HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA MODULUS ELASTISITAS DENGAN KUAT TEKAN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN MAUPUN SEMEN PORTLAND TIPE I

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PENGARUH JENIS AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

PENGARUH JENIS SEMEN DAN JENIS AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON

Scanned by CamScanner

I MADE ALIT KARYAWAN SALAIN Fakultas Teknik, Universitas Udayana

PENGARUH PENAMBAHAN ABU KULIT KOPI TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON

BAB I PENDAHULUAN. juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah,

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

STUDI PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND POZOLAN (PPC) UNTUK PERENCANAAN BETON STRUKTURAL DENGAN f c = 25 MPa

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

PERMEABILITAS BETON DENGAN PENAMBAHAN STYROFOAM

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

JURNAL TEODOLITA. VOL. 15 NO. 2, Desember 2014 ISSN DAFTAR ISI

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

Scaffolding 3 (1) (2014) Scaffolding.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

THE INFLUENCE OF INITIAL PRESSURE ON THE CONCRETE COMPRESSIVE STRENGTH. Lina Flaviana Tilik, Maulid M. Iqbal, Rosidawani Firdaus ABSTRACT

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

PENGARUH PERBANDINGAN AGREGAT HALUS DENGAN AGREGAT KASAR TERHADAP WORKABILITY DAN KUAT TEKAN BETON

Scaffolding 3 (1) (2014) Scaffolding.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

PENGARUH JUMLAH SEMEN DAN FAS TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN AGREGAT YANG BERASAL DARI SUNGAI

PENGARUH STYROFOAM DAN SEMEN PORTLAND KOMPOSIT PADA CAMPURAN ASPAL LAPIS PERMUKAAN (AC WC) TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON. Hanif *) ABSTRAK

PERBEDAAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN DUA JENIS SEMEN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

8KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN SNI-DT PADA BERBAGAI VARIASI KADAR AIR AGREGAT

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo

Studi Mengenai Campuran Beton dengan Kadar Pasir Tinggi dalam Agregat Gabungan pada Cara SNI

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

Berat Tertahan (gram)

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND POZZOLAN

PENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Irzal Agus. (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN SIKAMENT LN

Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN MODULUS ELASTISITAS

PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON ABSTRACT

PENGARUH VARIASI DIAMETER MAKSIMUM AGREGAT DALAM CAMPURAN TERHADAP KEKUATAN TEKAN BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

1.2. TUJUAN PENELITIAN

PEMAKAIAN ADDITIVE MICRO SILICA DALAM CAMPURAN BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT TEKAN BETON NORMAL

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

COMPRESSIVE STRENGTH AND ELASTIC MODULUS OF CONCRETE BY ADDING STYROFOAM (STYROCON)

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA

Studi Lanjut Mengenai Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Beton Cara Dreux Gorrise

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN ABU TERBANG DALAM JUMLAH BESAR PADA PEMBUATAN BETON. (The Use of High Volume Fly Ash in The Concrete Production)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

PEMANFAATAN FOAM AGENT DAN MATERIAL LOKAL DALAM PEMBUATAN BATA RINGAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

PERILAKU MEKANIK BETON BERONGGA MENGGUNAKAN AIR LAUT

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

SPLITTING AND MODULUS RUPTURE TENSION STRENGTH OF CONCRETE BY ADDING STYROFOAM

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

ANALISA AGREGAT KASAR SEBAGAI VARIABEL BAHAN CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN METODE SNI DAN ACI (Studi Kasus Beton Mutu K-300)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)


BAB III LANDASAN TEORI

Tinjauan Kembali Mengenai Pengaruh Modulus Kehalusan Pasir terhadap Kuat Tekan Beton

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I 1

Studi Tentang Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Campuran Beton Cara Dreux Gorrise

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS BATU KAPUR KRISTALIN TUGAS AKHIR PROGRAM SI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERSEMBAHAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI

PEMBUATAN BETON RINGAN DENGAN CRUMB RUBBER LIGHTWEIGHT CONCRETE MAKING WITH RUBBER CRUMB

ANALISIS KUAT TEKAN BETON CAMPURAN PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR BETON MUTU SEDANG

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 10, No. 2, Juli 2006 HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN I Made Alit Karyawan Salain 1 dan I.B. Rai Widiarsa 1 Astrak: Huungan antara kuat tekan ( ) dan faktor air semen (fas) pada eton yang diuat dengan menggunakan semen portland-pozzolan (PPC) telah diteliti pada umur 3, 7, 28 dan 90 hari. Seagai pemanding digunakan eton yang diuat dengan menggunakan semen portland tipe I (PC). Campuran eton ditetapkan dalam perandingan erat, antara semen : agregat halus : agregat kasar seesar 1 : 2 : 3 dengan variasi fas : 0,4, 0,5, 0,7 dan 0,9. Untuk uji tekan digunakan silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm dimana untuk satu umur uji dan nilai fas diuat 3 (tiga) uah enda uji. Pemuatan dan perawatan enda uji dilakukan dengan tata cara standar. Hasil penelitian menunjukkan ahwa huungan antara dan fas pada eton dengan PPC mengikuti hukum Duff Arams yaitu kuat tekan erkurang secara exponential dengan meningkatnya nilai faktor air semen. Pada umur awal kuat tekan eton dengan PPC leih rendah dari eton dengan PC, namun leih tinggi setelah melampaui umur 7 hari. Pada penggunaan nilai faktor air semen antara 0,4 sampai 0,9, peredaan kuat tekan yang dihasilkan oleh eton yang diuat dengan PPC dan PC hanyalah sekitar 1-17% dan 3-26% erturut-turut pada umur 28 dan 90 hari. Kata kunci: PPC, kuat tekan, faktor air semen. RELATIONSHIP BETWEEN COMPRESSION STRENGTH AND WATER CEMENT RATIO OF CONCRETE MADE BY USING POZZOLAN- PORTLAND CEMENT Astract: The relation etween compression strength ( ) and water cement ratio (w/c) for concrete made y using Pozzoland-Portland Cement (PPC) has een studied at age of 3, 7, 28 and 90 days. As a control, it was used concrete made y using type I Portland Cement (PC). The mixture of concrete was 1:2:3 y mass and w/c was varied: 0.4, 0.5, 0.7 and 0.9. The compression strength was determined y using cylinders with 150 mm diameter and 300 mm height. Three samples were used for strength test for each w/c and age. The result of this study shows that the relation etween and w/c for concrete made y using PPC follows Duff Arams law that is the compression strength exponentially decreases y the increase of w/c. At early age, concrete made y using PPC produces lower strength than made y using PC, ut higher after 7 days of hydration. At the use of w/c from 0.4 until 0.9, concrete with PPC gives aout 1-17% and 3-26% more compression strength than with PC respectively at 28 and 90 days. Keywords: PPC, compression strength, w/c. PENDAHULUAN Dalam teknologi eton, kekuatan, khususnya kuat tekan, adalah merupakan properti dari eton yang paling di perhatikan oleh rekayasawan karena erhuungan langsung dengan kemampuan dari material terseut untuk menahan ean-ean yang ekerja. 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar. 189

Huungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen. Salain dan Widiarsa Diketahui ahwa kuat tekan eton anyak dipe-ngaruhi oleh ahan pementuknya sehingga kontrol kualitas dari ahan-ahan terseut maupun komposisinya di dalam eton harus diperhitungkan dengan seksama agar diperoleh eton sesuai dengan yang diinginkan. Untuk dapat memuat eton sesuai dengan kualitas yang direncanakan disyaratkan ahwa komposisi eton selayaknya ditentukan melalui analisis yang dalam teknologi eton diseut Rancangan Campuran Beton ( Concrete Mix Design). Salah satu tahapan dalam rancangan terseut adalah menentukan nilai faktor air semen (fas) yang merupakan peran - dingan antara jumlah air eas dan jumlah semen yang digunakan dalam campuran eton. Nilai fas ini dapat diprediksi dengan menggunakan kurva yang menghuungkan kuat tekan eton ( ) dan fas. Standar yang ada iasanya menyediakan kurva-kurva hanya untuk eton yang direncanakan menggunakan tipe semen portland yang umum (SK SNI T-15-1990- 03). Padahal saat ini semen portlandpozzolan, yang mempunyai karakteristik ereda dengan semen portland umum (Mehta, 1986; Murdock and Brook, 1986; Neville and Brooks, 1998; SNI 15-2049- 1994; SNI 15-0302-1994) telah anyak digunakan dalam jasa konstruksi (Semen Gresik Group, 1997). Hal ini menimulkan pertanyaan apakah kurva-kurva yang tersedia di dalam peraturan masih tetap layak digunakan untuk memprediksi nilai fas dari eton yang direncanakan. Mengingat kondisi aktual di atas, dalam penelitian ini akan dicari huungan antara dengan fas pada eton yang diuat dengan menggunakan semen portland-pozzolan. Seagai pemanding diuat juga eton dengan memakai semen portland tipe I. MATERI DAN METODE Materi Penelitian ini menggunakan ahanahan untuk campuran eton normal yang terdiri dari air, semen, agregat halus dan agregat kasar. Air untuk mencampur eton diamil dari saluran PDAM yang ada di Laoratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana. Untuk perekat hidrolik digunakan dua macam semen dari produsen yang sama : semen portland-pozzolan tipe IP-U (PPC) dan semen portland tipe I (PC). Seagai agregat halus digunakan pasir yang erasal dari industri pemecahan atu sedangkan untuk agregat kasar digunakan atu pecah dengan diameter maksimum 40 mm. Beerapa sifat fisik dari semen, agregat halus dan agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini dicantumkan di dalam Tael 1. Tael 1. Sifat fisik dari semen, agregat halus dan agregat kasar Sifat Fisik Bahan PPC PC Agregat Halus Agregat Kasar Berat Satuan (kg/l) 1,21 1,30 1,46 1,37 Berat Jenis SSD - - 2,56 2,39 Penyerapan Air (%) - - 1,36 3,72 Kadar Lumpur (%) - - 4,44 1,20 Kadar Air (%) - - 7,30 3,02 Kekerasan dengan Los - - - 38,60 Sedangkan pada Gamar 1 ditunjuk-kan gradasi dari agregat gaungannya terhadap ketentuan standar SK SNI T-15-1990-03 untuk agregat dengan diameter maksimum 40 mm. 190

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 10, No. 2, Juli 2006 Lolos Ayakan (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Batas Baw ah Batas Atas Gradasi Agregat Gaungan 0 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5 12.5 19 25.4 38.1 Ukuran Ayakan (mm) Gamar 1. Gradasi agregat gaungan Metode Untuk masing-masing tipe semen diuat enda uji eton erupa silinder dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Beton dirancang dengan menggunakan perandingan erat yang konstan antara semen : agregat halus : agregat kasar, yaitu seesar 1 : 2 : 3. Nilai fas yang digunakan adalah 0,4, 0,5, 0,7 dan 0,9. Pencampuran eton dilakukan dengan mesin pencampur dimana seelum dicampur agregat disiapkan dalam kondisi Saturated Surface Dry (SSD). Benda uji yang telah dicetak diiarkan dalam cetakannya selama 24 jam dan setelah itu diuka dari cetakannya untuk selanjutnya mendapatkan perawatan. Perawatan dilaksanakan dengan merendam enda uji dalam air sampai dengan waktu yang ditentukan untuk uji kuat tekan : 3, 7, 28 dan 90 hari, dengan menggunakan masing-masing 3 enda uji. Seelum pengujian, enda uji di capping untuk mendapatkan permukaan yang rata. Dari infomasi nilai fas yang ditetapkan dan nilai kuat tekan yang dihasilkan untuk eragai umur uji selanjutnya dilakukan analisis untuk mencari huungan antara dan fas pada eragai umur. Hal ini dilakukan aik pada eton yang diuat dengan menggunakan PPC maupun diuat dengan PC. Dalam analisis terseut digunakan nilai rata-rata yang diperoleh dari enda uji yang telah memenuhi syarat. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kuat Tekan Hasil uji kuat tekan pada eragai umur uji untuk masing-masing variasi nilai faktor air semen disajikan pada Tael 2. Dari Tael 2 akan terlihat ahwa terjadi penurunan nilai kuat tekan eton dengan peningkatan nilai fas, namun dengan ertamahnya umur, untuk suatu nilai fas, terjadi peningkatan kuat tekan. Selisih peningkatan kuat tekan yang terjadi secara umum leih esar pada penggunaan fas rendah. Hal ini terjadi aik pada eton yang diuat dengan menggunakan PPC maupun yang menggunakan PC. 191

Huungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen. Salain dan Widiarsa Tael 2. Kuat tekan eton pada eragai umur uji dan faktor air semen Umur (hari) Kuat tekan (MPa) Faktor air semen 0,4 0,5 0,7 0,9 PPC PC PPC PC PPC PC PPC PC 3 20,10 22,84 14,81 14,63 5,75 6,32 2,93 3,11 7 24,82 29,94 22,55 21,23 6,42 7,64 3,77 5,47 28 41,12 37,27 30,48 28,03 12,08 10,57 8,59 5,95 90 45,45 43,03 34,25 33,59 15,95 15,19 10,95 8,68 Huungan antara kuat tekan dan fas Huungan antara dan fas pada eragai umur uji diturunkan melalui analisis regresi dengan menggunakan entuk persamaan sesuai dengan yang diusulkan oleh Duff Arams [Mehta,1986; Murdock and Brook, 1986], seagai erikut : ' A 1,5 fas B dimana A dan B adalah konstanta. Persamaan yang diperoleh dari analisis terseut erserta nilai korelasinya dierikan pada Tael 3. Pada tael terseut, terlihat ahwa rumusan yang diusulkan oleh Duff Arams menggamarkan dengan aik hasil yang diperoleh pada penelitian ini. Tael 3. Hasil analisis regresi faktor air semen dan kuat tekan eton pada eragai umur uji Umur Uji PPC PC (Hari) Persamaan Regresi R Persamaan Regresi R 3 ' 100.650 ' 109.024 14.116 0.998 14.297 1.000 ' 141.514 7 15.570 ' 148.312 28 8.959 0.983 ' 174.432 0.996 12.779 ' 117.066 0.995 10.665 0.997 90 ' 144.040 0.997 7.113 ' 164.757 0.998 9.049 Kurva yang menggamarkan huungan antara dan fas pada eragai umur uji yang didapat dari hasil analisis regresi terseut, selanjutnya ditampilkan pada Gamar 2. Dari Gamar 2 terseut terlihat ahwa kuat tekan erkurang secara exponential dengan meningkatnya nilai fas. Hal ini terjadi aik pada eton yang diuat dengan menggunakan PPC maupun dengan menggunakan PC. Selanjutnya terlihat juga ahwa pada usia awal (3 dan 7 hari), eton yang diuat dengan menggunakan PPC menghasilkan kuat tekan relatif leih rendah diandingkan dengan eton yang menggunakan PC. Namun demikian setelah umur hidrasi ertamah, eton yang diuat dengan menggunakan PPC mampu menghasilkan kuat tekan yang leih tinggi. 192

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 10, No. 2, Juli 2006 Kuat Tekan Beton (MPa) 50 PPC PC 40 30 20 10 0 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 90hari 28 hari 7 hari 3hari Faktor Air Semen Gamar 2. Huungan antara kuat tekan dan faktor air semen pada eragai umur Dari hasil regresi diperoleh ahwa untuk nilai fas antara 0,4 sampai 0,9, eton dengan PPC menghasilkan kuat tekan leih tinggi 1-17% diandingkan dengan eton dengan PC pada umur 28 hari dan menjadi leih tinggi 3-26% pada umur 90 hari. Pemahasan Kuat tekan eton erhuungan erat dengan waktu hidrasi, nilai fas yang digunakan pada saat mencampur eton dan jenis semen yang digunakan. Wajar ahwa waktu hidrasi erhuungan dengan kekuatan eton : semakin ertamah umur eton semakin tinggi kekuatan eton yang dihasilkan walaupun dengan peningkatan kekuatan yang semakin kecil. Hal ini erkaitan dengan proses pengerasan yang terjadi di dalam pasta semen yang mana terkait dengan reaktivitas dari masing-masing senyawa pementuk semen. Selain itu, hal terseut juga diseakan karena proses hidrasi semakin sulit dilaksanakan erkaitan dengan semakin meningkatnya jumlah produk hidrasi dan erkurangnya jumlah air atau akses yang tersedia untuk melangsungkan reaksi. Di sisi lain dicatat ahwa peningkatan nilai fas menyeakan penurunan pada kuat tekan eton yang dihasilkan. Diketahui ahwa jumlah air yang digunakan dalam adukan eton erhuungan dengan jumlah dan ukuran pori yang terentuk dalam eton. Semakin anyak air yang digunakan untuk mengaduk eton (nilai fas meningkat) maka jumlah dan ukuran pori yang terentuk semakin esar sehingga struktur eton menjadi semakin porous yang mana akhirnya akan menghasilkan eton dengan kuat tekan rendah [Mehta, 1986; Murdock and Brook, 1986; Dreux et Festa, 1995; Neville and Brooks 1998]. Pada usia hidrasi yang panjang, penggunaan PPC pada eton dapat memerikan kuat tekan yang leih tinggi daripada eton yang diuat dengan menggunakan PC. Diandingkan dengan PC, umumnya proses hidrasi PPC, karena mengandung pozzolan, erjalan perlahan sehingga perkemangan kekuatannya juga akan erlangsung lamat. Dengan ertamahnya umur, reaksi pozzolanik yang terjadi erikutnya, antara silika dan alumina aktif dari pozzolan dengan Ca(OH) 2 yang dihasilkan dari hidrasi C 3 S 193

Huungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen. Salain dan Widiarsa dan C 2 S pada semen portland, akan menamah jumlah produk hidrasi yang dihasilkan (C-S-H dan C-A-S-H) sehingga menyeakan kekuatan eton dengan PPC mampu melampaui kekuatan yang dihasilkan oleh eton dengan PC. Peristiwa ini terjadi setelah eton erumur leih dari 7 hari. Namun demikian pada umur 28 hari dan pada penggunaan nilai fas seesar 0,4 sampai 0,6, peningkatan kuat tekan yang terjadi tidaklah terlalu tinggi, hanya seesar 1-7%. Hal ini menunjukkan ahwa untuk nilai fas yang umum, eton yang diuat dengan PPC masih layak dirancang dengan menggunakan kurva standar yang ada. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Dari analisa hasil penelitian ini dapat disimpulkan eerapa hal seagai erikut: Huungan faktor air semen dan kuat tekan eton dengan PPC mengikuti hukum Duff Arams yaitu kuat tekan erkurang secara exponential dengan meningkatnya nilai faktor air semen. Pada umur awal kuat tekan eton dengan PPC leih rendah dari eton dengan PC, namun leih tinggi setelah melampaui umur 7 hari. Pada penggunaan nilai faktor air semen antara 0,4 sampai 0,9, peredaan kuat tekan yang dihasilkan oleh eton yang diuat dengan PPC dan PC hanyalah sekitar 1-17% dan 3-26% erturut-turut pada umur 28 dan 90 hari. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, eerapa saran dapat disampaikan yaitu: Untuk memperkirakan jumlah air pengaduk dalam memuat campuran eton dengan menggunakan PPC, pada kisaran fas 0,4-0,6, dapat digunakan kurva pada SK SNI T-15-1990-03. Perlu dilakukan penelitian leih lanjut terhadap properti lainnya dari eton yang diuat dengan menggunakan PPC. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memantu dalam penulisan artikel ini dan juga kepada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana yang telah memantu pemiayaan penelitian ini melalui dana hiah Semi- QUE V tahun 2004. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1990. Tata Cara Pemuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T- 15-1990-03), Departemen Pekerjaan Umum. Anonim. 1994. Standar Nasional Indonesia Untuk Semen Portland (SNI 15-2049-1994), Departemen Pekerjaan Umum. Anonim. 1994. Standar Nasional Indonesia Untuk Semen Portland Pozzolan (SNI 15-0302-1994), Departemen Pekerjaan Umum. Anonim. 1997. Seminar Sehari Pertemuan Teknis Tentang Penggunaan Semen, Kanwil Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Bali ekerjasama dengan PT Semen Gresik (Persero) Tk. Mehta, P.K. 1986. Concrete Structure Properties and Materials, Englewood Cliffs, New Jersey. Murdock, L.J. and Brook, K.M. 1999. Bahan Dan Praktek Beton (terjemahan Stepanus Hindarko), Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta. Neville, A.M. and Brooks J.J. 1990. Concrete Technology, Longman, Singapura. 194