N O M O R ^2. T A H U N D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

dokumen-dokumen yang mirip
N O M O R 12 T A H U N

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERMENDAGRI NOMOR 32 TAHUN 2011 PERMENDAGRI NOMOR 39 TAHUN 2012 PERMENDAGRI NOMOR 14 TAHUN 2016

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 49 TAHUN 2011

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BENGKULU SELATAN

BUPATI POLEWALI MANDAR

PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG


PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN /2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BELANJA HIBAH DAN BELANJA BANTUAN SOSIAL BUPATI MALANG,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 32.1 TAHUN 2015 TENTANG HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

- 1 - BUPATI TABALONG BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TABALONG NOMOR TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KONAWE SELATAN

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 23 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR 34A TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 108 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PROVINSI BALI

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENYELENGGARAAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI SUMBA TIMUR NOMOR 216 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN SUMBA TIMUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2011 Seri : E

BUPATI PASER PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH KABUPATEN PASER

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 236 TAHUN 2011

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2016

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI LIMA PULUH KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PADANG PANJANG

TINJAUAN HUKUM PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2014

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2017

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 98 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KALIANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 060 TAHUN 2016 TENTANG

A PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 16 TAHUN 2016

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

SERTA MONITORIMANTAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SERANG NOMOR

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 21 TAHUN 2016

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KOTABARU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2016

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 27 TAHUN 2016 WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK TENTANG

PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 02 B TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

DANA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

Transkripsi:

B U P A T I B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R ^2. T A H U N 2 0 1 5 T E N T A N G P E D O M A N P E N G E L O L A A N B E L A N J A S U B S I D I, H I B A H, B A N T U A N S O S I A L D A N B A N T U A N K E U A N G A N Y A N G B E R S U M B E R D A R I A N G G A R A N P E N D A P A T A N D A N B E L A N J A D A E R A H K A B U P A T E N B A T A N G D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A B U P A T I BATANG, M e n i m b a n g : a. b a h w a u n t u k m e l a k s a n a k a n k e t e n t u a n Pasal 298 ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 T a h u n 2 0 1 4 d a n berdasarkan k e t e n t u a n Pasal 42 Peraturan Menteri D a l a m Negeri Nomor 39 T a h u n 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri D a l a m Negeri N o m o r 32 T a h u n 2 0 1 1 tentang Pedoman Pemberian H i b a h d a n B a n t u a n Sosial yang B e r s u m b e r dari Anggaran Pendapatan d a n Belanja Daerah, B u p a t i m e n g a t u r pelaksanaan Tatacara Penganggaran, Pelaksanaan d a n Penatausahaan, Pertangungjawaban d a n Pelaporan serta Monitoring d a n Evaluasi belanja Subsidi, belanja H i b a h d a n b a n t u a n Sosial serta belanja B a n t u a n Keuangan; b. b a h w a d a l a m rangka kelancaran pelaksanaan belanja Subsidi, belanja Hibah, Belanja B a n t u a n Sosial d a n belanja B a n t u n Keuangan, m a k a Peraturan B u p a t i Batang N o m o r 12 T a h u n 2 0 1 5 Tentang Pedoman pengelolaan belanja Subsidi, H i b a h d a n b a n t u a n Sosial serta B a n t u a n Keuangan Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang T a h u n 2 0 1 4 perlu diganti; c. b a h w a berdasarkan pertimbangan sebagaimana d i m a k s u d d a l a m h u r u f a d a n h u r u f b, perlu m e n e t a p k a n Peraturan B u p a t i tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Subsidi, Hibah, B a n t u a n Sosial d a n B a n t u a n Keuangan yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan d a n Belanja Daerah Kabupaten Batang ; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T a h u n 1945 ; 2. Undang-Undang Nomor 9 T a h u n 1965 tentang P e m b e n t u k a n Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia

T a h u n 1965 Nomor 52, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia N o m o r 2757); 3. Undang-Undang Nomor 28 T a h u n 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi d a n Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1999 N o m o r 75, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia N o m o r 3851); 4. Undang-Undang Nomor 17 T a h u n 2 0 0 3 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2003 N o m o r 47, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4286); 5. Undang-Undang N o m o r 15 T a h u n 2 0 0 4 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung J a w a b Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 4 N o m o r 66, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia N o m o r 4400); 6. Undang-Undang Nomor 6 T a h u n 2 0 1 4 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 1 4 N o m o r 7, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 7. U n d a n g - u n d a n g Nomor 23 T a h u n 2 0 1 4 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan u n d a n g - u n d a n g N o m o r 9 T a h u n 2 0 1 5 tentang P e r u b a h a n Kedua Atas u n d a n g - u n d a n g N o m o r 23 T a h u n 2 0 1 4 tentang Pemerindatahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2014 Nomor 244, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 T a h u n 1988 tentang P e r u b a h a n Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan d a n Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1988 N o m o r 42, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 9. Peraturan Pemerintah N o m o r 20 T a h u n 2 0 0 1 tentang P e m b i n a a n d a n Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 1 Nomor 4 1, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia Nomor 4090); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 T a h u n 2 0 0 5 tentang Pengelolaan Keuangan B a d a n Layanan U m u m Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 5 Nomor 48, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia Nomor 4502); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 T a h u n 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 5 Nomor 140, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia Nomor 5272); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 T a h u n 2 0 0 6 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 6 Nomor 25, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Republik Indonesia N o m o r 4614); - 2 -

13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 T a h u n 2 0 0 7 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 7 Nomor 83, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 2 T a h u n 2 0 1 2 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2012 N o m o r 5, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4577); 15. Peraturan Presiden Nomor 54 T a h u n 2 0 1 0 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah beberapa kali d i u b a h terakhir dengan Peraturan Presiden N o m o r 70 T a h u n 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 T a h u n 2 0 1 0 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahan; 16. Peraturan Menteri D a l a m Negeri N o m o r 13 T a h u n 2 0 0 6 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri D a l a m Negeri N o m o r 21 T a h u n 2 0 1 1 tentang P e r u b a h a n Kedua Atas Peraturan Menteri D a l a m Negeri N o m o r 13 T a h u n 2 0 0 6 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 17. Peraturan Menteri D a l a m Negeri N o m o r 55 T a h u n 2 0 0 8 tentang Penatausahaan dan P e n y u s u n a n Laporan Pertanggungjawaban Bendahara serta Penyampaiannya; 18. Peraturan Menteri Keuangan N o m o r 1 6 8 / P M K. 0 7 / 2 0 0 8 tentang H i b a h Daerah; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 43 T a h u n 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan U n d a n g U n d a n g Nomor 6 t a h u n 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2014 Nomor 123, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 20. Peraturan Menteri D a l a m Negeri N o m o r 32 T a h u n 2 0 1 1 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan B a n t u a n Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah d i u b a h dengan Peraturan Menteri D a l a m Negeri Nomor 39 T a h u n 2 0 1 2 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri D a l a m Negeri N o m o r 32 T a h u n 2 0 1 1 tentang Pedoman Pemberian H i b a h d a n B a n t u a n Sosial yang B e r s u m b e r dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ; 2 1. Peraturan Menteri D a l a m Negeri N o m o r 113 T a h u n 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa; 22. Peraturan Menteri Desa, P e m b a n g u n a n Daerah Tertinggal, d a n Transmigrasi Nomor 5 T a h u n 2 0 1 5 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan D a n a Desa T a h u n 2015; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Batang N o m o r 1 T a h u n 2 0 0 7 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Batang T a h u n 2 0 0 7 N o m o r 1 Seri A Nomor 1); - 3 -

