PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

Kebijakan Program PMTS Paripurna KPA Nasional Dibawakan pada Lecture Series: Overview PMTS Kampus Atmajaya Jakarta, 7 November 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 88 TAHUN 2011

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESIMPULAN DAN SARAN. penderita dengan HIV/AIDS (ODHA). Dalam pelaksanaannya, KDS Metacom

KULONPROGO BANGKIT TANGGULANGI AIDS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi Setiap orang berhak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. saat ini terlihat betapa rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Program Peningkatan Cakupan Tes HIV, Inisiasi Dini ART dan Kelangsungan ODHA Minum ARV pada Populasi Berisiko Tinggi di Kota Denpasar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu. kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

I. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat

KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN HIV-AIDS DAN IMS. Subdit AIDS dan PMS DITJEN PP & PL, KEMENKES KUPANG, 4 September 2013

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

Transkripsi:

PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS adalah gejala penyakit yang timbul akibat dari menurunnya sistem kekebalan tubuh akibat dari infeksi virus HIV dalam tubuh manusia. Kasus penularan HIV saat ini bukan hanya terkonsentrasi pada kelompok-kelompok beresiko saja seperti Waria, PSK, Gay, dan Penasun, namun sudah menyebar luas ke masyarakat tidak mengenal pekerjaan, usia, jenis kelamin bahkan anak-anak pun banyak yang telah terinfeksi HIV/AIDS. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa ibu rumah tangga menjadi pengidap HIV terbanyak di bandingkan dengan profesi yang lain. Gambar 1.1. Jumlah Kumulatif AIDS yang dilaporkan menurut jenis pekerjaan tahun 1978 sampai dengan September 2014 Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 Data yang dirilis oleh Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa ibu rumah tangga menepati jumlah penderita AIDS terbanyak di Indonesia. Banyaknya ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV berpotensi menularkan virus HIV pada anak yang dikandungnya jika tidak ditangani secara medis dengan baik. Banyak Anak dengan HIV/AIDS yang [1]

akhirnya menjadi yatim piatu akibat kedua orang tuanya meninggal karena AIDS, dan juga banyak dari anak dengan HIV/AIDS (ADHA) yang harus hidup bersama kedua orang tuanya yang juga positif HIV. UNICEF (2008) menyatakan bahwa sekitar 50 persen bayi yang terinfeksi HIV meninggal sebelum merayakan ulang tahun kedua mereka dan lebih dari 15 juta anak kehilangan seorang atau kedua orangtua mereka akibat penyakit terkait AIDS. Di berbagai belahan dunia 2,3 juta anak di bawah 15 tahun hidup dengan HIV, dimana sekitar 530 ribu di antaranya baru terinfeksi pada tahun 2006, kebanyakan melalui penularan dari ibu ke anak, cara penularan yang sebenarnya dapat dicegah bila memperoleh penanganan medis yang optimal. Data dari Ditjen PP & PL Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sampai dengan triwulan III tahun 2014 jumlah penderita AIDS pada usia 0 14 tahun mencapai 2,9 %. Data terbaru dari hasil pemetaan populasi kunci oleh Komisi Penaggulangan AIDS kota Surakarta menunjukkan ibu rumah tangga dan anak menjadi pengidap HIV terbanyak di Kota Surakarta. Tabel 1.1. Hasil Pemetaan Populasi Kunci KPA Kota Surakarta Desember 2015 Kelompok Resiko Estimasi Data Dijangkau Gap ODHA Tinggi 2012 Lapangan Penasun (Idus) Pasangan 194 160 41 119 107 WPS 700 700 395 305 213 LBT (Lelaki beresiko tinggi) 29.776 1.944 512 1.421 758 Waria 51 57 29 28 22 MSM/LSL 760 364 152 212 289 IRT, Anak Terpapar 432 ODHA 1.356 1.821 Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta, 2015 Anak-anak yang mengidap HIV rentan mendapat masalah sosial terutama mereka yang tertular HIV dari orang tuanya. Masalah yang yang paling rentan menimpa mereka adalah menjadi yatim karena salah satu atau kedua orang tua [2]

