yang dilakukan oleh anggota Satpol PP terkait dengan penegakan Syariat Islam.
Pada tanggal 6 Februari 2015, Asnawi (43) warga Desa Manyang, Kecamatan Murah Mulia, Kabupaten Aceh Utara, dianiaya oleh anggota polisi yang bertugas di Polsek Tanah Luas Aceh Utara. Kejadian itu terjadi ketika korban bersama rekannya pulang dari kebun, dalam perjalanan pulang, sampai di tengah perjalanan tepatnya di Desa Lhok Kreut, kecamatan tanah luas kedua dihentikan oleh sejumlah anggota polisi dan diminta mengeluarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Setelah menyerahkan KTP, salah seorang polisi yang juga Kapolsek Tanah Luas meminta dompet korban. Korban menolak menyerahkan dompek kepada polisi kemudian korban langsung di tonjok dan ditendang. Kondisi korban harus dirawat dirumah sakit. 1 Pada tanggal 9 Februari 2015 Muk (19) mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Kota Langsa, mengalami cidera kepala akibat dipukul oleh anggota satpol PP dan warga Gampong Sidodadi, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa. Peristiwa itu terjadi ketika Muk ditangkap warga dirumah kostnya dengan pasangannya yang masih berstatus siswi di salah satu SMA di Langsa. Kemudian Muk di bawa ke kantor keuchik untuk di interogasi, setelah di interogasi di kantor keuchik tidak lama kemudian datang petugas WH untuk di jemput, disaat itulah kejadian korban di pukul oleh anggota Satpol PP. kondisi korban harus rawat intensif di RSUD Langsa karena mengalami cidera kepala akibat dipukul. 2 C. Situasi Keamanan Tindakan kekerasan dalam berbagai bentuk yang dilakukan di Aceh hingga kini belum terungkap siapa pelakunya, tindak penculikan dan perampokan bersenjata api, memberikan dampak bahwa penegakan hukum dalam hal ini kepolisian tidak mampu menjamin keamanan dimasyarakat. Maraknya tindakan aksi kekerasan menggunakan bersenjata api yang terjadi pantai timur Aceh menunjukan bahwa pihak kepolisian tidak bisa melakukan apapun untuk menjamin keamanan dimasyarakat. 1 Investigasi KontraS Aceh 7 Februari 2015 2 Serambinews, 10 Februari 2015
Hasil pantauan yang dilakukan oleh kontras Aceh selama tiga bulanan, aksi kekerasan menggunakan senjata seperti dibiarkan oleh aparatur penegakan hukum, seharusnya pihak kepolisian lebih proaktif dalam menyikapi kasus yang terjadi. Pasifnya tindakan kepolisian tersebut menimbulkan keresahan masyarakat meningkat. Selain itu juga, penculikan dan pembunuhan terhadap anggota TNI yang dilakukan oleh orang tidak di kenal (OTK), banyak pihak berasumsi bahwa kejahatan dalam proses perdamaian masih terjadi, artinya pihak TNI sendiri memberikan komentar bahwa ada pihak GAM yang dibentuk baru untuk mengacaukan perdamaian. Sebagaimana yang disampaikan oleh panglima TNI terkait dengan situasi pasca penembakan terhadap pasukannya waktu itu. Panglima TNI, Jenderal Moeldoko mengatakan TNI tidak akan tinggal diam dengan adanya pembunuhan dua anggota Kodim 0103 Aceh Utara, Sertu Indra dan Serda Hendri, Selasa 24 Maret 2015 di Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara. siap angkat senjata untuk memerangi kelompok penembak anggota TNI tersebut. Kami sedang identifikasi pelaku. Kami kerja sama dengan kepolisian. Perintah saya jelas, cari (pelakunya) sampai ketemu, Jenderal bintang empat itu memerintahkan anak buahnya untuk mencari pelaku penembakan sembari menyebutkan bahwa kelompok yang membunuh kedua anggota TNI itu merupakan mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang membuat kelompok baru di Aceh. Kondisi di Aceh itu sporadis, ada sempalan lama yang ingin merasa eksis. Mereka mantan GAM yang membuat kelompok baru. 3 3 Serambinews.com tanggal 1 April 2015