24. Peraturan Daerah Kabupaten Batang N o m o r 1 T a h u n 2 0 0 8 tentang U r u s a n Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Batang (Lembaran Daerah Kabupaten Batang T a h u n 2 0 0 8 Nomor 1 Seri E N o m o r 1); M E M U T U S K A N : Menetapkan : P E R A T U R A N B U P A T I T E N T A N G P E D O M A N P E N G E L O L A A N B E L A N J A S U B S I D I, H I B A H, B A N T U A N SOSIAL D A N B A N T U A N K E U A N G A N Y A N G B E R S U M B E R D A R I A N G G A R A N P E N D A P A T A N D A N B E L A N J A D A E R A H K A B U P A T E N BATANG. B A B I K E T E N T U A N U M U M D a l a m Peraturan B u p a t i ini yang d i m a k s u d dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Batang. 2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai u n s u r penyelenggara Pemerintahan Daerah yang m e m i m p i n pelaksanaan u r u s a n pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah B u p a t i Batang. 4. Keuangan Daerah adalah s e m u a h a k d a n kewajiban daerah d a l a m rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan u a n g t e r m a s u k di d a l a m n y a segala b e n t u k kekayaan yang b e r h u b u n g a n dengan h a k dan kewajiban daerah. 5. Anggaran Pendapatan d a n Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat A P B D adalah Anggaran Pendapatan d a n Belanja Daerah kabupaten Batang. 6. S a t u a n Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat S K P D adalah Perangkat D a e r a h pada Pemerintah Daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang. 7. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah Kepala S a t u a n Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disebut dengan Kepala S K P K D yang m e m p u n y a i tugas m e l a k s a n a k a n Pengelolaan A P B D dan bertindak sebagai Bendahara U m u m Daerah. 8. S a t u a n Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat S K P K D adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang, yang juga m e l a k s a n a k a n pengelolaan keuangan daerah. 9. Rencana Kerja d a n Anggaran PPKD yang selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja d a n anggaran PPKD selaku Bendahara U m u m Daerah. 10. Rencana Kerja d a n Anggaran S K P D yang selanjutnya disingkat R K A - S K P D adalah d o k u m e n perencanaan d a n penganggaran yang berisi program, kegiatan dan anggaran SKPD. 11. D o k u m e n Pelaksanaan Anggaran PPKD yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD m e r u p a k a n d o k u m e n pelaksanaan anggaran PPKD selaku Bendahara U m u m Daerah. 12. D o k u m e n Pelaksanaan Anggaran S K P D yang selanjutnya disingkat DPA S K P D m e r u p a k a n d o k u m e n yang m e m u a t pendapatan d a n belanja setiap S K P D yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran. 13. T i m Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat T A P D adalah T i m Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Batang. 14. Bendahara U m u m Daerah yang selanjutnya disingkat B U D adalah PPKD yang bertindak B U D Kabupaten Batang. - 4 -

15. Belanja Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu yang telah diaudit oleh lembaga audit, yang bertujuan u n t u k m e m b a n t u biaya produksi agar harga j u a l produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat Kabupaten Batang. 16. Belanja Hibah adalah pemberian dalam b e n t u k uang/barang a t a u jasa kepada Pemerintah a t a u Pemerintah Daerah lainnya, Perusahaan Daerah, masyarakat dan organisasi k e m a s y a r a k a t a n yang secara spesifik telah ditetapkan p e r u n t u k a n n y a, bersifat tidak wajib d a n tidak mengikat serta tidak secara terus m e n e r u s yang bertujuan u n t u k m e n u n j a n g penyelenggaraan u r u s a n Pemerintah Daerah. 17. Belanja B a n t u a n Sosial adalah b a n t u a n yang diberikan dalam b e n t u k uang/barang dari Pemerintah Daerah kepada individu, keluarga, kelompok d a n / a t a u masyarakat yang sifatnya tidak terus m e n e r u s d a n selektif serta memiliki kejelasan penggunaannya yang bertujuan u n t u k melindungi dari k e m u n g k i n a n terjadi resiko sosial masyarakat. 18. Belanja B a n t u a n Keuangan adalah Belanja b a n t u a n k e u a n g a n yang diberikan kepada Pemerintah Desa d a l a m rangka pemerataan d a n a t a u peningkatan k e m a m p u a n k e u a n g a n Desa. 19. Resiko Sosial adalah kejadian a t a u peristiwa yang dapat m e n i m b u l k a n potensi terjadinya k e r e n t a n a n sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok d a n / a t a u masyarakat sebagai d a m p a k krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena a l a m dan bencana a l a m yang j i k a tidak diberikan belanja b a n t u a n sosial a k a n semakin t e r p u r u k d a n tidak dapat hidup dalam kondisi wajar. 20. Naskah Perjanjian H i b a h Daerah yang selanjutnya disingkat N P H D adalah n a s k a h perjanjian h i b a h yang bersumber dari Anggaran Pendapatan d a n Belanja Daerah Kabupaten Batang antara Pemerintah Daerah dengan penerima hibah. 2 1. Organisasi k e m a s y a r a k a t a n adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, d a n kepercayaan terhadap T u h a n Yang M a h a Esa, u n t u k berperan serta d a l a m p e m b a n g u n a n d a l a m rangka mencapai t u j u a n nasional dalam w a d a h Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila t e r m a s u k organisasi n o n pemerintah yang bersifat nasional yang dibentuk berdasarkan k e t e n t u a n perundang-undangan. 22. Bendahara Pengeluaran PPKD adalah pejabat fungsional yang d i t u n j u k menerima, m e n y i m p a n, m e m b a y a r k a n, m e n a t a u s a h a k a n dan mempertanggungjawabkan u a n g u n t u k keperluan belanja tidak langsung n o n pegawai yang meliputi belanja subsidi, hibah, b a n t u a n sosial, d a n belanja tidak terduga serta pembiayaan d a l a m rangka pelaksanaan A P B D. 23. Proposal adalah p e r m o h o n a n b a n t u a n dari kelompok/organisasi yang paling sedikit m e m u a t m a k s u d, t u j u a n, s u s u n a n panitia/pengurus, dan rencana anggaran. 24. Surat P e r m o h o n a n adalah surat p e r m o h o n a n b a n t u a n dari perorangan yang paling sedikit m e m u a t m a k s u d, t u j u a n, dan besaran permohonan. 25. Surat P e r m i n t a a n Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah d o k u m e n yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran u n t u k m e n g a j u k a n permintaan pembayaran. 26. Surat Perintah M e m b a y a r yang selanjutnya disingkat S P M adalah d o k u m e n yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran u n t u k penerbitan Surat Perintah Pencairan D a n a atas beban pengeluaran DPA-SKPD. - 5 -

