BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB 5 RINGKASAN. Salah satu jenis perkawinan yang menjadi kebudayaan Jepang yaitu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

BAB IV ANALISIS TENTANG MEKANISME DAN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI. A. Analisis Mekanisme Perkawinan Usia Dini di desa Kalilembu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

PETUNJUK PENGISIAN. 4. Jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda. Kerahasiaan jawaban Anda serta Identitas Anda akan di jamin sepenuhnya.

Kaum Adam, Jadilah Pria Sejati

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

Bab 1. Pendahuluan. Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

PEMBAHASAN Dalam masyarakat Sasak, mengenal beberapa cara pelaksanaan perkawinan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah.

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Orang tua akan merasa kesulitan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB V HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga

dan Pertunangan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya,

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah. dalam sebuah pernikahan. Seperti pendapat Saxton (dalam Larasati, 2012) bahwa

Transkripsi:

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG Seperti halnya masalah sosial lainnya, fenomena Sekkusu shinai shokogun ini turut memberi dampak terhadap kaum muda, masyarakat, juga negara dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang. Adapun dampak dari fenomena Sekkusu shinai shokogun tersebut adalah sebagai berikut: 3.1 Diri Sendiri (Pelaku Sekkusu Shinai Shokogun) Disadari atau tidak fenomena Sekkusu shinai shokogun memiliki dampak negatif bagi pelakunya. Dampak negatif bagi pelaku Sekkusu shinai shokogun akan terasa nanti kalau telah memasuki usia tua. Pelaku Sekkusu shinai shokogun akan hidup sendiri tidak ada pendamping hidup. Selain itu dampak yang ditimbulkan oleh fenomena Sekkusu shinai shokogun untuk diri sendiri yaitu membuat diri kesepian, tidak memiliki keturunan, membuat hidup tidak teratur, dan hilangnya hasrat untuk berhubungan seks untuk selamanya, serta menjadi masyarakat yang individualis. Usaha yang dilakukan diri sendiri atau pelaku Sekkusu shinai shokogun untuk mengatasi masalah yang terjadi: 1. Melakukan Konsultasi Kaum muda Jepang harus sering melakukan konsultasi tentang baiknya menjalin hubungan lawan jenis, pernikahan, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan yang membuat kaum muda Jepang saat ini menghidari, tidak melakukan bahkan 39

tidak memiliki hasrat untuk melakukan hubungan seksual atu hubungan intim kepada konsultan yang berkompeten dalam bidangnya. 2. Mengubah Pola Pikir Kaum muda Jepang harus mengubah pola pikirnya terhadap pernikahan dan menjalin sebuah hubungan yang serius. Pola pikir dimana pernikahan memberikan kebahagian, kesenangan, dan hal-hal baik lainnya. Bukannya pernikahan membuat seseorang tidak bebas, terkekang, dan hal-hal yang seakan pernikahan membuat seseorang tidak berkembang. Mengembalikan pola pikir bahwa perikahan banyak gunanya, bukan pernikahan tidak ada gunanya. 3. Mengurangi Jam dalam Bekerja Seseorang baik laki-laki maupun perempuan harus mengurangi jam bekerjanya. Seseorang tidak harus menghabiskan waktunya hanya untuk urusan pekerjaan saja. Untuk mengembalikan hasrat atau keinginan untuk melakukan hubungan seksual atau hubungan intim. Pemikiran untuk membuat ikatan atau menikah kembali ada kepada yang belum menikah. Seseorang yang sudah menikah akan mengembalikan keadaan kondusif seperti biasanya dalam hubungan intim antar pasangan. 3.2 Masyarakat Masyarakat Jepang yang terkenal dengan komitmen untuk membuat ikatan tidak sekuat dulu lagi. Jeff Kingston, seorang pengamat Jepang, menyatakan saat ini kohesi sosial diantara masyarakat Jepang telah melemah. Masyarakat tidak lagi terlalu peduli tentang orang-orang yang tinggal di lingkungan sekitarnya atau pun mencampuri urusan orang. Banyaknya contok kasus fenomena Sekkusu shinai 40

