48 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana WHO melaporkan bahwa setengah persen dari penduduk dunia terserang penyakit ini, sebagian besar berada di Negara berkembang sekitar 75%, diantaranya di Indonesia setiap tahun ditemukan 539.000 kasus baru TB BTA positif dengan kematian 101.000. Menurut departemen kesehatan sepertiga penderita tersebut ditemukan di RS dan sepertiga lagi di puskesmas, sisanya tidak terdeteksi dengan baik (Nizar, 2010). Populasi di dunia sekitar 19-43 % populasi yang terinfeksi Tuberkulosis, frekuensi peyakit Tuberkulosis paru di Indonesia masih tinggi dan menduduki urutan ke-3 di dunia, setelah india dan china. Di dunia diperkirakan penyakit ini dapat menyebabkan kematian kurang lebih 8.000 orang per hari atau 2 hingga 3 juta orang setiap tahunnya. Di indonesia sendiri terdaftar hampir 400 kematian yang berhubungan dengan Tuberkulosis setiap harinya, atau 140.000 per tahun, dan kurang lebih ¼ juta penduduk diduga terinfeksi Tuberkulosis setiap tahunnya (Jakarta Pos, 2008). Tuberkulosis paru di Indonesia masih merupakan masalah utama baik dalam hal kematian maupun kesakitan. Data Tuberkulosis di Indonesia berdasarkan prevalensi BTA (+) 119/ 100.000. Sedangkan semua kasus
49 Tuberkulosis 275/ 100.000 penduduk, data ini dijumpai di Jawa dan Bali (Aziza & Reny, 2008). Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 di dapatkan data. Prevalensi Tuberkulosis paru per 100.000 penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 60,68 lebih rendah dibanding tahun 2012 sebesar 106,42. Prevalensi tuberkulosis tertinggi adalah di Kota Magelang (265,14 per 100.000 penduduk) dan terendah di Kabupaten Boyolali (22,38 per 100.000 penduduk).(depkes, 2013). Menurut soemantri (2008). Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosi. Penyakit Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi yang penyebaran sangat mudah sekali, yaitu melalui batuk, bersin dan berbicara. Untuk mengurangi bertambahnya Tuberkulosis Paru dan masalah yang dapat dilakukan adalah di lingkungan keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah atu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI, 2013). Penyebaran penyakit Tuberkulosis Paru yang sangat mudah ini, sangat rentan pada keluarga yang anggota keluarganya sedang menderita penyakit tersebut. Penyakit dapat menular pada anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu, penyakit Tuberkulosis harus mendapat penanganan yang tepat. Karena penyakit ini menyerang tidak memandang kelompok usia produktif,
50 kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Penyakit Tuberkulosis Paru lebih banyak di temukan di daerah miskin. Karena faktor lingkungan yang kurang mendukung menjadi penyebab Tuberkulosis Paru. Beberapa faktor yang erat hubungannya dengan terjadinya infeksi hasil tuberkulosis yaitu adanya sumber penularan, jumlah basil yang cukup banyak dan terus menerus memapar calon penderita, virulensi ( keganasan basil serta daya tahan tubuh dimana daya tahan tubuh ini mempunyai hubungan erat dengan faktor lingkungan, misalnya perumahan dan pekerjaan, faktor imunologis, keadaan penyakit yang memudahkan infeksi seperti diabetes melitus dan campak, serta faktor genetik. Pada penderita Tuberkulosis Paru bila penanganan di rumah sakit kurang baik, maka penderita Tuberkulosis Paru akan mengalami komplikasi perdarahan dari saluran pernafasan bagian bawah yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hopovolemik atau tersumbatnya jalan nafas, penyebaran infeksi organ lain misalnya otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Berdasarkan data pasien rawat inap di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah dokter Raden Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dari bulan maret sampai mei 2017, terhitung kasus tuberkulosis paru mencapai 24 pasien yang rawat inap. Mayoritas pasien yang terkena tuberkulosis paru berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan tingginya angka prevalensi tuberkulosis paru, maka klien dengan tuberkulosis paru perlu mendapatkan perhatian dan penanganaan yang optimal.
51 Melihat fenomena pada penyait Tuberkulosis Paru dan berdasarkan data paisen Tuberkulosis Paru yang ada di Rumah Sakit Umum daerah Goeteng Taroenadibrata Purbalingga seperti yang diatas. Penulis terutama untuk mengetahui bagaimana bentuk pengelolaan pasien dengan Tuberkulosis Paru di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Menggambarkan hasil kelolaan penulis pada Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan tuberkulosis paru di ruang kenanga RSUD. Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. 2. Tujuan Khusus a. Mengkaji riwayat kesehatan pasien secara komperhensif khususnya pada pasien dengan Tuberckulosis paru. b. Merumuskan masalah keperawatan sesuai pengelompokkan dengan data yang diperoleh pada kasus Tuberkulosis paru. c. Menetapkan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan Tuberkulosis paru. d. Menetapkan implementasi keperawatan pada klien dengan tuberkulosis paru.
52 e. Melakukan evaluasi terhadap implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan Tuberkulosis paru. C. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik : 1. Observasi Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada klien dengan melakukan asuhan keperawatan dimana terdapat interaksi perawat klien dan perawat keluarga klien. 2. Wawancara Pengumpulan data didapat tanya jawab atau anamesis kepada Ny.N dan keluarga serta perawat yang bertugas di ruang kenanga RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga 3. Perpustakaan Pengumpulan data didapat dengan cara menggali sumber-sumber pengetahuan melalui buku-buku atau jurnal terkini yang berkaitan dengan tuberkulosis paru. 4. Catatan Medik atau Reka Medik Pengumpulan data didapat dengan cara menelaah catatan medis Ny.N yang terdapat pada buku status perkembangan di Ruangan maupun di Rekam medik. D. Manfaat Penulisan Diharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis.
53 1. Manfaat Teoritis Sebagai ilmu tambahan untuk semua pihak, khususnya tentang penyakit tuberkulosis. 2. Manfaat Praktis Bagi keluarga pasien dan juga pasien sendiri sebagai pedoman untuk meningkatkan perawatan dirumah dan juga sebagai informasi untuk lebih meningkatkan kesehatan anggota keluarga. E. Tempat dan Waktu Asuhan keperawatan ini dilakukan pada Ny.N diruang kenanga RSUD. Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dari tanggal 23 mei 2017 sampai 24 mei 2017 jam 07:00 sampai dengan selesai. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan terdiri dari : BAB I :Pendahuluan berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, pengumpulan data, tempat dan waktu, manfaat serta sistematika penulisan. BAB II :Tinjauan pustaka, membahas tentang pustaka- pustaka yang terkait dengan hasil, yang terdiri dari pengertian, etiologi, tanda dan gejala, anatomi fisiologi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan yang meliputi : pathway, perumusan masalah dan fokus intervensi. BAB III :Tinjauan kasus, membahas tentang tinjauan kasus yang meliputi : pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi dan
54 evaluasi. BAB IV :Pembahasan, yang meliputi : pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi dari hasil. BAB V :Penutup meliputi : kesimpulan dan saran.