BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

Metsi Daud 1. Keywords: Emotional Intelligence, Academic Achievement

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia,

kebenaran yang didasarkan atas manfaat atau kegunaannya(soleh, 1988).

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh dan memproses pengetahuan. Hal ini berarti Kondisi menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

ANALISIS FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA D-IV BIDAN PENDIDIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMA Negeri 2 Mataram

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

PENGARUH INTELLIGENCE QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini membahas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan perusahaan, karena peran karyawan sebagai subyek

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dina Febriastuti MAN 1 Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu

1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin

ANDRI HERMAWAN YUSUF,

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berupaya mempengaruhi mengarahkan dan mengembangkan

(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih. pendidikannya atau yang akan terjun ke masyarakat.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud dapat mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Dalam Undang undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan terkait pengertian dari pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1. Menurut W. S. Winkel, pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar dia mencapai 1 Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Bandung :Fokus Media, 2006 ), hal. 2 1

2 kedewasaan 2. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah merupakan daya upaya untuk memberikan tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka baik dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir dan batin yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat 3. Dengan demikian pendidikan yang diberikan orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya, dapat berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. Pendidikan pertama kali di dapatkan dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Sekolah sebagai lembaga formal dan merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Hasil dari proses belajar dapat tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Belajar merupakan suatu aktifitas yang sadar akan tujuan 4. Tujuan belajar 2 Achmad Fatoni, Dinamika Pendidikan Anak. (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hal. 113 3 Ibid., hal. 113 4 Saiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hal. 21

3 disini yaitu agar terjadi perubahan dalam arti menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Menurut Djamarah, prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. 5 Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Meski pencapaian prestasi itu penuh dengan rintangan dan tantangan yang harus dihadapi oleh seseorang, namun seseorang tidak akn pernah menyerah untuk mencapainya. Perubahan yang terjadi dalam diri individu sebagai hasil dari pengalaman itu sebenarnya usaha dari individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut WJS.Poerwadarminto, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Nasrun Harahap, prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan 5 Ibid., hal. 19

4 penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. 6 Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dijelaskan pengertian prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan yang berupa perubahan tingkah laku yang dialami oleh subyek belajar di dalam suatu interaksi dengan lingkungannya. Dalam sejarah kehidupan manusia, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masingmasing 7. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang 6 Ibid., hal. 20-21 7 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal.12

5 mempengaruhi. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama 8. Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa. Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970) menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun 8 Daniel Goleman, Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional) Mengapa EI lebih penting daripada IQ, terj. T. Hermaya. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal. 44

6 kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja. Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi belajar seseorang. Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ 9. Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) 9 Daniel Goleman, Working With Emotional Intelligence (terjemahan). (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.2002). hal. 44

7 melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial 10. Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Melihat dari pemaparan atau uraian di atas tentang begitu pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual terhadap keberhasilan seseorang,maka dari itu untuk lebih memantapkan pemahaman tersebut peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh kedua kecerdasan tersebut terhadap perkembangan prestasi seorang siswa di 10 Ibid., hal. 512

8 sekolah yang selama ini masih memandang prestasi hanya diukur dari intelektual saja. Untuk penelitian kaitannya dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual ini, peneliti telah berinisiatif bagaimana jika kedua kecerdasan tersebut dikaitkan dengan prestasi matematika siswasiswi di sekolah tentunya dapat diindikasikan bahwa hal tersebut ada pengaruhnya. Oleh karena itu, setelah peneliti memilah dan memilih sekaligus meninjau lokasi atau subyek penelitian yang kira-kira cocok untuk dijadikan subyek penelitian, akhirnya peneliti menjadikan MTsN Bandung Tulungagung sebagai subyek penelitian, dengan alasan, sekolah tersebut telah berkompeten memiliki daya saing, bermutu bagus dan menerapkan sistem pembelajaran khususnya matematika yang kurang tepat didukung dengan adanya kegiatan dan pelatihan semacam training EQ dan IQ di sekolah tersebut. Oleh karena itu dengan adanya hal itu didukung dengan teori yang menyebutkan bahwa ada keterkaitan yang kuat antara kecerdasan emosional, spiritual dan intelektual, maka peneliti mencoba mengukur seberapa besar pengaruhnya kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual tersebut terhadap prestasi siswa dalam belajar matematika. Pada penelitian ini, penulis mengunakan sampel pada Siswa Kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013.

9 Uraian diatas mendorong penulis untuk mengkaji persoalan itu secara lebih mendalam yang hasilnya dituangkan dalam skripsi dengan judul Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Prestasi Matematika Siswa Kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap Prestasi Matematika Siswa Kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013? b. Apakah ada pengaruh kecerdasan intelektual terhadap Prestasi Matematika Siswa Kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013? c. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual terhadap Prestasi Matematika Siswa Kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013? C. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap Prestasi Matematika Siswa Kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013.

