PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
b) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1984 TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA INSTANSI PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1988 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG DAN JASA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTA H REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah);

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 14 TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TENGAH

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1994 TENTANG TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/94

BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 56 TAHUN 2017 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 706 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 001 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1984 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1983/1984 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 20 TAHUN 1997 (20/1997) Tanggal: 23 MEI 1997 (JAKARTA)

DASAR-DASAR PELELANGAN

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

2017, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 07 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

WALIKOTA TASIKMALAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1993 TENTANG TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1992/93

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

7. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 7 Tahun 2007 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/94 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN SOSIAL

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 61/KPTS/1981 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TAHUN : 2005 NOMOR : 05

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA TENGAH

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 1981 TENTANG PENYEMPURNAAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 14 A TAHUN 1980 TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaannya secara berhasilguna dan berdayaguna, dipandang perlu untuk menyempurnakan beberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 14 A Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara beserta Penjelasan dan Lampirannya ; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 ; 2. Indische Comptabiliteitswet (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telah diubah dan ditambah, terakhir dengan Undangundang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860) ; 3. Keputusan Presiden Nomor 14 A Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ; M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENYEMPURNAAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 14 A TAHUN 1980 TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, Pasal I

- 2 - Pasal I A. Beberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 14 A Tahun 1980 diubah sebagai berikut : 1.a. Pada Pasal 19 ayat (1) huruf (d) ditambahkan ketentuan baru menjadi huruf (d) angka (2), yang berbunyi : "2, Dalam kontrak dicantumkan bahwa ; a) Pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah yang memperoleh pekerjaan pemborongan/ pembelian barang dengan kelonggaran 10% (sepuluh persen) harus melaksanakan sendiri pekerjaan pemborongan/pembelian tersebut dan dilarang menyerahkan pekerjaan pemborongan/pembelian barang tersebut kepada pihak lain ; b) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dilanggar, maka kontrak pekerjaan pemborongan/pembelian barang tersebut dibatalkan dan kontraktor/rekanan golongan ekonomi lemah yang bersangkutan dikeluarkan dari daftar pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah dari Daftar Rekanan Yang Mampu (DRM)" ; b. Ketentuan Pasal 19 ayat (1) huruf d menjadi huruf d angka 1. 2. Ketentuan Pasal 19 ayat (1) huruf g, diubah sehingga menjadi berbunyi : "g, 1.

- 3 - "g, 1. Apabila dalam pelelangan untuk pemborongan/pembelian yang terpilih adalah pemborong/ rekanan yang tidak termasuk golongan ekonomi lemah, maka dalam surat perjanjian (kontrak) ditetapkan kewajiban pemborong/rekanan tersebut untuk : a) bekerjasama dengan pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat, antara lain dengan sub Kontraktor atau leveransir barang, bahan dan jasa ; b) membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan ketetapan sebagaimana dimaksud dalam huruf a) untuk disampaikan kepada Pemimpin Proyek yang bersangkutan. 2, Apabila pemborong/rekanan yang bersangkutan tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, maka disamping kontrak akan batal, pemborong/rekanan yang bersangkutan dikeluarkan dari Daftar Rekanan yang Mampu (DRM)". 3. Ketentuan Pasal 19 ayat (10), diubah sehingga menjadi berbunyi "a. Dalam melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (1), Pemimpin Proyek menggunakan daftar pemborong/ rekanan golongan ekonomi lemah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (8) ; b, Sebelum adanya daftar sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), Pemimpin Proyek menggunakan daftar pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah yang disusun olehnya berdasarkan hasil konsultasi dengan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II". 4. Ketentuan