27. Surat Perintah Pencairan D a n a yang selanjutnya disingkat S P 2 D adalah d o k u m e n yang d i g u n a k a n sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh B U D berdasarkan S P M. 28. D a n a Desa adalah d a n a yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang d i p e r u n t u k k a n bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan d a n Belanja Daerah Kabupaten d a n d i g u n a k a n u n t u k membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. 29. Alokasi D a n a Desa, selanjutnya disingkat A D D, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten dalam Anggaran Pendapatan d a n Belanja Daerah kabupaten setelah dikurangi D a n a Alokasi K h u s u s. 30. B a d a n d a n lembaga adalah badan d a n lembaga yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan, d a n dan/atau B a d a n dan lembaga yang bersifat nirlaba, sukarela d a n sosial yang telah m e m i l i k i S u r a t Keterangan Terdaftar (SKT) yang diterbitkan oleh Bupati. 3 1. Organisasi k e m a s y a r a k a t a n adalah organisasi k e m a s y a r a k a t a n berbentuk yayasan yang berbadan h u k u m yayasan a t a u p e r k u m p u l a n yang berbadan h u k u m p e r k u m p u l a n yang telah m e n d a p a t k a n pengesahan badan h u k u m dari Kementerian H u k u m d a n H a k Asasi M a n u s i a sesuai k e t e n t u a n peraturan perundang-undangan, d a n / a t a u organisasi k e m a s y a r a k a t a n yang telah memiliki S u r a t Keterangan Terdaftar (SKT) yang diterbitkan oleh Bupati; B A B II S U B S I D I Bagian Kesatu Batasan dan Kriteria Pasal 2 (1) Belanja subsidi d i g u n a k a n u n t u k menganggarkan b a n t u a n biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga j u a l produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. (2) Perusahaan/lembaga tertentu sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) adalah perusahaan/lembaga b e r k e d u d u k a n di wilayah daerah, yang menghasilkan produk a t a u jasa pelayanan u m u m masyarakat. (3) Perusahaan/lembaga penerima belanja subsidi sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h a r u s terlebih d a h u l u d i l a k u k a n audit sesuai dengan k e t e n t u a n pemeriksaan pengelolaan d a n tanggung jawab keuangan Negara. (4) D a l a m rangka pertanggungjawaban pelaksanaan A P B D, penerima subsidi sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) wajib m e n y a m p a i k a n laporan pertanggungjawaban penggunaan dana subsidi kepada kepala daerah. (5) Belanja subsidi sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) dianggarkan dalam A P B D sesuai dengan k e m a m p u a n keuangan daerah u n t u k keperluan perusahaan/lembaga penerima subsidi. Bagian Kedua Penganggaran Pasal 3 (1) S K P D p e n g a m p u m e n g u s u l k a n anggaran subsidi berdasarkan keperluan perusahaan/lembaga tertentu yang telah diaudit sesuai dengan ketentuan pemeriksaan pengelolaan d a n tanggung jawab k e u a n g a n Negara. - 6 -

(2) Pengajuan u s u l a n sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada B u p a t i u n t u k m e n d a p a t k a n persetujuan dengan disertai b u k t i - b u k t i p e n d u k u n g yang sah. (3) B u k t i - b u k t i p e n d u k u n g yang sah sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) adalah : a. P e r m o h o n a n dari SKPD; b. Proposal yang diajukan oleh perusahaan/lembaga yang disetujui oleh kepala SKPD; dan; c. Hasil audit. (4) Bupati m e n u n j u k T A P D u n t u k m e l a k u k a n pembahasan. (5) Hasil pembahasan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (4) dituangkan dalam KUA, PPAS d a n dijabarkan d a l a m R K A PPKD. (6) RKA PPKD sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (5) ditetapkan d a l a m Peraturan Daerah tentang A P B D d a n dituangkan d a l a m DPA PPKD. Bagian Ketiga Pelaksanaan dan Penatausahaan Pasal 4 (1) Mekanisme pencairan belanja subsidi, sebagai berikut : a. Kepala S K P D pengampu m e n g a j u k a n p e r m o h o n a n persetujuan pencairan kepada Bupati; b. Bupati m e n e r b i t k a n surat persetujuan pencairan dana subsidi sebagaimana d i m a k s u d pada h u r u f a; c. Berdasarkan surat persetujuan B u p a t i sebagaimana d i m a k s u d h u r u f b, S K P D pengampu m e n g a j u k a n p e r m o h o n a n pencairan belanja subsidi kepada PPKD dengan m e l a m p i r k a n : 1. Proposal/usulan dari perusahaan/lembaga penerima subsidi; 2. Surat Persetujuan B u p a t i tentang Pencairan D a n a Subsidi; 3. Hasil audit; 4. Pakta integritas dari penerima subsidi yang m e n y a t a k a n b a h w a subsidi yang diterima a k a n d i g u n a k a n sesuai dengan proposal u s u l a n ; d a n 5. K w i t a n s i / b u k t i penyerahan uang. d. Setelah d o k u m e n sebagaimana d i m a k s u d d a l a m h u r u f c diterima, Bendahara pengeluaran P P K D m e m b u a t SPP LS u n t u k proses penerbitan S P M d a n SP2D. (2) Surat Persetujuan B u p a t i dan Pakta Integritas sebagimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f c angka 2 d a n angka 4, sebagaimana t e r c a n t u m d a l a m L a m p i r a n 11 dan L a m p i r a n III yang m e r u p a k a n bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini B A B III H I B A H Bagian Kesatu Batasan d a n Kriteria Pasal 5 (1) Belanja h i b a h dianggarkan d a l a m A P B D sesuai dengan k e m a m p u a n keuangan Daerah setelah m e m p r i o r i t a s k a n p e m e n u h a n belanja U r u s a n Pemerintahan Wajib d a n U r u s a n Pemerintahan Pilihan, kecuali d i t e n t u k a n lain d a l a m ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Belanja hibah sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) dapat diberikan kepada: a. Pemerintah Pusat; b. Pemerintah Daerah lain; - 7 -

