1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pemenuhan kebutuhan manusia tidak terlepas dari adanya sebuah interaksi. Maka tepatlah sebuah dogma yang mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon yang tidak bisa hidup seorang diri. Hampir sepanjang hidupnya manusia selalu menciptakan hubungan kepentingan antar sesama guna terpenuhinya kebutuhannya. Interaksi semacam inilah yang dinamakan muamalah (Basyir, 2004:11), dalam literatur yang lain disebutkan bahwa muamalah merupakan sebuah pergaulan hidup yang menimbulkan hak dan kewajiban, kemudian lebih jauh disebutkan hak dan kewajiban inilah yang memiliki kaidah-kaidah yang harus dipatuhi dan memunculkan hukum Muamalah (Muhammad, 2003: 21). Salah satu muamalah yang disyariatkan oleh Allah SWT adalah jual beli, sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Nya dalam surat Al- Baqarah (2) ayat 275:
2 Artinya : orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Perkara jual beli ini sudah sangat jelas diatur, maka seharusnya tidak ada lagi keragu-raguan padanya serta perbuatan aniaya dengan kegiatan tersebut. Karena melakukan muamalah secara benar adalah perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan. Selain itu, yang harus diperhatikan secara cermat dalam malakukan jual beli adalah hak-hak orang lain agar senantiasa terhindar dari perbuatan zalim. Dalam melakukan muamalah, hal utama yang terkandung di dalamnya adalah tolong menolong, sebagaimana yang diperintahkan dalam firman-nya dalam surat Al-Maidah (5) ayat 2:
3 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulanbulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa- Nya. Kemudian yang dipertegas dalam surat An-Nisa (4) ayat 29 : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Kedua firman Allah SWT tersebut secara langsung menyebutkan jual beli, meskipun salah satu ayat hanya menyebutkan tolong menolong sebagaimana yang langsung disebutkan dalam surat Al- Maidah ayat 2 tersebut. Kedua dalil ini menjadi legalitas bagi kegiatan jual beli yang
4 harus dilakukan secara benar untuk mewujudkan kegiatan saling menolong serta terhindar dari kegiatan memakan harta sesama secara bathil dan Allah SWT akan memberikan penghargaan bagi pihak yang melakukannya secara jujur, Rasulullah bersabda: عن عبد هللا بن عور رضي هللا عنو قال: قال رس ل هللا صلى هللا عليو سلن: «الت اج ر األ ه ي ن الص د ق ال و س ل ن ه ع الش ي د اء في ر اية: هع النبيين الصديقين الشيداء ي م ال ق ي اه ة» ر اه ابن هاجو الحاكن الدارقطني غيرىن Artinya : Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhu bahwa Rasuluillah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seorang pedagang muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat (nanti). (HR. Ibnu Majah no. 2130, dinyatakan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib no. 1783: Hasan shahih, dan Ash-Shahihah no. 34531) Jual beli sebagai kegiatan muamalah yang paling sering dilakukan sehari-hari dimana banyak sekali pihak-pihak yang saling terkait di dalamnya. Apabila pihak-pihak tersebut tidak mengetahui secara jelas mengenai hukum-hukum jual beli tersebut, dikhawatirkan kegiatan muamalah yang sebenarnya dibolehkan tersebut malah menjadi tempat mereka untuk berbuat bathil. Belum lagi terkait masalah persaingan yang semakin hari semakin ketat antar pihak-pihak tersebut. Pihak-pihak yang terlibat dalam jual beli bukannya tidak mungkin mengalami perbedaan, karena dalam jual beli yang berkembang terdapat keragaman pola dagang yang berakibat pada perbedaan prilaku pihakpihak yang melakukan jual beli. Perbedaan ini sering dialami oleh orang-
5 orang yang ada dalam wilayah yang berbeda, karena tiap-tiap wilayah mempunyai polanya sendiri dalam melakukan jual beli. Misalnya saja di Desa Lingkok Dudu Kelurahan Suryawangi Kabupaten Lombok Timur dalam melakukan jual beli kelapa. Desa yang dihuni sebagian besar oleh suku Sasak tersebut mempunyai adat kebiasaan yang berbeda dalam melakukan jual beli tanaman tersebut yang menurut mereka lebih menguntungkan pihak terkait dari pada jual beli biasa yang lebih beresiko. Dalam melakukan jual beli kelapa, masyarakat desa Lingkok Dudu lebih sering menggunakan uang panjar. Bahkan lebih sering dibandingkan jual beli kelapa dengan cara biasa yang dalam seluruh prosesnya dilakukan sendiri oleh petani tanpa campur tangan pihak lain sebagaimana yang terjadi dalam jual beli kelapa dengan uang panjar. Proses jual beli dengan penggunaan uang panjar di dahului oleh perikatan antara kedua belah pihak akibat dari proses pinjam-meminjam uang. Uang pinjaman inilah yang kemudian dikenal dengan istilah uang panjar di desa tersebut. Setelah diterimanya uang panjar, maka dapat diartikan kedua belah pihak sudah setuju dengan segala implikasi hukumnya, termasuk potongan harga yang dilakukan tanpa negoisasi oleh pembeli (Wawancara dengan Fatimah, Petani kelapa tanggal 6 November 2016). Ini diartikan, apabila masa penen sudah tiba maka pembeli langsung memanen kelapa di kebun penjual (petani), dan petani hanya tinggal menunggu nota yang berisi