Menteri pertahanan (Menhan) Jendral (purn) Ryamizard Ryacudu mengatakan kasus penembakan 2 anggota Kodim di Aceh Utara tidak terjadi lagi. Jika terulang lagi, maka dikhawatirkan akan ada lagi daerah operasi militer (DOM). DOM di Aceh pernah diberlakukan pada 1990-1998 untuk melawan GAM. 4 Selain itu juga, Komandan Resor Militer (Danrem) 011 Lilawangsa (LW), Kolonel Ahmad Daniel Chardin menyatakan, TNI yang sedang mengepung sejumlah kecamatan di wilayah barat Aceh Utara untuk memburu kelompok bersenjata api (bersenpi), baru akan ditarik jika masyarakat sudah merasa aman. Soalnya, pasukan TNI dikerahkan ke sana selain untuk memburu kelompok bersenpi yang membunuh dua TNI di Dusun Batee Pila, Desa Alue Papeun, Kecamatan Nisam Antara, juga untuk melindungi masyarakat yang masih resah akibat keberadaan kelompok bersenpi di wilayah mereka. Pelaku masih terus diburu, tapi sekarang fokusnya tidak hanya di kawasan Nisam dan Nisam Antara, melainkan juga ke kecamatan lain, seperti Sawang dan Kuta Makmur, maupun sejumlah kecamatan lain di wilayah itu. 5 Kedua pernyataan yang di keluarkan oleh pejabat TNI ini memberikan dampak yang sangat signifikan terkait dengan situasi keamanan dalam proses perdamaian di Aceh. Hal ini menunjukan bahwa pihak TNI belum memberikan kepercayaan penuh kepada pihak sipil terkait dengan situasi keamanan, dalam kontek ini kepolisian yang memiliki kekuasaan dan penanggung jawab penuh menyangkut dengan situasi keamanan. Seharusnya TNI kembali kepada tugas pokok dan fungsinya, Pihak TNI baru bisa dilibatkan untuk mengendalikan situasi keamanan apabila diminta bantu oleh Pemerintah dengan alasan yang jelas dan batasan waktu sampai kapan tugas perbantuan tersebut dilakukan, karena secara tupoksi tugas utama TNI adalah Operasi Militer Perang sedangkan untuk Operasi Militer Selain Perang (OMSP) jika dibutuhkan saja. Kapolda Inspektur Jendral Pol Husein Hamidi mengatakan kondisi Aceh terkini masih sangat kondusif. Masyarakat dia minta tenang dan tidak waswas serta tetap melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Masyarakat sudah cukup lelah dengan adanya kekerasan-kekerasan bersenjata. Untuk itu, Kapolda berharap kejadian seperti ini tidak lagi terulang, karena setelah konflik bersenjata melanda Aceh lalu, ditambah musibah tsunami, tentunya menjadi trauma dan ketakutan tersendiri bagi masyarakat Aceh. 4 Detik.com 26 Maret 2015 5 Serambinews.com
Terkait motif penembakan kedua anggota TNI itu, Kabid Humas Polda Aceh, AKBP Teuku Saladin mengatakan bahwa kasus penembakan terhadap dua anggota TNI belum mengetahuinya motif karena polisi masih menyelidikinya dan tersangka masih diburu polisi yang juga ikut dibantu TNI. Hingga kini Polisi masih mendalami perkara ini hingga tersangka didapat dan kasus ini bisa terungkap. 6 Wakil presiden RI Jusuf Kala, mengatakan penembakan dua anggota TNI di Aceh tidak terkait dengan gerakan separatis, tetapi lebih kepada kriminal, pernyataan yang sangat berbeda oleh Jusuf Kala seharusnya diikuti juga dengan penarikan pasukan TNI dilapangan, karena kalau terkait dengan kasus criminal murni menjadi tugas kepolisian walaupun yang terbunuh anggota TNI. Keuchik Syawaluddin, mengatakan Pembunuhan terhadap dua anggota TNI di Alue Papeun, Kecamatan Nisam Antara dampaknya juga dirasakan oleh masyarakat mereka takut untuk ke kebun karena banyak TNI sehingga perekonomian masyarakat sedikit terhambat, kami juga ingin masyarakat bisa segera berkebun lagi karena selama ini ekonomi kami tergantung sama pinang. D. Kebebasan Beragama Kebebasan beragama masih anggap sesuatu menakutkan persoalan keyakinan seseorang, hal ini sangat terlihat jelas bahwa budaya toleransi sudah mulai terkikis di Aceh, kondisi ini dapat lihat dengan dua peristiwa terkait dengan kebebasan