c. badan u s a h a m i l i k negara a t a u B U M D ; d a n / a t a u d. badan, lembaga, d a n organisasi k e m a s y a r a k a t a n yang berbadan h u k u m Indonesia. (3) Pemberian h i b a h d i t u j u k a n u n t u k m e n u n j a n g pencapaian sasaran program d a n kegiatan pemerintah daerah dengan m e m p e r h a t i k a n asas keadilan, kepatutan, rasionalitas d a n manfaat u n t u k masyarakat. (4) Pemberian h i b a h sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) m e m e n u h i kriteria paling sedikit : a. P e r u n t u k k a n n y a secara spesifik telah ditetapkan; b. Tidak wajib, tidak mengikat d a n tidak terus m e n e r u s setiap t a h u n anggaran, kecuali d i t e n t u k a n lain oleh peraturan perundang - u n d a n g a n ; d a n c. M e m e n u h i persyaratan penerima hibah. (5) Pemberian h i b a h dapat berbentuk u a n g dan / a t a u barang / jasa. Pasal 6 (1) Hibah kepada pemerintah pusat sebagimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 5 ayat (1) h u r u f a diberikan kepada satuan kerja dari kementerian/lembaga pemerintah n o n kementerian yang wilayah kerjanya berada di daerah g u n a m e n u n j a n g peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah. (2) Hibah kepada pemerintah daerah lainnya sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 5 ayat (1) h u r u f b diberikan kepada daerah o t o n o m b a r u hasil pemekaran daerah sebagaimana d i a m a n a t k a n peraturan perundang-undangan. (3) Hibah kepada perusahaan daerah sebagimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 5 ayat (1) h u r u f c diberikan kepada B a d a n U s a h a Milik Daerah d a l a m rangka penerusan hibah yang diterima Pemerintah Daerah dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Hibah kepada badan, lembaga d a n organisasi k e m a s y a r a k a t a n sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 5 ayat (2) h u r u f c diberikan kepada badan, lembaga dan organisasi k e m a s y a r a k a t a n yang berbadan h u k u m Indonesia dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan g u n a m e n i n g k a t k a n partisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan. Pasal 7 Hibah kepada badan, lembaga d a n organisasi k e m a s y a r a k a t a n sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 6 ayat (4) diberikan dengan persyaratan sebagai berikut : a. B a d a n dan lembaga yang bersifat nirlaba, sukarela d a n sosial yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan d a n / a t a u B a d a n dan lembaga yang bersifat nirlaba, sukarela d a n sosial yang telah m e m i l i k i S u r a t Keterangan Terdaftar (SKT) yang diterbitkan oleh Bupati. b. Organisasi k e m a s y a r a k a t a n berbentuk yayasan yang berbadan h u k u m yayasan a t a u p e r k u m p u l a n yang berbadan h u k u m p e r k u m p u l a n yang telah mendapatkanpengesahan badan h u k u m dari Kementerian H u k u m d a n H a k Asasi M a n u s i a sesuai k e t e n t u a n peraturan perundang-undangan, d a n / a t a u organisasi kemasyarakatan yang telah m e m i l i k i Surat Keterangan Terdaftar (SKT) yang diterbitkan oleh Bupati; c. B e r k e d u d u k a n d a l a m wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Batang dan ; d. Memiliki sekretariat tetap. Bagian Kedua Penganggaran Pasal 8-8 -

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya, perusahan daerah, masyarakat d a n organisasi k e m a s y a r a k a t a n dapat m e n y a m p a i k a n u s u l a n hibah secara tertulis kepada Bupati. (2) Bupati m e n u n j u k S K P D terkait dengan k e p u t u s a n B u p a t i u n t u k m e l a k u k a n evaluasi u s u l a n sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1). (3) Kepala S K P D terkait sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) m e n y a m p a i k a n hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada B u p a t i melalui TAPD. (4) T A P D m e m b e r i k a n pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) sesuai dengan prioritas d a n k e m a m p u a n k e u a n g a n Daerah. Pasal 9 (1) Rekomendasi Kepala S K P D d a n pertimbangan T A P D sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 8 menjadi dasar p e n c a n t u m a n alokasi anggaran hibah dalam rancangan K U A d a n PPAS. (2) P e n c a n t u m a n alokasi anggaran sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) meliputi anggaran h i b a h berupa uang, barang, d a n / a t a u jasa. Pasal 10 (1) Hibah berupa u a n g d i c a n t u m k a n d a l a m RKA-PPKD; (2) Hibah berupa barang d a n jasa d i c a n t u m k a n dalam R K A - S K P D terkait; (3) RKA-PPKD d a n R K A - S K P D sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi dasar penganggaran hibah d a l a m A P B D sesuai peraturan perundangundangan. Bagian Ketiga Pelaksanaan dan Penatausahaan Pasal 11 (1) Hibah berupa u a n g sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 10 ayat (1) dianggarkan d a l a m kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah, obyek belanja hibah, d a n rincian obyek belanja hibah pada PPKD; (2) Hibah berupa barang a t a u jasa sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 10 ayat (2) dianggarkan d a l a m kelompok belanja langsung yang diformulasikan kedalam program d a n kegiatan, yang d i u r a i k a n kedalam jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja hibah barang a t a u jasa d a n rincian obyek belanja h i b a h barang a t a u jasa yang diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada SKPD; (3) Hibah berupa u a n g dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah, obyek, d a n rincian obyek belanja berkenaan pada PPKD; (4) Hibah berupa barang a t a u jasa dianggarkan d a l a m kelompok belanja langsung yang diformulasikan kedalam program d a n kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja barang d a n jasa, obyek belanja hibah barang d a n jasa berkenaan kepada pihak ketiga/masyarakat, d a n rincian obyek belanja h i b a h barang atau jasa kepada pihak ketiga/masyarakat berkenaan pada S K P D ; (5) Rincian obyek belanja m e n c a n t u m k a n daftar n a m a penerima, alamat penerima d a n besaran hibah; (6) Daftar n a m a, alamat penerima dan besaran hibah sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (4) d i m a s u k a n d a l a m lampiran Peraturan B u p a t i tentang Penjabaran A P B D t a h u n berikutnya. - 9 -