shokogun yang terjadi pada kaum muda Jepang. Dan ketika pemerintah mengadakan survei yang terlihat dimana hasilnya, begita banyaknya laki-laki maupun perempuan dalam beberapa bulan terakhir tidak melakukan hubungan seks akibat kekelahan bekerja dan alasan-alasan lainnya. Peningkatan jumlah kasus fenomena Sekkusu shinai shokogun pada kaum muda di Jepang dari waktu ke waktu akhirnya mulai menggugah perhatian masyarakat untuk lebih peduli terhadap kaum muda yang enggan untuk membuat sebuah ikatan pernikahan. Meningkatnya setiap tahun fenomena Sekkusu shinai shokogun yang terjadi di Jepang merupakan hal yang meresahkan juga bagi masyarakat Jepang sendiri dan memberikan dampak yang sangat besar dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang. Dampak yang ditimbulkan oleh fenomena Sekkusu shinai shokogun bagi masyarakat Jepang diantaranya yaitu: 1. Bisa mempengaruhi masyarakat lain untuk mengikuti pola pikir pelaku Sekkusu shinai shokogun yang nantinya membuat statistiknya bertambah banyak. 2. Menambah masalah sosial dalam masyarakat di Jepang yang sepenuhnya belum teratasi satu persatu. 3. Membuat masyarakat yang menghabiskan waktu untuk bekerja saja semakin apatis terhadap melakukan hubungan intim apalagi sampai melakukan pernikahan. Usaha untuk mengatasi berkembangnya fenomena Sekkusu shinai shokogun oleh masyarakat, diantaranya: 41

1. Melestarikan Tradisi Perjodohan Omiai Walaupun mempunyai jam kerja yang padat, seseorang ingin segera menikah dan membangun rumah tangga. Bisa mengikuti omiai untuk mencari jodoh atau pasangan hidup. Omiai sendiri bisa dikatakan perjodohan yang melibatkan orang tua dari kedua belah pihak. Ada juga yang melakukannya seperti kencan buta, bedanya pada kencan tersebut, satu sama lain saling menceritakan diri masing-masing dan mengharapkan terjadinya persetujuan untuk menikah. Di zaman modern ini, ada yang menyediakan jasa perantara untuk omiai. Jasa pertama, orang yang ingin melakukan omiai mengajukan proposal ke perantara. Kemudian perantara tersebut memilih dua pasangan yang cocok menurut latar belakang masing-masing. Pada pertemuan pertama biasanya hanya sekedar basa-basi dengan saling bertukar informasi. Kemudian di akhir pertemuan akan di putuskan akan dilanjutkan atau tidak. Hal ini pun juga harus disetujui oleh orang tua dari kedua belah pihak. Kedua pasangan yang akan di jodohkan bertemu secara langsung di tempat yang kesannya pribadi seperti ruang privat hotel, rumah pihak pria, maupun wanita. Pakaian yang dikenakan pun harus formal dan biasanya beberapa orang memakai pakaian tradisonal Jepang. Kedua belah pihak melakukan acara makan bersama. Dan setelah acara pendahuluan itu selesai, biasanya para orang tua akan meninggalkan pasangan tersebut berbincang bincang berdua untuk saling mengenal. Jasa kedua memilih cara yang lebih simple. Perantara akan menggelar pesta yang diikuti oleh anggota omiai dengan harapan dalam pesta tersebut mereka saling berinteraksi dan bertukar informasi sehingga mendapatkan 42