6 jumlah hasil panen beserta harga belinya setelah di potong oleh pembeli karena penyerahan uang panjar yang dilakukan sebelumnya. Dalam kebiasaan masyarakat, uang pinjaman atau uang panjar tersebut hanya sebagai pengikat untuk berlangsungnya akad jual beli dan bukan termasuk harga obyek akad. Ada yang menarik dari jual beli ini, dimana kedua belah pihak yang terkait tidak bersepakat di awal mengenai batasan waktu untuk melunasi uang panjar tersebut dan menjadikannya perikatan untuk melakukan jual beli objek yang belum dimiliki oleh pihak penjual. Jadi secara langsung, akad pinjam meminjam menjadi syarat terjadinya jual beli jual beli dengan harga yang ditentukan oleh satu pihak saja, serta adanya potongan harga yang dilakukan oleh pembeli yang merupakan tambahan atas pemberian pinjaman uang yang berikan kepada petani. Dalam masalah yang timbul ini menjadi alasan yang kuat bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual Beli Kelapa dengan Uang Panjar (Studi Kasus Desa Lingkok Dudu Lombok Timur. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu Lombok Timur?
7 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu Lombok Timur? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan secara jelas mengenai pelaksanaan jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu Lombok Timur. 2. Menjelaskan mengenai pandangan hukum Islam terhadap jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu Lombok Timur. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut: 1. Kegunaan Praktis a. Bagi Pedagang Kelapa : Sebagai upaya untuk memberikan saran dan masukan kepada pedagang mengenai praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu yang sesuai dengan syariat. b. Bagi Masyarakat luas: Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan baru sebagai pengguna atau bukan sebagai pengguna akad jual beli dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu sehingga masyarakat bisa memahami lebih mendalam mengenai akad dan hukumnya secara lebih mendalam.
8 2. Kegunaan Teoritik Memberikan kontribusi keilmuan dan dijadikan sebagai literatur bagi penelitian selanjutnya khususnya dalam hal jual beli kelapa dengan uang panjar. E. Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Bab pendahuluan berisi tentang gambaran umum untuk memberikan wawasan tentang arah penelitian yang dilakukan. Dengan membaca bab ini, dapat memberikan informasi mengenai konteks dan urgensi penelitian yang diuraikan secara jelas pada latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika pembahasan. BAB II : Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori Bab ini memaparkan mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan fokus penelitian pada skripsi ini serta kerangka teoritik yang berfungsi sebagai bahan penjelas konteks penelitian dan sebagai alat pembahas hasil penelitian. BAB III : Metode Penelitian Bab ini memuat secara rinci mengenai metode penelitian yang digunakan serta jenis penelitian, lokasi, populasi dan sampel, metode pengumpulan
9 data serta analisis data yang digunakan untuk memperjelas langkahlangkah penelitian secara operasional. BAB IV : Hasil dan Pembahasan Bab ini menjelaskan tentang gambaran dari objek penelitian, penjelasan mengenai hasil penelitian, posisi hasil penelitian terhadap teori yang ada, serta penafsiran dan penjelasan dari hasil yang didapatkan di lapangan. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut kemudian disajikan dalam tabel atau lainnya yang sejenis yang berfungsi untuk mempermudah penarikan kesimpulan penelitian yang akan dibahas pada bab lainnya. BAB V : Penutup Bab ini menyajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan diambil dari hasil informasi penelitian, sedangkan saran merupakan masukan-masukan yang selaras dengan manfaat penelitian yang bermanfaat untuk kemungkinan pengembangan di masa depan.