Pasal 12 (1) Setiap pelaksanaan pemberian hibah dituangkan dalan N P H D yang ditandatangani bersama oleh Bupati a t a u pejabat yang d i t u n j u k d a n penerima hibah; (2) N P H D sebagaimana pada ayat (1) paling sedikit m e m u a t ketentuan mengenai: a. Pemberi d a n penerima hibah; b. T u j u a n pemberian hibah; c. Besaran / rinciam penggunaan hibah yang a k a n diterima; d. H a k d a n kewajiban; e. Tata cara penyaluran / penyerahan hibah d a n ; f. Tata cara pelaporan hibah. (3) Pejabat yang diberi wewenang u n t u k menandatangani N P H D h i b a h berupa u a n g ditetapkan dengan k e p u t u s a n B u p a t i sesuai tugas pokok d a n fungsi; (4) N P H D hibah berupa barang/jasa ditandatangani oleh Kepala S K P D terkait. Pasal 13 (1) Bupati m e n e t a p k a n daftar penerima hibah beserta besaran u a n g a t a u jenis barang a t a u jasa yang a k a n d i h i b a h k a n dengan k e p u t u s a n B u p a t i berdasarkan peraturan daerah tentang A P B D d a n peraturan kepala daerah tentang penjabaran A P B D ; (2) K e p u t u s a n B u p a t i sebagaimana ayat (1) dibuat per S K P D pengampu; (3) F o r m a t lampiran Alokasi Penerima, Alamat Penerima dan Besaran Hibah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan Bupati; (4) Daftar alokasi penerima h i b a h sebagaimana d i m a k s u d d a l a m ayat (1) menjadi dasar penyaluran/penyerahan hibah; (5) Penyaluran / penyerahan hibah dari pemerintah daerah kepada penerima hibah d i l a k u k a n setelah penandatangan N P H D ; (6) Pencairan h i b a h d a l a m b e n t u k u a n g d i l a k u k a n dengan m e k a n i s m e pembayaran langsung (SPP-LS). Pasal 14 (1) S K P D terkait m e l a k u k a n cek lokasi d a n sosialisasi kepada calon penerima hibah. (2) Hasil cek lokasi diajukan kepada B u p a t i u n t u k ditetapkan sebagai K e p u t u s a n tentang Daftar Alokasi dan Penerimah H i b a h Uang. (3) S K P D terkait yang d i t u n j u k B u p a t i m e m b u a t p e r m o h o n a n pencairan hibah u a n g kepada PPKD. (4) P e r m o h o n a n pencairan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) dilampiri dengan : a. Surat K e p u t u s a n B u p a t i Batang tentang Daftar Alokasi dan Penerima Hibah U a n g sesuai S K P D tekait; b. Daftar Rencana Penggunaan D a n a yang a k a n dicairkan dari SKPD; c. Surat Persetujuan Pencairan Hibah dari Bupati; d. Proposal calon penerima hibah; e. Copy berbadan h u k u m Indonesia a t a u S u r a t Keterangan Terdaftar; f. N a s k a h Perjanjian H i b a h Daerah bermaterai; g. Pakta Integritas bermaterai; h. Surat Pernyataan Tangungjawab; i. Berita Acara Serahterima bermaterai; -10-

j. Copy Rekening B a n k calon penerima hibah; k. Kuitansi Penerimaan Hibah bermaterai; 1. Tanda terima p e m e r i m a a n hibah. (5) PPKD memverifikasi kelengkapan d o k u m e n p e r m o h o n a n pencairan hibah, apabila lengkap d a n sah menerbitkan surat p e r m i n t a a n pembayaran, surat perintah m e m b a y a r d a n surat permintaan pembayaran dana u n t u k ditransfer pada rekening b a n k penerima hibah. Pasal 15 (1) Pengadaan barang d a n jasa dalam rangka hibah berpedoman pada peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah. (2) Hasil pengadaan barang/jasa dilaporkan kepada bupati melalui sekretaris daerah, sekaligus m e n g u s u l k a n status penggunaan barang/jasa tersebut. (3) Laporan hasil pengadaan barang sebagaimana d i m a k s u d ayat (2) dilampiri draf K e p u t u s a n B u p a t i tentang Alokasi Penerima H i b a h Barang sesuai S K P D terkait. (4) Hasil pengadaan barang diadministrasikan pada p e m b u k u a n barang persediaan. (5) Penyerahan hibah barang/jasa dapat d i l a k u k a n oleh S K P D atas persetujuan bupati. Bagian Keempat Pelaporan d a n Pertanggungjawaban Pasal 16 (1) Penerima h i b a h berupa u a n g m e n y a m p a i k a n laporan penggunaan hibah kepada bupati melalui PPKD, dengan t e m b u s a n S K P D pengampu. (2) Laporan penggunaan sebagaimana d i m a k s u d ayat (1) dikoordinir oleh S K P D pengampu; (3) Laporan h i b a h barang sebagaimana ayat (1) dikoordinir oleh S K P D pengampu sebagai s u m b e r informasi p e n y u s u n a n laporan k e u a n g a n SKPD; (4) Laporan hibah u a n g sebagaimana ayat (2) dikomilasi oleh PPKD sebagai sumber informasi p e n y u s u n a n laporan keuangan pemerintah daerah; Pasal 17 (1) Hibah berupa u a n g dicatat sebagai realisasi jenis belanja hibah pada P P K D dalam t a h u n anggaran berkenaan. (2) Hibah berupa barang a t a u jasa dicatat sebagai realisasi obyek belanja hibah pada jenis belanja barang d a n jasa dalam program d a n kegiatan pada S K P D terkait. Pasal 18 Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian h i b a h meliputi: a. u s u l a n dari calon penerima hibah kepada bupati; b. k e p u t u s a n bupati tentang penetapan daftar alokasi penerima hibah; c. NPHD; d. pakta integritas dari penerima hibah yang m e n y a t a k a n b a h w a hibah yang diterima a k a n d i g u n a k a n sesuai dengan N P H D ; dan e. b u k t i transfer u a n g atas pemberian hibah berupa u a n g a t a u b u k t i serah terima barang/jasa atas pemberian hibah berupa barang/jasa. - 1 1 -