- 4-4. Ketentuan Pasal 19 ayat (13), diubah sehingga menjadi berbunyi : " Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sampai dengan ayat (12) berlaku juga bagi : a. Pemerintah Daerah dalam hal pemborongan/pembelian dengan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) b. Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dengan Undangundang atau berdasarkan Undang-undang, baik dalam hal pemborongan/pembelian maupun dalam hal penjualan hasil produksinya atau barang niaga yang diperdagangkannya". 5. Ketentuan Pasal 19 ayat (14), diubah sehingga menjadi berbunyi : "Pimpinan Departemen/Lernbaga/Kantor/Satuan Kerja/ Proyek dan Pemerintah Daerah yang melakukan pemborongan/pembelian bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan ketentuan ayat (1) sampai dengan ayat (12)". 6. Pada Pasal 19 ditambahkan ketentuan ayat baru menjadi ayat (15) yang berbunyi : "Pimpinan Badan Usaha Millk Negara yang melakukan pemborongan/pembelian serta penjualan hasil produksi atau barang niaga yang diperdagangkan bertanggungjawab sepenuhnya atas pelaksanaan ketentuan ayat (1) sampai dengan ayat (12)", 7. Ketentuan Pasal 20 ayat (2), diubah sehingga menjadi berbunyi : "a,semua pelelangan pekerjaan untuk pemborongan/ pembelian dengan nilai pelelangan di atas Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500,000,000,- (lima ratus juta rupiah) dilakukan di tempat Lokasi Kantor/Satuan Kerja/Proyek, atau di Ibukota Kabupaten/ Kotamadya ; b. Pengecualian

- 5 - b. Pengecualian terhadap ketentuan huruf a hanya dapat dilakukan dengan Keputusan Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I yang menetapkan tempat pelelangan setelah mendengar pertimbangan Bupati/Walikotamadya Daerah Tingkat II dan Pemimpin Proyek yang bersangkutan", 8. Ketentuan Pasal 20 ayat (3), diubah sehingga menjadi berbunyi : "a. Semua pelelangan pekerjaan untuk pemborongan/ pembelian dengan nilai pelelangan di atas Rp 500,000,000,- (lima ratus juta rupiah) dilakukan di tempat lokasi Kantor/Satuan Kerja/ Proyek, di Ibukota Kabupaten/Kotamadya atau di Ibukota Propinsi yang bersangkutan ; b. Pengecualian terhadap ketentuan huruff a hanya dapat dilakukan dengan Keputusan Team Pengendali Pengadaan yang menetapkan tempat pelelangan setelah mendengar pertimbangan Menteri/Ketua Lembaga dan Gubernur/Kepala Daerah. Tingkat I yang bersangkutan", 9. Ketentuan Pasal 20 ayat (4) dan ayat (5) dihapus, 10. Ketentuan Pasal 21 ayat (1) diubah sehingga menjadli berbunyi : "Pelelangan terbatas adalah pelelangan yang dilakukan di antaraa semua calon pemborong/rekanan yang tercatat dalam "Daftar Rekanan yang Mampu (DRM)", yaitu yang lulus dalam prakualifikasi yang diadakan oleh Panitia Prakualifikasi. Pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah peserta pelelangan terbatas yang tercatat dalam "Daftar Rekanan yang Mampu (DRM)" juga harus tercatat dalam daftar pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (8), B. Beberapa

- 6 - B. Beberapa Penjelasan Keputusan Presiden Nomor 14 A Tahun 1980 diubah sebagai berikut : 1. Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf d, diubah sehingga menjadi berbunyi : "Angka 1 dan angka 2 Tujuan pemberian 10% (sepuluh persen) adalah dalam rangka mengembangkan kemampuan golongan ekonomi lemah. Apabila mereka yang telah memperoleh kelonggaran tersebut menyerahkan pekerjaannya kepada pihak lain, maka pemberian kelonggaran tersebut tidak mengenai sasaran. Oleh karena itu perlu ditetapkan sanksi terhadap mereka yang menyalahgunakan kelonggaran yang diberikan oleh Pemerintah". 2. Ditambahkan Penjelasan Pasal 79 ayat (1) huruf g yang berbunyi : "Angka 1 dan angka 2 Ketentuan bahwa pemborong/rekanan yang tidak termasuk lemah berkewajiban untuk bekerjasama dengan pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat harus benar-benar terlaksana dalam rangka meningkatkan kemampuan pengusaha golongan ekonomi lemah. Untuk itu, Pemimpin Proyek berkewajiban untuk mengawasi pelaksanaan ketentuan ini", 3, a. Pada Penjelasan Pasal 19 ayat (5) ditambahkan penjelasan baru,menjadi Penjelasan huruf b, yang berbunyi : (b), Dalam hal perusahaan berbentuk Perseroan Komanditer atau Firma, maka lebih dari separo Pimpinan Perusahaan adalah pribumi. Dalam hal Perusahaan Perorangan, maka perorangan yang bersangkutan adalah pribumi"; b. Penjelasan