pasangan yang cocok. Biasanya pada saat omiai, pasangan tidak membicarakan hal seperti mantan kekasih, pandangan politik, masalah pendapatan, dan agama. Setelah dilakukan pertemuan secara berkala, maka pasangan akan memutuskan akan menikah atau tidak. Jika akhirnya memutuskan untuk menikah, maka si perantara akan mendapatkan 10% dari mas kawin sebagai tanda terima kasih dan bisa menjadi pendamping mempelai sebagai pengganti peran orang tua. Peran masyarakat Jepang sangat dibutuhkan untuk melestarikan atau menjaga serta melakukan terus menurus tradisi perjodohan omiai ini. Tradisi perjodohan omiai ini dapat membantu sesorang mendapat pasangan dan menikah setelah saling menemukan kecocokan satu sama lainnya. 2. Membuka Jasa Konsultasi Masyarakat dapat membantu pemerintah untuk mengatasi atau mengurangi fenomena Sekkusu shinai shokogun yang menjangkiti kaum muda Jepang saat ini. Masyarakat dapat membantunya dengan membuka jasa konsultasi yang berkaitan dengan berkurang ketertarikam kaum muda Jepang untuk melakukan seks saat ini. Salah satunya membantu seseorang kesulitan dalam mendapatkan jodoh, mempertemukan kedua klien dalam menumbuhkan rasa untuk memiliki gairah lagi, atau menjadi perantara antara kedua orang kesulitan dalam menentukan keputusan dalam menikah dan lainnya. 3. Membuka Kelas Konseling Dengan membuka kelas konseling merupakan kesempatan untuk menyatukan laki-laki dan perempuan bersama-sama. Dengan itu mereka bisa 43

menikmati anggur untuk memecahkan ketegangan dan berkomunikasi lebih, dan akhirnya dapat berinteraksi dan bisa meningkat ke arah yang lebih tinggi lagi yaitu pernikahan atau menjalin hubungan dalam ikatan. 3.3 Negara dan Pemerintah Fenomena Sekkusu shinai shokogun bagi pemerintah Jepang merupakan masalah sosial yang sangat mengkhawatirkan. Fenomena tersebut sangat berdampak besar terhadap negara Jepang saat ini dan masa akan datang. Dampak yang ditimbulkan oleh fenomena Sekkusu shinai shokogun bagi negara Jepang diantaraya: 1. Berkurangnya angka usia produktif akibat berkurang angka kelahiran yang penduduk Jepang hasilkan. 2. Berkurangnya jumlah populasi Jepang akibat berkurangnya ketertarikan untuk menikah. 3. Mengganggu ekonomi negara Jepang karena berkurangnya pekerja muda. Usaha yang dilakukan pemerintah Jepang untuk mengurangi atau mengatasi berkembangnya fenomena Sekkusu shinai shokogun. 1. Mengadakan Biro Perjodohan Pada anggaran fiskal tahun 2014, pemerintah Jepang menyisihkan anggaran sebesar 40 juta yen atau sekitar Rp.4,4 miliar untuk proyek-proyek meningkatkan pernikahan dan kelahiran pada kaum muda Jepang, termasuk acara perjodohan. Acara perjodohan disebut michikon. Dalam acara ini, sebanyak 200 pasang muda-mudi dipertemukan untuk berjodoh. Acara dikemas seromantis 44