Pasal 19 (1) Penerima h i b a h bertanggungjawab secara formal d a n material atas penggunaan h i b a h yang diterimanya. (2) Pertanggungjawaban penerima hibah meliputi: a. laporan penggunaan hibah; b. surat pernyataan tanggung jawab yang m e n y a t a k a n b a h w a h i b a h yang diterima telah d i g u n a k a n sesuai NPHD; d a n c. b u k t i - b u k t i pengeluaran yang lengkap d a n sah sesuai peraturan perundang-undangan bagi penerima hibah berupa u a n g a t a u salinan b u k t i serah terima barang/jasa bagi penerima hibah berupa barang/jasa. (3) Pertanggungjawaban sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) h u r u f a d a n h u r u f b disampaikan kepada bupati melalui S K P D p e n g a m p u paling lambat tanggal 10 b u l a n J a n u a r i t a h u n anggaran berikutnya, kecuali d i t e n t u k a n lain sesuai peraturan perundang-undangan. (4) Pertanggungjawaban sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) h u r u f c asli disimpan d a n dipergunakan oleh penerima hibah selaku obyek pemeriksaan. Pasal 20 (1) Realisasi h i b a h d i c a n t u m k a n pada laporan k e u a n g a n pemerintah daerah dalam t a h u n anggaran berkenaan. (2) Hibah berupa barang yang b e l u m diserahkan kepada penerima hibah sampai dengan a k h i r t a h u n anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan d a l a m neraca. Pasal 21 Realisasi hibah berupa barang d a n / a t a u jasa dikonversikan sesuai standar a k u n t a n s i pemerintahan pada laporan realisasi anggaran d a n d i u n g k a p k a n pada catatan atas laporan k e u a n g a n d a l a m p e n y u s u n a n laporan keuangan pemerintah daerah. B A B B A N T U A N IV SOSIAL Bagian Kesatu Batasan d a n kriteria Pasal 22 (1) Pemerintah daerah dapat m e m b e r i k a n b a n t u a n sosial kepada anggota d a n /atau kelompok masyarakat sesuai k e m a m p u a n k e u a n g a n daerah. (2) Pemberian b a n t u a n sosial sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 22 ayat (1) d i l a k u k a n setelah p e m e n u h a n belanja u r u s a n wajib d a n u r u s a n pilihan dengan m e m p e r h a t i k a n asas keadilan, kepautan, rasionalitas d a n manfaat u n t u k masyarakat. Pasal 23 (1) Anggota/kelompok masyarakat sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 22 ayat (1) meliputi: -12-

a. individu, keluarga, d a n / a t a u masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, a t a u fenomena a l a m agar dapat m e m e n u h i k e b u t u h a n hidup m i n i m u m ; b. lembaga n o n pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan, d a n bidang lain yang berperan u n t u k melindungi individu, kelompok, d a n / a t a u masyarakat dari k e m u n g k i n a n terjadinya resiko sosial; (2) B a n t u a n sosial berupa u a n g kepada individu d a n / a t a u keluarga sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 23 h u r u f a, terdiri dari b a n t u a n sosial kepada individu d a n / a t a u keluarga yang direncanakan sebelumnya; (3) B a n t u a n sosial yang direncanakan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) dialokasikan kepada individu d a n / a t a u keluarga yang s u d a h jelas n a m a, alamat penerima d a n besarannya pada saat p e n y u s u n a n A P B D. Pasal 24 (1) Pemberian b a n t u a n sosial sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 23 ayat (1) m e m e n u h i kriteria paling sedikit: a. selektif; b. m e m e n u h i persyaratan penerima b a n t u a n ; c. bersifat sementara d a n tidak terus menerus,kecuali d a l a m keadaan tertentu dapat berkelanjutan; d. sesuai t u j u a n penggunaan. (2) Kriteria selektif sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f a diartikan b a h w a b a n t u a n sosial h a n y a diberikan kepada calon penerima yang d i t u j u k k a n u n t u k melindungi dari k e m u n g k i n a n resiko sosial. (3) Kriteria persyaratan penerima b a n t u a n sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f b meliputi: a. m e m i l i k i identitas yang jelas;dan b. berdomisili d a l a m wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Batang. (4) Kriteria bersifat sementara dan tidak terus m e n e r u s sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f c diartikan b a h w a pemberian b a n t u a n sosial tidak wajib d a n tidak h a r u s diberikan setiap t a h u n anggaran. (5) Keadaan tertentu dapat berkelanjutan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f c diartikan b a h w a b a n t u a n sosial dapat diberikan setiap t a h u n anggran sampai penerima b a n t u a n telah lepas dari resiko sosial. (6) Kriteria sesuai t u j u a n penggunaan sebagaimana d i m a k s u t pada ayat (1) h u r u f d b a h w a t u j u a n pemberian b a n t u a n sosial meliputi: a. rehabilitasi sosial; b. perlindungan sosial; c. pemberdayaan sosial; d. j a m i n a n sosial; e. penanggulangan sosial k e m i s k i n a n ; f. penanggulangan bencana. Pasal 25 (1) Rehabilitasi sosial sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 24 ayat (6) h u r u f a d i t u j u k a n u n t u k m e m u l i h k a n d a n m e n g e m b a n g k a n k e m a m p u a n seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat m e l a k s a n a k a n fungsi sosialnya secara wajar. (2) Perlindungan sosial sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 24 (6) h u r u f b d i t u j u k a n u n t u k u n t u k mencegah dan m e n a n g a n i resiko dari guncangan -13-

dan k e r e n t a n a n sosial seseorang, keluaraga, kelompok masyarakat agar kelangsun gan h i d u p n y a dapat dipenuhi sesuai dengan k e b u t u h a n dasar m i n i m a l. (3) Pemberdayaan sosial srbagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 24 ayat (6) h u r u f c d i t u j u k a n u n t u k m e n j a d i k a n seseorang a t a u kelompok masyrakat yang mengalami m a s a l a h sosial m e m p u n y a i daya, sehingga m a m p u m e m e n u h i k e b u t u h a n dasarnya. (4) J a m i n a n sosial sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 24 ayat (6) h u r u f d m e r u p a k a n s k e m a yang melembaga u n t u k m e n j a m i n penerima b a n t u a n agar dapat m e m e n u h i k e b u t u h a n dasar h i d u p n y a yang layak. (5) Penanggulangan k e m i s k i n a n sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 24 ayat (6) h u r u f e m e r u p a k a n kebijakan,program,dan kegiatan yang d i l a k u k a n terhadap orang,keluarga,kelompok masyarakat yang tidak m e m p u n y a i a t a u m e m p u n y a i s u m b e r m a t a pencarian d a n tidak dapat m e m e n u h i k e b u t u h a n yang layak bagi k e m a n u s i a a n. (6) Penanggulangan bencana sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 24 ayat (5) h u r u f f m e r u p a k a n serangkaian upaya yang d i t u n j u k k a n u n t u k rehabilitasi. Pasal 26 (1) B a n t u a n sosial dapat berupa u a n g a t a u barang yang diterima langsung oleh penerima b a n t u a n sosial. (2) B a n t u a n sosial berupa u a n g sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) adalah u a n g yang diberikan secara langsung kepada penerima seperti beasiswa bagi a n a k m i s k i n, yayasan pengelola y a t i m piatu, nelayan m i s k i n, masyarakat lanjut usia, terlantar, cacat berat d a n tunjangan kesehatan putra p u t r i p a h l a w a n yang tidak m a m p u. (3) B a n t u a n sosial berupa barang sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) adalah barang yang diberikan secara langsung kepada penerima seperti b a n t u a n kendaraan operasional u n t u k sekolah luar biasa swasta d a n masyarakat tidak m a m p u, b a n t u a n perahu u n t u k nelayan m i s k i n, b a n t u a n m a k a n a n / p a k a i a n kepada y a t i m p i a t u / t u n a sosial, ternak bagi kelompok masyarakat k u r a n g m a m p u. Bagian Kedua Penganggaran Pasal 27 (1) Anggota/ kelompok masyarakat m e n y a m p a i k a n u s u l a n tertulis kepada bupati. (2) B u p a t i m e n u n j u k S K P D terkait dengan surat k e p u t u s a n B u p a t i u n t u k m e l a k u k a n evaluasi u s u l a n tertulis sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1). (3) Kepala S K P D terkait sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) m e n y a m p a i k a n hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada kepala daerah melalui TAPD. (4) T A P D m e m b e r i k a n pertimbambangan atas rekomendasi sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) sesuai dengan prioritas dan k e m a m p u a n Keuangan Daerah. Pasal 28-14-

