BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sedang dihadapkan pada masalah yang serius,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Pujiawati, 2014 Model pendidikan karakter kedisiplinan Di pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3. 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan sarana agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. juga mempunyai sifat membangun dalam kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi kondisi yang ada di lingkungan sekitarnya. 1. Sedangkan menurut Muhammad Al-Mighwar self control (kontrol diri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di. bidang pendidikan Nasional dan merupakan bagian integral dari upaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB V PEMBAHASAN. A. Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi. Dampak Negatif Internet (Facebook) pada Peserta Didik MIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah. Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. muda agar kelak dapat menghadapi kehidupan seperti sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan individu ini merupakan faktor bawaan yang didukung oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan penerapan yang sesuai tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu membimbing dan mendidik. Pendidikan bertujuan tidak sekedar proses alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sekaligus sebagai proses alih nilai (transfer of value). Artinya bahwa pendidikan di samping proses pertalian dan transmisi pengetahuan, juga berkenaan dengan proses perkembangan dan pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat. Dalam rangka internalisasi nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik, maka perlu adanya optimalisasi pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. 2 Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa Latin character, yang artinya watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, hlm. 54 2 Maksudin, Pendidikan Karakter Non Dikotomik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), 1

2 kepribadian dan akhlak. Dalam kamus psikologi, arti karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang. 3 Pendidikaan karakter merupakan istilah yang semakin hari semakin mendapat pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Pendidikan karakter tidak hanya menumbuhkan motivasi intrinsik siswa yang mengarah pada aturan syar i yang bersumber pada agama. Dalam pendidikan formal, keterlibatan kepala sekolah, guru, dan orang tua siswa sangat besar dalam menentukan keberhasilannya. Dengan ini pendidikan karakter dapat memberikan pandangan baru pada dunia pendidikan. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. 4 Ada beberapa alasan perlunya pendidikan karakter, di antaranya: (1) Banyaknya generasi muda saling melukai karena lemahnya kesadaran pada nilainilai moral, (2) Memberikan nilai-nilai moral pada generasi muda merupakan salah satu fungsi peradaban yang paling utama, (3) Peran sekolah sebagai pendidik karakter menjadi semakin penting ketika banyak anak-anak memperoleh sedikit pengajaran moral dari orangtua, masyarakat, atau lembaga keagamaan, (4) masih adanya nilai-nilai moral yang secara universal masih diterima seperti 3 Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 20 4 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 46

3 perhatian, kepercayaan, rasa hormat, dan tanggungjawab, (5) Demokrasi memiliki kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena demokrasi merupakan peraturan dari, untuk dan oleh masyarakat, (6) Tidak ada sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan nilainilai setiap hari melalui desain ataupun tanpa desain, (7) Komitmen pada pendidikan karakter penting manakala kita mau dan terus menjadi guru yang baik, dan (8) Pendidikan karakter yang efektif membuat sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat, dan mengacu pada performansi akademik yang meningkat. 5 Lembaga pendidikan, khususnya sekolah, dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat. Pendidikan karakter di sekolah diarahkan pada terciptanya iklim yang kondusif agar proses pendidikan tersebut memungkinkan semua unsur, sekolah dapat secara langsung maupun tidak langsung memberikan dan berpartisipasi secara aktif sesuai dengan fungsi dan perannya. Mengingat pentingnya dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, maka dirasa tepat adanya pendidikan karakter. Disamping itu, pembentukan karakter juga merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Dan untuk melaksanakannya dibutuhkan kepedulian dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, keluarga, maupun sekolah. Kondisi ini akan terbangun jika semua pihak memiliki kesadaran bersama dalam membangun pendidikan karakter. 5 Maksudin, Pendidikan Karakter Non Dikotomik..., hlm. 52