beragama. Kasus Rosnida Sari, dosen Universitas Islam Negeri Ar Raniry yang membawa mahasiswa melakukan studi pembandingan gender ke salah satu gereja yang ada di Aceh. Namun, masyarakat secara umum menilai tindakan yang dilakukan oleh Rosnida Sari sudah menyimpang dari ajaran Islam. Namum tindakan yang dilakukan oleh Rosnida Sari bertujuan untuk melihat bagaiamana pandangan agama lain terhadap gender. Kejadian tersebut berawal dari tulisan Rosnida Sari yang diwebsite Australia, kemudian banyak pihak memposting tulisan tersebut ke media social. Kondisi tersebut membuat Rosnida Sari harus keluar dari Aceh karena tidak aman. Ketidak amanan tersebut sangat mempengaruhi terhadap psikologinya. Dekan Fakultas dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Dr A.Rani mengatakan, hasil rapat senat fakultas dakwah, bahwa Rosnida sari di non-aktifkan sementara waktu dan rapat juga mengeluarkan beberapa rekomendasi seperti meminta pimpinan UIN Ar Raniry membina 6 Serambinews 27 Maret 2015
dan mendampingi Rosnida Sari terkait agama dan aqidah. Selain itu juga, Rosnida Sari juga diminta untuk meminta maaf kepada pimpinan dan civitas akademika Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Rektor UIN Ar-Raniry, para orang tua mahasiswa, tokoh-tokoh masyarakat Aceh, dan seluruh masyarakat Aceh melalui media massa. 7 Pada tanggal 7 Januari 2015, Pemerintah Kota Banda Aceh bersama Masyarakat Lamgapang, Krueng Barona Jaya, Aceh Besar dan personil Polsek Krueng Barona Jaya melakukan penggerebekan kantor Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) karena di duga aliran sesat. Sesampai di kantor yang berada di jalan Lamgapang ini, puluhan warga langsung memasuki kantor dua lantai itu dan memeriksa semua barang serta menyuruh anggota organisasi itu untuk menghentikan kegiatan dan keluar dari kantor. Setelah itu, warga memeriksa setiap sudut ruangan kantor dan mengeluarkan semua barang berupa buku, laptop, majalah, dan selebaran. Warga kemudian menemukan beberapa catatan diari anggota yang diyakini baru ditulis. Menyampaikan visi dan misi Gafatar di Aceh sesuai Millah Abraham, suatu sistem kehidupan sesuai dengan Millah Abraham. Tahapan kita saat ini memasuki fase tiga hijrah, memperkenalkan mesias sebagai guru spiritual, jangan menyanggah tentang Ahmad Musadeq dan beberapa point lainnya yang diduga warga erat kaitan dengan aliran Millata Abraham. 8 E. Proyeksi Kekerasan-kekerasan bersenjata api akan terjadi peningkatan dalam setahun ini diakibatkan masih adanya kelompok-kelompok yang belum menikmati hasil perdamaian, tahun 2015 awal menyosong perheletan politik pemilihan kepala daerah (pilkada) 2017 yang bakal diwarnai oleh banyaknya kandidat mau mencalonkan diri sebagai Gubernur/Wakil Gubernur di Aceh, berkaca pada setiap menjelang pemilu di Aceh selalu diwarnai dengan aksi-aksi kekerasan bersenjata. Kekerasan berdimensi penegakan syariat islam dan kekerasan terkait agama masih akan terus terjadi kalau tidak diwaspadi secara dini, banyak pembentukan-pembentukan tim penegak syariat islam kalau tanpa dibarengi dengan petunjuk-pentujuk kerja yang jelas maka akan sangat rawan terjadi kekerasan. Disisi lain juga lahirnya produk hukum yang berbasis syariat islam tanpa dibarengi grand desain yang jelas terkait pelaksanan syariat islam maka akan lahir Qanun-Qanun tidak pro prinsip-prinsip HAM universal. 7 Atjehpost.co, 9 Januari 2015 8 Serambinews.com
F. Penutup Demikian laporan kondisi Hak Asasi Manusia dan hukum di Aceh periode Januari Maret 2015. Berbagai kekurangan, seyogyanya dapat didiskusikan. Semoga laporan ini dapat menginspirasi pengambilan kebijakan dan sikap organisasi berikutnya. Perdamaian berkeadilan untuk Aceh! Sumber : KontraS Aceh