(1) Rekomendasi kepala S K P D d a n pertimbangan T A P D sebagaimana d i m a k s u d dalam pasal 27 ayat (3) d a n ayat (4) menjadi dasar p e n c a n t u m a n alokasi anggaran b a n t u a n sosial d a l a m rancangan K U A d a n PPAS. (2) P e n c a n t u m a n alokasi anggaran sebagimana d i m a k s u d pada pasal 28 ayat (1), meliputi anggaran b a n t u a n sosial berupa u a n g d a n / a t a u barang. Pasal 29 (1) B a n t u a n sosial berupa u a n g d i c a n t u m k a n d a l a m RKA-PPKD. (2) B a n t u a n sosial berupa barang d i c a n t u m k a n dalam RKA-SKPD. (3) RKA-PPKD d a n R K A - S K P D sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) d a n ayat (2) menjadi dasar penganggaran b a n t u a n sosial d a l a m A P B D sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 30 (1) B a n t u a n sosial berupa u a n g sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 29 ayat (1) dianggarkan d a l a m kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja b a n t u a n sosial, obyek, d a n rincian obyek belanja berkenaan pada PPKD. (2) Obyek belanja b a n t u a n sosial dan rincian obyek b a n t u a n sosial sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) meliputi : a. Individu d a n a t a u keluarga; b. Masyarakat; d a n c. Lembaga n o n pemerintahan. (3) B a n t u a n sosial berupa barang dianggarkan d a l a m kelompok belanja langsung yang di formulasikan kedalam program kegiatan, yang d i u r a i k a n kedalam jenis belanja barang d a n jasa, obyek belanja b a n t u a n sosial barang dan rincian obyek belanja b a n t u a n sosial barang yang diserahkan kepada pihak ketiga / masyarakat pada SKPD. (4) B u p a t i m e n c a n t u m k a n daftar n a m a penerima, alamat penerima dan besaran b a n t u a n sosial d a l a m Peraturan B u p a t i tentang penjabaran A P B D, tidak t e r m a s u k b a n t u a n sosial kepada individu d a n a t a u keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya. Bagian Ketiga Pelaksanaan dan Penatausahaan Pasal 31 (1) Pelaksanaan anggaran b a n t u a n sosial berupa u a n g berdasarkan atas DPA- PPKD. (2) Pelaksanaan anggaran b a n t u a n sosial berupa barang berdasarkan atas DPA-SKPD. Pasal 32 (1) Bupati m e n e t a p k a n daftar penerima dan besaran b a n t u a n sosial dengan k e p u t u s a n bupati berdasarkan peraturan daerah tentang A P B D d a n peraturan B u p a t i tentang penjabaran APBD. (2) Penyaluran/penyerahan b a n t u a n sosial didasarkan pada daftar penerima b a n t u a n sosial yang t e r c a n t u m dalam k e p u t u s a n bupati sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) kecuali b a n t u a n sosial kepada individu dan/ a t a u keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya. (3) Penyaluran/penyerahan b a n t u a n sosial kepada individu d a n a t a u keluarga -15-

yang tidak dapat direncanakan sebelumnya didasarkan pada permintaan tertulis dari individu d a n a t a u keluarga yang bersangkutan a t a u surat keterangan dari pejabat yang berwenang serta mendapat persetujuan Bupati setelah diferivikasi oleh S K P D pengampu. (4) Pencairan b a n t u a n sosial berupa u a n g d i l a k u k a n dengan cara pembayaran langsung (LS) kepada penerima b a n t u a n sosial. (5) D a l a m hal b a n t u a n sosial berupa u a n g dengan nilai sampai dengan Rp.5.000.000,00 (Lima j u t a rupiah) pencairannya dapat d i l a k u k a n melalui bendahara pengeluaran S K P D pengampu. (6) Penyaluran dana b a n t u a n sosial kepada penerima b a n t u a n sosial sebagaimana ayat (5) dilengkapi dengan k u i t a n s i b u k t i penerimaan u a n g b a n t u a n sosial. Pasal 33 (1) S K P D terkait m e l a k u k a n cek lokasi d a n sosialisasi kepada calon penerima b a n t u a n sosial berupa uang. (2) Hasil cek lokasi d a n sosialisasi sebagaimana ayat(l) diajukan kepada bupati u n t u k ditetapkan sebagai K e p u t u s a n tentang Daftar Alokasi d a n penerimah b a n t u a n sosial. (3) S K P D terkait yang d i t u n j u k bupati m e m b u a t p e r m o h o n a n pencairan b a n t u a n sosial berupa u a n g kepada PPKD. (4) P e r m o h o n a n pencairan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) dilampiri dengan : a. Surat k e p u t u s a n bupati batang tentang daftar alokasi d a n penerima b a n t u a n sosial berupa u a n g sesuai S K P D pengampu; b. Daftar rencana penggunaan d n a yang a k a n dicairkan dari SKPD; c. Surat persetujuan pencairan b a n t u a n sosial dari bupati; d. Proposal calon penerima b a n t u a n sosial; e. Copy rekening b a n k bagi calon penerima b a n t u a n sosial berupa u a n g dengan nilai lebih dari Rp5.000.000,- (lima j u t a rupiah); f. Pakta integritas bermaterai; g. Surat pernyataan tangungjawab; h. Berita acara serahterima bermaterai; i. Kuitansi penerimaan b a n t u a n sosial bermaterai; a. T a n d a terima p e m e r i m a a n b a n t u a n sosial. (5) PPKD memverifikasi kelengkapan d o k u m e n p e r m o h o n a n pencairan b a n t u a n sosial, apabila lengkap d a n sah menerbitkan surat p e r m i n t a a n pembayaran, surat erintah m e m b a y a r dan surat permintaan pembayaran Dana. (6) B a n t u a n sosial berupa u a n g dengan nilai sampai dengan Rp5.000.000,- (lima j u t a rupiah) ditransfer melalui rekening bendahara pengeluaran S K P D pengampu. (7) B a n t u a n Sosial berupa u a n g dengan nilai lebih dari Rp5.000.000,-(lima j u t a rupiah) ditrasfer langsung ke rekening penerima b a n t u a n sosial. Pasal 34 Pengadaan barang d a n jasa d a l a m rangka b a n t u a n sosial sebagaimana d i m a k s u d d a l a m pasal 3 1 ayat (2) berpedoman pada peraturan perundangundangan. -16-

