RESIKO GEMPA PULAU SUMATRA DENGAN METODA PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD ANAL YSIS (PSHA) THESIS MAGISTER OLEH: D. PRAHERDIAN PUTRA 250 96 034 BIDANG KHUSUS REKAYASA GEOTEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL, PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1999
ABSTRAK Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung dan peta zonasi gempa Indonesia yang masih berlaku saat ini merupakan hasil studi 20 tahun yang lalu yang dibuat berdasarkan gempa dengan perioda ulang 200 tahun. Sesuai dengan bertambahnya informasi kegempaan di wilayah Indonesia dan berkembangnya ilmu rekayasa gempa, peraturan dan peta zonasi gempa tersebut perlu diperbaharui. Oleh karena itu, sebuah studi mengenai resiko gempa dilakukan, dimana informasi kegempaan dan ilmu rekayasa gempa yang terbaru ikut dipertimbangkan. Studi ini dilakukan untuk menganalisa parameter gerakan tanah, percepatan puncak di batuan dasar, yang sesuai dengan kondisi geologi dan sejarah kegempaan di Indonesia untuk wilayah Sumatra dengan perioda ulang gempa 500 tahun. Analisa tersebut menggunakan metoda probabilistic seismic hazard analysis ( PSHA), dimana semua potensi sumber gempa yang mempengaruhi tingkat kegempaan Pulau Sumatra ditinjau. Berdasarkan semua potensi sumber gempa dan data rekaman gempa terakhir dibuat suatu model zona sumber gempa untuk Sumatra. Dalam analisa ini, fungsi atenuasi yang sesuai dengan mekanisme gempa dari model zona sumber gempa digunakan. Fungsi atenuasi dari Boore, Joyner dan Fumal (1997) digunakan untuk shallow crustal earthquake; sedangkan fungsi atenuasi dari Youngs et al. (1997) digunakan untuk gempa dengan mekanisme subduksi. Hasil dari analisa tersebut menghasilkan nilai percepatan puncak untuk kota Banda Aceh, Medan, Padang, Jambi, Pekanbaru, Pulau Batam, Palembang, Bengkulu dan Bandar Lampung sebesar 265.84 gal, 145.44 gal, 307.33 gal, 129.59 gal, 93.01 gal, 318.23 gal, 104.58 gal, 249.77 gal, dan 43.26 gal. Studi ini juga menghasilkan spectrum respon untuk parameter gerakan tanah yang diinginkan dan spektrum respon desain untuk perioda ulang 500 tahun untuk kota Banda Aceh, Medan, Padang, Jambi, Pekanbaru, Palembang, Bengkulu, Bandar Lampung dan Pulau Batam.
ABSTRACT The Regulation on Indonesian Seismic Resistant Design for Building and the Indonesian Seismic Zonation Map that is currently used are the result of study that had been done 20 years ago based on the earthquake with a return period of 200 years. Due to the increasing of seismic information in Indonesian region and the development of earthquake engineering knowledge, the regulation and the seismic zonation map need to be improved. Therefore, a seismic hazard study that considers recent seismic information and earthquake engineering knowledge is conducted. The study is performed in order to analyze the ground motion parameter, peak ground acceleration in base rock, that is appropriate with geological condition and seismic historical in Indonesia for Sumatra region and for a return period of 500 years. The analyses utilize the probability seismic hazard analysis (PSHA) method, where all seismic potential sources that influence the seismicity of Sumatra Island is considered. Based upon all seismic potential sources and the earthquake data, the seismic source zones models for Sumatra region is developed. In this analysis, the attenuation functions that are appropriate with earthquake mechanism of seismic source zones models are used. The attenuation function from Boore, Joyner and Fumal (1997) is used for shallow crustal earthquake and the attenuation function from Youngs et al. (1997) is used for earthquake with subduction mechanism. The result of analysis indicate that the peak ground acceleration for Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru, Batam Island, Jambi, Bengkulu, Palembang and Bandar Lampung are 265.84 gal, 145.44 gal, 307.33 gal, 129.59 gal, 43.26 gal, 93. 01 gal, 318.23 gal, 104.58 gal, and 249.77 gal, respectively. The study also provide response spectra of expected ground motion and design response spectra for a return period of 500 years for Banda Aceh, Medan, Padang, Jambi, Pekanbaru, Batam Island, Palembang, Bengkulu and Bandar Lampung.