4 Menyadari pentingnya pembentukan karakter sejak dini, maka perlu dibangun strategi pelaksanaan kebijakan pendidikan karakter yang diharapkan menjadi model implementasi kebijakan pendidikan karakter yang tepat. Dalam konteks ini pendekatan CTL merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan realitas kehidupan nyata, sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, proses belajar dalam konteks CTL ini tidak mengharapkan agar peserta didik hanya menerima pelajaran, tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran tersebut. Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan karakter di sekolah, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam mengembangkan pribadinya secara utuh. Dikatakan demikian, karena guru merupakan figur utama, serta contoh dan teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter guru harus mulai dari dirinya sendiri agar yang dilakukannya dengan baik menjadi baik pula pengaruhnya terhadap peserta didik. Guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik, antara lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip peserta didik akan bekerja keras kalau ia punya minat dan perhatian terhadap pekerjaannya, memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik, menggunakan hadiah, dan hukuman secara efektif dan tepat guna.

5 Dari proses tersebut, diharapkan terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti luhur) yang merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW di dunia ini. Pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan dalam Islam, sehingga pencapaian akhlak mulia adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. MTs As-Syafi iyah Pogalan, adalah sekolah dibawah naungan Kemenag. Setelah peneliti mengamati banyak sekali pengalaman yang peneliti peroleh, dalam hal ini pendidikan karakter sudah terintregrasi dalam beberapa mata pelajaran di lembaga sekolah. Di MTs As-Syafi iyah Pogalan mempunyai trobosan dalam menerapkan pendidikan karakter yaitu dengan diadakanya kegiatan-kegiatan keagamaan seperti membaca Al-Quran setiap awal pelajaran, wajib sholat dhuha dan sholat dzuhur berjamaah, serta melaksanakan sholat jum at di sekolah, membiasakan bersalaman dengan Bapak Ibu guru sebelum masuk kelas, kegiatan ekstra kulikuler keagamaan, perayaan PHBI PHBN dan kegiatan-kegitan agama yang menarik serta dibiasakan menaati peraturan (tertib) dan juga semua warga sekolah bisa menciptakan sekolah yang bersih, rapi dan nyaman. MTs As-Syafi iyah Pogalan juga memiliki kegiatan yang berbeda dengan madrasah lainnya, semisal adanya santunan anak yatim, baksos (bakti sosial). Dan yang paling istimewa dari madrasah tersebut adalah kegiatan yang dilakukan oleh madrasah dalam menumbuhkan karakter siswanya yaitu dengan cara semua siswa kelas 1, 2, 3 setiap hari jum at disuruh untuk mengahafalkan tahlil, yasin dan bacaan-bacaan istighosah. Dalam kegiatan ini siswa siswi dituntut untuk dapat

6 menghafalkannya dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Ditambah lagi Madrasah tersebut terletak di kawasan pondok pesantren. 6 Dari penerapan pendidikan karakter di berbagai madrasah pasti memiliki kendala yang perlu diperhatikan semisal ada beberapa siswa yang masih saja melanggar peraturan sekolah yaitu tidak melaksanakan shalat dhuhur berjama ah, keluar tanpa izin, metode mengajar yang disajikan yang kurang bisa dikuasai guru, penerapan pendekatan CTL kurang maksimal karena kurang adanya kesadaran dari diri siswa sehingga mereka sebagian besar mengabaikannya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan tujuan ingin mengetahui tentang Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di MTs As-Syafi iyah Pogalan Trenggalek Tahun Ajaran 2013/2014. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian yang akan peneliti kaji adalah proses Penerapan Pendidikan Karakter melalui Pendekatan CTL di MTs As-Syafi iyah Pogalan Trenggalek Tahun Ajaran 2013-2014. Dari fokus penelitian ini dapat dijabarkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di MTs As-Syafi iyah Pogalan Trenggalek Tahun Ajaran 2013-2014? 6 Observasi di lokasi penelitian, pada tanggal 12 Desember 2013