- 7 - b. Penjelasan ayat (5) lama menjadi huruf a. 4. a. Kata-kata pada Penjelasan Pasal 19 yang berbunyi : "Ayat (6) sampai dengan ayat (10) Cukup jelas". diubah sehingga menjadi berbunyi "Ayat (6) sampai dengan ayat (9) Cukup jelas", b. Pada Penjelasan Pasal 19 ditambahkan Penjelasan ayat (10) yang berbunyi : "Masing-masing Instansi dan Pemimpin Proyek di Daerah tidak menyusun daftar pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah secara sendiri-sendiri, melainkan menggunakan daftar pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat (8), hanya apabila daftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (8) belum ada, maka Pemimpin Proyek menggunakan daftar pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah yang disusunnya berdasarkan hasil konsultasi dengan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat li", 5. a. Kata-kata pada Penjelasan Pasal 21 yang berbunyi. "Ayat (1) sampai dengan ayat (7) Cukup jelas", diubah sehingga menjadi berbunyi "Ayat (2) sampai dengan ayat (7) Cukup jelas". b. Penjelasan Pasal 21 ayat (1) berbunyi : Dalam hal pelelangan terbatas, semua pemborong/rekanan yang tercatat dalam "Daftar Rekanan yang Mampu (DRM)" harus diundang untuk pelelangan sesuai dengan bidang kegiatan dan klasifikasi kemampuannya", 6. a.

- 8-6. a. Kata-kata pada Penjelasan Pasal 23 yapg berbunyi : "Ayat (2), (3), dan ayat (4) Cukup jelas". diubah sehingga menjadi berbunyi : "Ayat (3) dan ayat (4) Cukup jelas", b. Penjelasan Pasal 23 ayat (2) berbunyi : "Dalam pengadaan tanah untuk keperiuan proyek, Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II berkewajiban untuk menjaga agar : a. lokasi tanah yang diperuntukkarl bagi proyek pembangunan sesuai dengan rencana tataguna tanah Pemerintah Daerah ; b. harga tanah memadai dalam arti yang paling menguntungkan bagi negara dan harga tanah tersebut juga serasi bagi proyek-proyek pembangunan di daerah yang bersangkutan". C. Pada Lampiran I Keputusan Presiden. Nomor 14 A Tahun 1980 diadakan perubahan sebagai berikut : 1. Pada angka I Ketentuan Umum a. Angka 1 huruf b, diubah sehingga menjadi berbunyi. "Pelelangan Umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan atau pada papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat mengikuti pelelangan tersebut dapat mengikutinya". b. Angka

- 9 - b. Angka 1 huruf c, diubah sehingga menjadi berbunyi : "Pelelangan terbatas adalah pelelangan yang dilakukan di antara semua calon pemborong/rekanan yang tercatat dalam "Daftar Rekanan yang Mampu (DRM)", sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 21, Dalam pelelangan ini Pemimpin Proyek/Kantor/Satuan Kerja/Instansi yang bersangkutan menyampaikan pengumuman tentang lelang tersebut kepada semua pemborong / rekanan dalam "Daftar Rekanan yang Mampu (DRM)", di bidang usaha bersangkutan", c. Angka 6 ayat (4) diubah, sehingga menjadi berbunyi ; "Pengecualian terhadap pelelangan di tempat lokasi Kantor/Satuan Kerja/Proyek atau di Ibukota Kabupaten/Kotamadya hanya dilakukan dengan Keputusan Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I yang menetapkan tempat pelelangan setelah mendengar pertimbangan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dan Pemimpin Proyek yang bersangkutan", d. Angka 6 ayat (5) diubah sehingga menjadi berbunyi : "Pengecualian terhadap pelelangan di tempat lokasi/kantor/satuan Kerja/Proyek atau di Ibukota Propinsi hanya dilakukan dengan Keputusan Team Pengendali Pengadaan yang menetapkan tempat pelelangan setelah mendengar pertimbangan Menteri/Ketua Lembaga dan Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan". 2. Pada

