Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015

dokumen-dokumen yang mirip
SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI

Jurnal Budget. Vol. 2, No. 1, Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

PERAN PROVINSI DALAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INDONESIAN DEVELOPMENT FORUM (IDF)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI UU 25 TAHUN 2004

KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN SEKTOR KORPORASI

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

Knowledge Management Forum April

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN Drs. REYDONNYZAR MOENEK, M. Devt.M

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM MENGHADAPI MEA 2015

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan

BAPPEDA Planning for a better Babel

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

Kasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I P E N D A H U L U A N

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, APRIL 2017

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

Kebijakan Percepatan Pembangun Industri Perikanan Nasional

BAB I PENDAHULUAN I - 1

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KOTA PARIAMAN TAHUN 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

ALOKASI PADA PRIORITAS RANCANGAN AWAL RKP DAN PAGU INDIKATIF 2019

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berlaku walaupun terjadi secara berlanjut dalam

Pembangunan Nasional dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

Reformulasi Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional:

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015 KAJIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM UPAYA PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA disusun oleh: Ahmad Sani Alhusain Asep Ahmad Saefuloh Ariesy Tri Mauleny Nidya Waras Sayekti Lisnawati BIDANG PENGKAJIAN PUSAT PENGKAJIAN PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI (P3DI) SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Permasalahan konektivitas nasional dan penguatannya menjadi sangat signifikan dalam mendukung upaya percepatan dan pemerataan pembangunan. Persoalan konektivitas antar koridor sangat terkait dengan ketersediaan infrastruktur yang memungkinkan keterhubungan antar pulau dan wilayah dengan lebih cepat dan lebih murah. Dengan demikian permasalahan konektivitas ini menarik untuk dianalisis lebih mendalam sehingga perlu diajukan penelitian. 2. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana hubungan dan sinkronisasi perencanaan pembangunan di pusat dan daerah baik jangka panjang, jangka menengah maupun prioritas tahunan, serta kebijakan pembangunan lainnya terkait penguatan konektivitas nasional? Sejauh mana perkembangan penguatan konektivitas nasional yang meliputi sistem logistik, sistem transportasi, pengembangan regional, dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)? Serta permasalahan dan tantangan apa saja yang terjadi dalam upaya-upaya penguatan konektivitas nasional?. 3. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitikberatkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji dengan menempatkan teori pada data yang diperoleh. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah studi literatur, FGD, dan studi kasus di dua provinsi. 4. Dari pembahasan diketahui bahwa proses perencanaan pembangunan sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu perencanaan pembangunan yang dianut adalah Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang merupakan satu kesatuan tata cara ii

perencanaan pembangunan untuk untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran yang diwujudkan dalam rencana-rencana pembangunan jangka panjang, menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di pusat dan daerah. SPPN diatur dalam UU No.25 Tahun 2004 tentang SPPN. 5. Konektivitas nasional menjadi salah satu tujuan pembangunan nasional sebagai bagian dari pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang 2005-2025 yang ditetapkan dalam UU No.17 Tahun 2007 tentang Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yaitu terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. Kemudian diterjemahkan dalam pembangunan jangka menengah dan pendek. Tujuan tersebut kemudian dirinci lagi dengan adanya dokumen perencanaan pendukung yaitu Dokumen MP3EI. Perlunya dokumen pendukung tersebut dikarenakan keterbatasan anggaran yang dimiliki sehingga perlu melibatkan peran swasta. 6. Meskipun terdapat dua dokumen pembangunan yang bersifat jangka panjang, tetapi pelaksanaannya saling mendukung dan terkait. Begitu juga dalam penjabarannya sebagai bagaian dari SPPN, maka pembangunan jangka menengahnya mengacu kepada RPJPN dan MP3EI. Karena itu dalam dokumen pembangunan menengahnya sebagaimana ditetapkan dalam Perpres No.2 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 pembangunan difokuskan untuk mewujudkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing, perekonomian kompetitif dengan berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas, serta kemampuan iptek yang terus meningkat. Karena itu pembangunan konektivitas dilakukan dalam kerangka pencapaian perekonomian yang berdaya saing dan kompetitif. Langkah ini dianggap menjadi penting karena selama ini yang menjadikan perekonomian tidak kompetitif dan kurang berdaya saing karena biaya produksi yang tinggi disumbang oleh mahalnya biaya logistik. iii