10 b. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual terhadap Prestasi Matematika Siswa Kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013. c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual terhadap Prestasi Matematika Siswa Kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dan empiris dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. 11 Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013. b. Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013. c. Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013. 11 Tim lab. Jurusan. Pedoman Penyusunan Skripsi STAIN Tulungagung(Tulungagung: t.p.2012)hal. 8

11 E. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai hubungan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual terhadap prestasi matematika siswa. 2. Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Bagi guru sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya dengan meningkatkan kecerdasan emosional dan intelektual di dalam pembelajaran matematika di MTsN Bandung Tulungagung. b. Bagi siswa sebagai salah satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar matematika yang dapat memberikan pengalaman menyenangkan dan memotivasi siswa untuk lebih giat belajar di MTsN Bandung Tulungagung. c. Bagi sekolah sebagai bahan informasi untuk mengetahui kecerdasan siswa secara emosional dan intelektual sekaligus sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa matematika di MTsN Bandung Tulungagung.

12 d. Bagi peneliti sebagai pengalaman dan masukan dalam pembelajaran yaitu bagaimana seharusnya peneliti melakukan penelitian dan mengajarkan matematika dengan asyik dan menyenangkan sekaligus diterima secara emosi dan intelektual. F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dengan judul Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Prestasi Matematika Siswa Kelas VII MTsN Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013, ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual b. Prestasi belajar matematika siswa. c. Pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual terhadap prestasi matematika siswa. 2. Keterbatasan Penelitian Dari ruang lingkup di atas, maka penulis memberikan batasan penelitian sebagai berikut: a. Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual b. Pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual terhadap prestasi matematika siswa. c. Siswa MTsN Bandung Tulungagung kelas VII B

13 G. Penegasan Istilah Agar dikalangan pembaca tidak terjadi kesalahpahaman dan salah penafsiran ketika mencermati judul skripsi Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Prestasi Matematika Siswa Kelas VII MTsN Bandung Tulungagung Tahun Pelajaran 2012/2013, maka perlu dikemukakan seperti penegasan istilah yang dipandang menjadi kata kunci. 1. Secara Konseptual a. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang/ benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 12 b. Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi. c. Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Intelektual atau yang sering disebut IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. 12 DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 849

14 d. Prestasi Matematika Prestasi adalah hasil yang dicapai dari yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. 13 Prestasi matematika adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam penguasaan terhadap materi matematika yang telah dipelajari, yang diukur berdasarkan nilai yang diperoleh. Adapun prestasi belajar dalam penelitian ini adalah dilihat dari nilai raport mata pelajaran matematika. 2. Secara Operasional Secara operasional yang dimaksud dalam penelitian Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Prestasi Matematika Siswa adalah penelitian ilmiah yang ingin mengetahui apakah ada pengaruh dalam prestasi Matematika dengan kecerdasan emosional dengan kecerdasan intelektual pada siswa. H. Sistematika Pembahasan Agar mempermudah dalam memahami dan mengkaji skripsi ini, maka penulis membagi dalam beberapa bab dan sub bab, sebagai berikut: BAB I merupakan pendahuluan yang meliputi: a) latar belakang masalah, b) rumusan masalah, c) tujuan penelitian, d) hipotesis penelitian,e) kegunaan penelitian, f) ruang lingkup dan pembatasan masalah, g) penegasan istilah dan h) sistematika pembahasan. 13 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar..., hal. 19

15 Bab II Landasan Teori, yang terdiri dari (a) tinjauan tentang Kecerdasan Emosional yang meliputi: pengertian kecerdasan emosional, faktor kecerdasan emosional ; (b) tinjauan tentang Kecerdasan Intelektual yang meliputi : pengertian kecerdasan intelektual, macam- macam kecerdasan intelektual, (c) tinjauan tentang Prestasi Belajar yang meliputi: pengertian prestasi belajar, indikator prestasi belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar; (c) tinjauan tentang matematika, meliputi: pengertian matematika, tujuan matematika; (d) tinjauan tentang pembahasan pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar matematika; (e) hasil penelitian terdahulu; dan (f) Kerangka konseptual penelitian. Bab III Metode Penelitian, meliputi: (a) Pendekatan dan Jenis penelitian; (b) populasi penelitian, sampling, dan sampel penelitian; (c) Sumber data, variabel, skala pengukuran; (d) Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian; (e) Analisis data BAB IV merupakan laporan hasil penelitian, yang berisi tentang: a) Hasil penelitian; b) penyajian data dan analisis data; c) Rekapitulasi hasil penelitian; d) pembahasan hasil penelitian. BAB V adalah penutup yang memuat tentang: a) kesimpulan dan b) saran.