mereka meninggal akibat AIDS. Penelitian yang dilakukan oleh Abashula, dkk (2014) dengan judul The situation of orphans and vulnerable children in selected Woredas and towns in Jimma Zone menemukan masalah-masalah yang dihadapi anak-anak yang menderita HIV. Penelitian yang dilakukan di Ethiopia ini menemukan fakta bahwa anak-anak yang terinfeksi HIV di sana banyak yang mengalami permasalahan kesehatan, kekerasan seksual bahkan banyak dari mereka yang harus dipekerjakan di usia yang belum cukup umur. Masalah lain yang dihadapi anak-anak pengidap HIV disana adalah masih sedikitnya ADHA yang mendapat akses layanan kesehatan, pendidikan dan perumahan. Penelitian yang dilakukan Nilesh Thakor dkk (2015) dengan judul Sociodemographic profile and health status of children living with HIV AIDS attached to an NGO (ADHAR) of Ahmedabad city menggambarkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh anak-anak yang hidup dengan HIV/AIDS. Penelitian yang dilakukan pada anak dengan HIV/AIDS pada rentang usia 5-14 tahun di India mengungkapkan berbagai permasalahan yang dihadapi anakanak dengan HIV/AIDS, 30% dari anak-anak yang menjadi responden penelitian telah dikeluarkan dari sekolah, 65,5% anak-anak harus hidup bersama kedua orang tua mereka yang juga mengidap HIV/AIDS, sedangkan 63% kasus orang tua yang lebih memilih untuk merahasiakan status HIV/AIDS anak mereka dari orang-orang sekitar seperti guru dan teman. Selain itu beberapa anak juga ditemukan dengan kondisi kesehatan yang buruk seperti kekurangan nutrisi bahkan juga ditemukan beberapa anak yang tidak mendapatkan terapi ART. Sedangkan di Indonesia permasalahan ADHA di indonesia tergambar dari penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Suhendi (2014) yang menemukan masalah yang dihadapi anak-anak penderita HIV/AIDS. Secara umum masalah yang dihadapi anak dengan HIV/AIDS (ADHA) bersumber pada 2 (dua) pihak secara bersamaan. Pertama, bersumber dari anak dan keluarga anak itu sendiri. Masalah yang bersumber dari anak terkait dengan stabilitas atau daya tahan mental (aspek psikologis) anak sebagai penyandang masalah. Hal ini sekaligus [3]

terkait dengan kemampuan keluarga anak dalam memberikan dukungan kepada anak (baik dukungan sosial, emosional, dan ekonomi). Dukungan ini sekaligus tercermin dalam pola pengasuhan yang diterapkan keluarga terhadap anak sebagai penyandang masalah. Kedua, bersumber dari masyarakat sekitar anak dan keluarga anak itu. Masalah yang bersumber dari masyarakat sekitar terkait dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan atau perilaku masyarakat lingkungan sekitar anak dan keluarga sehubungan dengan statusnya sebagai penyandang HIV/ AIDS. Masalah utamanya adalah stigma yang berkembang di tengah masyarakat yang kemudian tercermin dalam sikap dan perilaku aktual dalam bentuk prasangka dan diskriminasi. Stigma berkembang di tengah masyarakat dalam bentuk pemberian cap atau label negatif kepada anak dan penyandang HIV/AIDS dan keluarganya didasarkan pada penilaian subjektif. Dari beberapa penelitian diatas menunjukkan masalah sosial yang dihadapi oleh anak-anak penderita HIV/AIDS sangatlah kompleks. Masalah stigma dan diskriminasi masih menjadi isu yang menjadi tantangan besar dalam upaya meningkatkan kualitas hidup penderita HIV. Salah satu kasus yang menjadi bukti terjadinya diskriminasi terhadap ADHA di Kota Surakarta adalah penolakan pada anak-anak dari Rumah Singgah Lentera yang sedianya akan pindah namun di tolak oleh warga Kedunglumbu. Kejadian ini terjadi pada 06 Desember 2015. Mendengar kabar kepindahan ADHA ke wilayah mereka warga Kedunglumbu lantas memblokir jalan dan memasang poster penolakan. Warga menolak kepindahan anak-anak tersebut karena takut anak-anak mereka akan tertular HIV. Padahal pihak Rumah Singgah Lentera sudah mendatangkan dokter untuk memberikan sosialisasi tentang penularan HIV ke warga namun mereka tetap menolak dengan berbagai alasan. Hal ini membuktikan bahwa anak-anak pengidap HIV rentan untuk mendapat masalah sosial terkait dengan status mereka sebagai pengidap HIV postif. Melihat permasalahan HIV/AIDS di Indonesia khususnya di Kota Surakarta pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 12 tahun 2014 tentang pencegahan dan penaggulangan HIV dan AIDS. Perda ini merupakan suatu langkah yang diambil oleh pemerintah Kota [4]