7. Sebagai operasional dari perencanaan pembangunan tahunan diwujudkan dalam RKP yang menjadi dasar bagi penyusunan APBN. Untuk tahun 2016, konektivitas diadopsi dalam RKP melalui peningkatan belanja infrastruktur untuk memperkuat konektivitas nasional disamping sektor kemaritiman dan kelautan. Dengan demikian dilihat harmonisasi antar dokumen pembangunan sudah terjadi. Begitu juga di daerah yang menjadi studi memperlihatkan bahwa masalah konektivitas masuk dalam perencanaan pembangunan. Dokumen perencanaan di daerah studi memperlihatkan bahwa RPJPD, RPJMD dan RKPD semuanya mengacu, memperlhatikan dan menyerasikan dengan RPJPN, RPJMN dan RKP. 8. Sementara itu perkembangan penguatan konektivitas nasional meliputi sistem logistik, sistem transportasi, pengembangan kewilayahan dan TIK menunjukan perkembangan yang signifikan dan terarah. Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi terhadap pencapaian konektivitas nasiona melalui: Pengembangan sistem logistik nasional dengan membangun infrastuktur logistik yang terdiri atas simpul logistik dan mata rantai logistik yang berfungsi menggerakkan barang dari titik asal ke titik tujuan; Pengembangan sistem transportasi nasional melalui pengembangan sistem transportasi yang efisien, salah satunya dengan pengembangan tol laut; Pengembangan kewilayahan melalui penciptaan pusatpusat pertumbuhan ekonomi melalui pembentukan enam koridor ekonomi dimana masing-masing koridor memiliki tema yang disesuaikan dengan karakteristik wilayahnya. Dalam pengembangan kewilayahan juga dikembangkan pembentukan kawasan-kawasan ekonomi, misalnya KAPET atau KEK; dan Pengembangan TIK diarahkan kepada pengunaan TIK dalam sektor pemerintahan dan bisnis. Di sektor pemerintahan pengunaan TIK diwujudkan dalam pengunaan e-gov, sedangkan pada sektor bisnis pengunaan TIK diterapkan pada tatakelola bisnisnya. 9. Pengembangan konektivitas nasional masih menjumpai berbagai permasalahan, yang dapat mengganggu pelaksanaannya. Permasalahan terjadi dalam tahapan perencanaan sampai pelaksanaan, terutama upaya-upaya penguatan konektivitas nasional. Masalah menyangkut pembangunan infrastruktur konektivitas adalah iv

masalah perizinan investasi dan berbagai masalah klasik seperti pendanaan, penegakkan aturan dan dan faktor lingkungan fisik. Bagi pemerintah daerah permasalahannya adalah keterbatasan potensi sumber daya terutama keterbatasan anggaran. Persoalan lain yang dihadapi adalah persoalan pembebasan lahan serta peruntukan lahan disamping masalah tumpang tindihnya kewenangan (yang terkait dengan regulasi). 10. Dalam hal perencanaan pembangunan maka perlu memperluas dan mendiseminasikan kemampuan perencanaan ke seluruh lapisan masyarakat karena tidak setiap daerah memiliki kemampuan yang sama dalam menyusun perencanaan pembangunannya. Terkait dengan revisi UU No.25 Tahun 2004 maka perlunya perbaikan dalam SPPN yang diterapkan di Indonesia yaitu dengan menyeragamkan tahapan pembangunan antara pusat dan daerah serta perlunya fleksibilitas dengan horizon perencanaan yang ditetapkan sehingga tidak terlalu kaku dengan penerapan konsep pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang. 11. Dalam hal penguatan konektivitas maka harus mengalokasikan sumberdaya pembangunan melalui kelembagaan-kelembagaan dalam sistem logistik nasional, sistem transportasi nasional, pengembangan wilayah, dan TIK sesuai dengan Road Map. Termasuk didalamnya adalah melakukan revisi atas peraturan perundangundangan yang terkait seperti: Pengembangan beberapa regulasi dan kelembagaan untuk penanganan jalan daerah, antara lain: mendukung skema pendanaan untuk pembangunan jalan daerah yang melibatkan hibah dari pemerintah pusat; Melanjutkan dan merampungkan reformasi di bidang transportasi jalan melalui UU No.38 Tahun 2004 tentang Jalan dan revisi UU No.14 Tahun 1992 tentang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan, dan Peraturan Pelaksanaannya; Merevisi PP No.56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian sebagai landasan hukum bagi pemerintah dan badan usaha lainnya dalam mendorong penyelenggaraan sarana dan prasarana kereta api; Penataan pelabuhan laut sebagai salah satu komponen sistem transpotasi laut perlu ditata sesuai dengan UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran, khususnya yang terkait dengan penataan Pelabuhan Utama, Pelabuhan v

Pengumpul, dan Pelabuhan Pengumpan; Penerbitan Perpres untuk Ratifikasi Arrest of Ship Convention 1999 sebagai landasan hukum bagi pemerintah dalam mendukung pembiayaan penyediaan armada pelayaran nasional; dan, Penetapan PP/Perpres tentang pembentukan otoritas transportasi yang memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan transportasi di wilayah perkotaan yang melewati lintas batas kewenangan Pemda sebagai landasan pengembangan sistem transportasi perkotaan. 12. Menghadapi permasalahan konektivitas nasional maka diperlukan penataan regulasi jika itu menyangkut masalah kewenangan. Dalam hal penataan regulasi juga dibutuhkan pengaturan lebih rinci dan teknis terutama terkait dengan penguatan konektivitas nasional. Tetapi jika menyangkut potensi maka pemerintah pusat dapat memberikan/insentif kebijakan lainnya. Misalkan untuk pengembangan transportasi udara maka pemerintah dapat mengembangkan penerbangan perintis. vi