mungkin untuk membangun chemistry atau kecocokan satu sama lainnya di antara pasangan muda-mudi tersebut. 2. Cuti Untuk Pria Salah satunya kebijakaan lain yang ditegakkan pemerintah Jepang untuk menanggulangi dampak fenomena Sekkusu shinai shokogun, pria yang istrinya melahirkan diberikan kesempatan atau dibolehkan atau didorong agar mengambil cuti pekerjaan untuk menemani istri mereka dan meningkatkan keintiman dalam hubungan keluarga tersebut. 3. Pemerintah Jepang Mengeluarkan Kebijakan yang Mendukung Setiap Warga Negaranya Memiliki Anak Pemerintah Jepang juga telah mengusahakan serangkaian kampanye dan kebijakan untuk mendorong pasangan yang telah menikah dan punya anak untuk punya anak lagi. Pemerintah Jepang akan membantu warga yang mempunyai anak lagi. 4. Penelitian Keberhasilan pemerintah Jepang dalam memberikan kesejahteraan bagi semua masyarakatnya, terutama untuk kaum muda tidak terlepas dari peran lembaga penelitian setempat. Lembaga punya divisi penelitian yang melakukan riset terkait dengan perkembangan masalah kaum muda yang di hadapi pemerintah Jepang saat ini. 5. Pulang Kerja Lebih Cepat dan Tunjangan untuk Anak Pemerintah memberikan kebijakan membuat perusahaan menetapkan bahwa staf mereka harus pulang dari kantor pada pukul enam sore hingga meningkatkan tunjangan anak. 45

6. Peningkatan Gaji dan Promosi Pekerja Wanita Peningkatan gaji dan promosi di Jepang bertujuan agar para wanita tidak perlu keluar kerja setelah menikah karena mereka dihargai hampir sama dengan para pekerja pria. Selain itu, hak cuti melahirkan juga boleh diambil oleh pihak pria agar para wanita dengan karir bagus juga tidak keluar dari tempat mereka kerja dengan alasan merawat anak. Setelah anak lebih dari satu tahun bisa dimasukkan ke penitipan anak meskipun biayanya mahal, namun dengan gaji wanita yang cukup tinggi masalah tersebut dapat terselesaikan. 46

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Sekkusu shinai shokogun merupakan fenomena sosial di Jepang yang dimana masyarakatnya tidak tertarik melakukan hubungan seks dan menikah. Fenomena Sekkusu shinai shokogun membuat angka kelahiran di Jepang semakin rendah dari tahun ke tahun. Beberapa faktor penyebab terjadinya fenomena Sekkusu shinai shokogun yaitu: kelelahan akibat bekerja, ketakutan membuat sebuah ikatan pasti, kondisi ekonomi yang menuntut harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, perubahan pandangan terhadap pernikahan serta melemah interaksi sosial antar kaum muda Jepang. 2. Jepang adalah salah satu negara dengan tingkat perekonomian terbesar di dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, meski begitu Jepang tidak terlepas dari masalah-masalah sosial yang harus dihadapi. Hal tersebut merupakan salah satu dampak dari perkembangan industri yang pesat sehingga turut mengubah pola perilaku masyarakatnya. Dampak yang ditimbulkan oleh fenomena Sekkusu shinai shokogun adalah dampak diri sendiri, masyarakat, dan negara atau pemerintah. Upaya untuk mengatasi masalah fenomena Sekkusu shinai shokogun ini dari diri sendiri, masyarakat, dan dari pemerintah. Masyarakat dan pemerintah haru saling besinergi membantu untuk mengatasi masalah sosial ini. 47

4.2 Saran 1. Jika di negara berkembang sedang digalakkan program keluarga berencana karena tingginya angka kelahiran, maka di negara maju yang memiliki tingkat kelahiran rendah seharusnya pemerintahnya lebih giat mensosialisasikan tentang pentingnya menikah dan melanjutkan keturunan bagi kelangsungan negara khususnya masyarakat itu sendiri. 2. Baik masyarakat maupun pemerintah harus lebih meningkatkan lagi kepedulian sosial dan menekan sikap individualis karena masalah sosial yang terjadi bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau instansi-instansi tertentu, melainkan semua pihak. Program-program untuk menangani masalah sosial tidak akan berhasil jka tidak ada dukungan dari semua pihak yang terkait. 3. Pemerintah Jepang harus sekuat tenaga berupaya mengatasi fenomena Sekkusu shinai shokogun tidak berkembang karena akan menambah masalah lainnya nanti di masa yang akan datang di Jepang dan berupaya mencarikan solusi terbaik dalam masalah ini. 48