- 10-2. Pada angka II Pelelangan Umum a. Angka 3 Pengumuman dan Pemberian Penjelasan huruf c, diubah sehingga menjadi berbunyi "Penjelasan mengenai rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) pemborongan/pembelian, syarat-syarat peserta dan tatacara penilaian pelelangan yang disahkan oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja/ Pemimpin Proyek dilakukan di tempat dan pada waktu yang ditentukan, dihadiri oleh para calon peserta/peminat pelelangan", b. Angka 5 Penetapan Calon Pemenang huruf a, diubah sehingga menjadi berbunyi : "Apabila harga dalam penawaran telah dianggap wajar, dan dalam batas ketentuan mengenai harga satuan (harga standar) yang telah ditetapkan, serta telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, maka Panitia menetapkan 3 (tiga) peserta yang telah memasukkan penawaran yang paling menguntungkan bagi negara dalam arti. (1) penawaran secara teknis dapat dipertanggung jawabkan ; (2)perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggung jawabkan ; (3)penawaran tersebut adalah yang terendah di antara penawaranpenawaran yang memenuhi syarat-syarat tersebut pada angka (1) dan angka (2) ", c. Pada angka 7 Pengumuman Pemenang, ditambahkan ketentuan baru menjadi ketentuan huruf (d) yang berbunyi : "Penunjukkan

- 11 - "Penunjukkan pemenang belum dapat dilakukan selama jawaban atas sanggahan tersebut belum diterima oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek". d. Pada angka 8 Penunjukkan Pemenang, diadakan penyempurnaan sebagai berikut : d.l. huruf (a) diubah, sehingga menjadi berbunyi. "a, Penunjukkan pemenang hanya dapat dilakukan setelah ternyata tidak ada sanggahan atau telah ada sanggahan yang sudah diterima oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek ; b. Berdasarkan ketentuan penetapan pelelangan sebagaimana diatur dalam Lampiran I ini, maka Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek menunjuk pemenang pelelangan sebagai pelaksana pekerjaan/pelaksana penyerahan barang". d.2. huruf (i) diubah, sehingga menjadi berbunyi: "Untuk kontrak pemborongan/pembelian dengan nilai di atas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) pemborong/rekanan yang bersangkutan sebelum menandatangani kontrak diwajibkan memberikan jaminan pelaksanaan berupa Surat Jaminan Bank Pemerintah atau Bank/Lembaga Keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak. Pada saat jaminan pelaksanaan diterima oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek, maka jaminan penawaran pemborongan/rekanan yang bersangkutan segera dikembalikan', 3. Pada

- 12-3. Pada angka III Pelelangan Terbatas a. Angka 2 diubah, sehingga menjadi berbunyi : Pelelangan terbatas sebagaimana ditetapkan pada Pasal 21 diatur sebagai berikut : Pelelangan terbatas adalah pelelangan yang dilakukan di antara semua calon pemborong/rekanan yang tercatat dalam "Daftar Rekanan yang Mampu (DRM)" yaitu yang telah lulus dalam prakualifikasi yang diadakan oleh Panitia Prakua.lifikasi". b. Kata-kata pada angka 3 huruf (j), diubah sehingga menjadi berbunyi : "Syarat-syarat golongan pemborong/rekanan(kecakapan/keahliannya)". c. Kata-kata pada angka 4 huruf (i), diubah sehingga menjadi berbunyi : "Golongan pemborong/rekanan (golongan ekonomi lemah dan bukan golongan ekonomi lemah serta klasifikasi kemampuannya)", d. Kalimat pada angka 6, diubah sehingga menjadi berbunyi : "Dalam pelelangan terbatas diundang semua pemborong/rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan yang Mampu (DRM)" menurut bidang usaha dan klasifikasi kemampuannya. Di antara pemborong/rekanann yang diundang sekurang-kurangnya ada 5 (lima) pemborong/rekanan yang menyampaikan penawaran dan diantaranya sekurang-kurangnya terdapat 3 (tiga) penawaran yang sah", 4. Pada angka IV Penunjukkan Langsung diadakan perubahan sebagai berikut : a. Ditambahkan

- 13 - a. Ditambahkan ketentuan baru menjadi angka 5 baru, yang berbunyi : "Untuk kontrak pemborongan/pembelian dengan nilai di atas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) pemborong/rekanan yang ditunjuk dengan penunjukkan langsung berdasarkan ketentuan angka 3 dan angka 4, sebelum menandatangani surat perjanjian/kontrak diwajibkan memberikan jaminan pelaksanaan berupa Surat Jaminan Bank Pemerintah atau Bank/Lembaga Keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak". b. Ketentuan angka 5 lama menjadi angka 6. Pasal II Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 5 Mei 1981 PRESIDEN, ttd S O E H A R T O