7 2. Bagaimana pelaksanaan penerapan pendidikan karakter melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di MTs As- Syafi iyah Pogalan Trenggalek Tahun Ajaran 2013-2014? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan pendidikan karakter melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di MTs As-Syafi iyah Pogalan Trenggalek Tahun Ajaran 2013-2014? C. Tujuan Penelitian 1. Mendeskipsikan perencanaan pendidikan karakter melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di MTs As-Syafi iyah Pogalan Trenggalek Tahun Ajaran 2013-2014. 2. Mendeskripsikan pelaksanaan penerapan pendidikan karakter melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di MTs As- Syafi iyah Pogalan Trenggalek Tahun Ajaran 2013-2014. 3. Mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan pendidikan karakter melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di MTs As-Syafi iyah Pogalan Trenggalek Tahun Ajaran 2013-2014. D. Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai guna pada berbagai pihak, yaitu:

8 1. Pengembangan ilmu pengetahuan, dapat memberi sumbangan yang berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan strategi pembelajaran pendidikan karakter untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil belajar di kelas. 2. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam penerapan strategi pembelajaran di kelas agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat. 3. Bagi siswa, meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan menganalisis suatu masalah serta berperilaku terpuji melalui pembelajaran. 4. Bagi guru atau calon guru, sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penerapan strategi pembelajaran agar menjadi lebih efektif dan efisien 5. Bagi peneliti, sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah strategi pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien. E. Penegasan Istilah Untuk mempermudah dalam memahami pengertian istilah judul dan agar tidak terjadi kesimpangsiuran, maka penulis perlu menegaskan istilah-istilah dalam judul di atas, yaitu:

9 1. Secara Konseptual a. Pendekatan Titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. 7 b. Contextual Teaching and Learning (CTL) Usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata. 8 c. Pendidikan Karakter Karakter dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. Yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. 9 7 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 132 8 Ibid, hlm. 187 9 Muchlas Samani. Hariyanto, Pendidikan Karakter Konsep dan Model, (Bandung: Rosdakarya, 2012), hlm. 45

10 2. Secara Operasional Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang strategi guru dalam menerapkan pendidikan karakter terhadap siswa di MTs. As- Syafi iyah Pogalan Trenggalek dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai karakter ke dalam mata pelajaran melalui serangkaian proses pembelajaran. F. Sistematika Penulisan Skripsi Agar penelitian ini mudah dipahami, maka penulis menyusun sistematika pembahasan yang terdiri dari: Bagian awal, terdiri dari: (a) halaman sampul depan, (b) halaman judul, (c) halaman persetujuan, (d) halaman pengesahan, (e) motto, (f) persembahan, (g) kata pengantar, (h) daftar isi, (i) daftar Tabel, gambar, lampiran, (j) transliterasi dan abstrak. Bagian utama (Inti), terdiri dari: BAB I pendahuluan, terdiri dari: (a) latar belakang masalah, (b) fokus penelitian, (c) tujuan penelitian, (d) kegunaan penelitian, (e) penegasan istilah (f) sistematika penulisan skripsi. BAB II kajian pustaka, terdiri dari: (a) kajian fokus pertama (b) kajian fokus kedua dst. (c) hasil penelitian terdahulu (d) kerangka berfikir (paradigma). BAB III metode penelitian, terdiri dari: (a) pola / jenis penelitian, (b) lokasi penelitian, (c) kehadiran peneliti, (d) sumber data, (e) teknik pengumpulan data, (f) tekhnik analisis data, (g) pengecekan keabsahan temuan, dan (h) tahap-tahap penelitian.

11 BAB IV paparan hasil penelitian, terdiri dari (a) paparan data (b) temuan penelitian (c) pembahasan BAB V penutup terdiri dari: (a) kesimpulan (b) saran Bagian akhir, terdiri dari: (a) daftar rujukan, (b) lampiran-lampiran, (c) surat pernyataan keaslian, (d) daftar riwayat hidup