Bagian Keempat Pelaporan d a n Pertangungjawaban Pasal 35 (1) Penerima b a n t u a n sosial berupa u a n g m e n y a m p a i k a n laporan penggunaan b a n t u a n sosial kepada B u p a t i melalui P P K D dengan t e m b u s a n kepada S K P D pengampu. (2) M e n y a m p a i k a n laporan sebagaimana d i m a k s u d ayat (1) dikoordinir oleh S K P D pengampu. (3) Penerima b a n t u a n sosial berupa barang m e n y a m p a i k a n laporan penggunaan b a n t u a n sosial kepada kepala daerah melalui kepala S K P D terkait. Pasal 36 (1) B a n t u a n sosial berupa u a n g dicatat sebagai realisasi jenis belanja b a n t u a n sosial pada P P K D d a l a m t a h u n anggaran berkenaan. (2) B a n t u a n sosial berupa barang dicatat sebagai realisasi obyek belanja b a n t u a n sosial pada jenis belanja barang d a n jasa d a l a m program dan kegiatan pada S K P D terkait. Pasal 37 (1) Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian b a n t u a n sosial meliputi: a. u s u l a n dari calon penerima b a n t u a n sosial kepada bupati; b. k e p u t u s a n bupati tentang penetapan daftar penerima b a n t u a n sosial; c. pakta integritas dari penerima b a n t u a n sosial yang m e n y a t a k a n b a h w a b a n t u a n sosial yang diterima a k a n digunakan sesuai dengan u s u l a n ; dan d. b u k t i transfer/penyerahan u a n g atas pemberian b a n t u a n sosial berupa u a n g a t a u b u k t i serah terima barang atas pemberian b a n t u a n sosial berupa barang. (2) Pertanggungjawaban sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f b dan h u r u f c dikecualikan terhadap b a n t u a n sosial bagi individu d a n / a t a u keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya. Pasal 38 (1) Penerima b a n t u a n sosial bertanggungjawab secara formal d a n material atas penggunaan b a n t u a n sosial yang diterimanya. (2) Pertanggungjawaban penerima b a n t u a n sosial meliputi: a. laporan penggunaan b a n t u a n sosial oleh penerima b a n t u a n sosial; b. surat pernyataan tanggungjawab yang m e n y a t a k a n b a h w a b a n t u a n sosial yang diterima telah digunakan sesuai dengan u s u l a n ; d a n c. b u k t i - b u k t i pengeluaran yang lengkap d a n sah sesuai peraturan perundang-undangan bagi penerima b a n t u a n sosial berupa u a n g atau salinan b u k t i serah terima barang bagi penerima b a n t u a n sosial berupa barang. (3) Pertanggungjawaban sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) h u r u f a dan h u r u f b disampaikan kepada B u p a t i melalui S K P D p e n g a m p u paling lambat tanggal 10 (sepuluh) b u l a n J a n u a r i t a h u n anggaran berikutnya, kecuali d i t e n t u k a n lain sesuai peraturan perundang-undangan. -17-

(4) Pertanggungjawaban sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) h u r u f c yang asli disimpan d a n dipergunakan oleh penerima b a n t u a n sosial selaku obyek pemeriksaan. Pasal 39 (1) Realisasi b a n t u a n sosial d i c a n t u m k a n pada laporan k e u a n g a n pemerintah daerah d a l a m t a h u n anggaran berkenaan. (2) B a n t u a n sosial berupa barang yang b e l u m diserahkan kepada penerima b a n t u a n sosial sampai dengan akhir t a h u n anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan d a l a m neraca. (3) Realisasi b a n t u a n sosial berupa barang dikonversikan sesuai standar a k u n t a n s i p e m e r i n t a h a n pada laporan realisasi anggaran d a n d i u n g k a p k a n pada catatan atas laporan keuangan dalam p e n y u s u n a n laporan keuangan pemerintah daerah. B A B V B A N T U A N K E U A N G A N Bagian Kesatu Batasan d a n Kriteria Pasal 40 (1) B a n t u a n Keuangan d i g u n a k a n u n t u k menganggarkan b a n t u a n keuangan yang bersifat u m u m a t a u k h u s u s dari pemerintah k a b u p a t e n kepada pemerintah desa, d a l a m rangka pemerataan d a n / a t a u peningkatan k e m a m p u a n keuangan desa. (2) B a n t u a n keuangan bersifat u m u m sebagaimana d i m a k s u d ayat (1), p e r u n t u k a n d a n penggunaanya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintahan desa penerima b a n t u a n ; (3) B a n t u a n k e u a n g a n sebagaimana ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati; (4) B a n t u a n k e u a n g a n bersifat k h u s u s sebagaimana d i m a k s u d ayat (1), p e r u n t u k a n d a n penggunaanya telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten batang selaku pemberi b a n t u a n melalui penjabaran A P B D ; (5) Pemberi b a n t u a n bersifat k h u s u s sebagaimana ayat (3), dapat m e n s y a r a t k a n penyediaan dana pendamping d a l a m anggaran pendapatan dan belanja desa penerima b a n t u a n. Pasal 4 1 B a n t u a n k e u a n g a n kepada pemerintah desa terdiri : a. D a n a Desa; b. Alokasi D a n a Desa; c. Bagi hasil p a j a k / b u k a n pajak; d. B a n t u a n sarana d a n prasarana desa; e. B a n t u a n peningkatan pemberdayaan masyarakat desa; f. B a n t u a n sarana ibadah masyarakat desa g. B a n t u a n sarana pemuda, olah raga, d a n seni budaya masyarakat desa. -18-