Surakarta dalam upayanya menanggulangi permasalahan HIV/AIDS di Kota Surakarta. Ruang lingkup pencegahan dan penaggulangan HIV/AIDS yang termuat dalam peraturan tersebut meliputi Penyelenggara, Promosi, Pencegahan, PDP (Perawatan, Dukungan dan Pengobatan) dan Rehabilitasi. Pemerintah Kota Surakarta menjamin hak-hak ADHA dalam peraturan tersebut seperti yang termuat dalam pasal 27 yang menyatakan ADHA berhak mendapatkan layanan kesehatan yang komprehensif, mendapat pemenuhan hak-hak anak, dan mendapatkan dukungan kebutuhan dasar. Upaya penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS di Surakarta semakin diperkuat dengan adanya Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang digulirkan oleh Kementrian Kesehatan. Di Kota Surakarta saat ini sudah tersedia fasilitas layanan kesehatan yang sudah support LKB yaitu Puskesmas Manahan, Sangkrah, Kratonan dan Setabelan sedangkan Rumah Sakit yang sudah support LKB ada RSUD Kota Surakarta, RSUD Dr. Moewardi, RS Dr. Oen, RS BBKP Kota Surakarta. Hadirnya layanan kesehatan yang sudah support LKB diharapkan mampu memberikan dampak yang postif dalam upaya pencehagan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Surakarta. Layanan yang berkesinambungan adalah pemberian layanan HIV & IMS secara paripurna, yaitu sejak dari rumah atau komunitas, ke fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas, klinik dan rumah sakit dan kembali ke rumah atau komunitas; juga selama perjalanan infeksi HIV (semenjak belum terinfeksi sampai stadium terminal). Kegiatan ini harus melibatkan seluruh pihak terkait, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat (kader, LSM, kelompok dampingan sebaya, ODHA, keluarga, PKK, tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat serta organisasi/kelompok yang ada di masyarakat). Layanan komprehensif dan berkesinambungan juga memberikan dukungan baik aspek manajerial, medis, psikologis maupun sosial ODHA selama perawatan dan pengobatan untuk mengurangi atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Tujuan dari layanan tersebut adalah : 1. Menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru; [5]

2. Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS; 3. Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA; 4. Meningkatkan kualitas hidup ODHA; dan 5. Mengurangi dampak sosial ekonomi dari penyakit HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat. (Kemenkes, 2013) Untuk melihat bagaimana Layanan Komprehensif Berkesinambungan terhadap ADHA di Kota Surakarta maka penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan penelitian jenis studi kasus dengan mengambil kasus anak-anak dengan HIV/AIDS yang saat ini berada di Rumah Singgah Lentera. Rumah Singgah Lentera merupakan rumah singgah yang menampung anak-anak yatim piatu yang terinfeksi HIV/AIDS. [6]