Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015 KAJIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM UPAYA PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA disusun oleh: Ahmad Sani Alhusain Asep Ahmad Saefuloh Ariesy Tri Mauleny Nidya Waras Sayekti Lisnawati BIDANG PENGKAJIAN PUSAT PENGKAJIAN PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI (P3DI) SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2015
RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Permasalahan konektivitas nasional dan penguatannya menjadi sangat signifikan dalam mendukung upaya percepatan dan pemerataan pembangunan. Persoalan konektivitas antar koridor sangat terkait dengan ketersediaan infrastruktur yang memungkinkan keterhubungan antar pulau dan wilayah dengan lebih cepat dan lebih murah. Dengan demikian permasalahan konektivitas ini menarik untuk dianalisis lebih mendalam sehingga perlu diajukan penelitian. 2. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana hubungan dan sinkronisasi perencanaan pembangunan di pusat dan daerah baik jangka panjang, jangka menengah maupun prioritas tahunan, serta kebijakan pembangunan lainnya terkait penguatan konektivitas nasional? Sejauh mana perkembangan penguatan konektivitas nasional yang meliputi sistem logistik, sistem transportasi, pengembangan regional, dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)? Serta permasalahan dan tantangan apa saja yang terjadi dalam upaya-upaya penguatan konektivitas nasional?. 3. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitikberatkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji dengan menempatkan teori pada data yang diperoleh. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah studi literatur, FGD, dan studi kasus di dua provinsi. 4. Dari pembahasan diketahui bahwa proses perencanaan pembangunan sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu perencanaan pembangunan yang dianut adalah Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang merupakan satu kesatuan tata cara ii
perencanaan pembangunan untuk untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran yang diwujudkan dalam rencana-rencana pembangunan jangka panjang, menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di pusat dan daerah. SPPN diatur dalam UU No.25 Tahun 2004 tentang SPPN. 5. Konektivitas nasional menjadi salah satu tujuan pembangunan nasional sebagai bagian dari pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang 2005-2025 yang ditetapkan dalam UU No.17 Tahun 2007 tentang Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yaitu terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. Kemudian diterjemahkan dalam pembangunan jangka menengah dan pendek. Tujuan tersebut kemudian dirinci lagi dengan adanya dokumen perencanaan pendukung yaitu Dokumen MP3EI. Perlunya dokumen pendukung tersebut dikarenakan keterbatasan anggaran yang dimiliki sehingga perlu melibatkan peran swasta. 6. Meskipun terdapat dua dokumen pembangunan yang bersifat jangka panjang, tetapi pelaksanaannya saling mendukung dan terkait. Begitu juga dalam penjabarannya sebagai bagaian dari SPPN, maka pembangunan jangka menengahnya mengacu kepada RPJPN dan MP3EI. Karena itu dalam dokumen pembangunan menengahnya sebagaimana ditetapkan dalam Perpres No.2 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 pembangunan difokuskan untuk mewujudkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing, perekonomian kompetitif dengan berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas, serta kemampuan iptek yang terus meningkat. Karena itu pembangunan konektivitas dilakukan dalam kerangka pencapaian perekonomian yang berdaya saing dan kompetitif. Langkah ini dianggap menjadi penting karena selama ini yang menjadikan perekonomian tidak kompetitif dan kurang berdaya saing karena biaya produksi yang tinggi disumbang oleh mahalnya biaya logistik. iii
7. Sebagai operasional dari perencanaan pembangunan tahunan diwujudkan dalam RKP yang menjadi dasar bagi penyusunan APBN. Untuk tahun 2016, konektivitas diadopsi dalam RKP melalui peningkatan belanja infrastruktur untuk memperkuat konektivitas nasional disamping sektor kemaritiman dan kelautan. Dengan demikian dilihat harmonisasi antar dokumen pembangunan sudah terjadi. Begitu juga di daerah yang menjadi studi memperlihatkan bahwa masalah konektivitas masuk dalam perencanaan pembangunan. Dokumen perencanaan di daerah studi memperlihatkan bahwa RPJPD, RPJMD dan RKPD semuanya mengacu, memperlhatikan dan menyerasikan dengan RPJPN, RPJMN dan RKP. 8. Sementara itu perkembangan penguatan konektivitas nasional meliputi sistem logistik, sistem transportasi, pengembangan kewilayahan dan TIK menunjukan perkembangan yang signifikan dan terarah. Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi terhadap pencapaian konektivitas nasiona melalui: Pengembangan sistem logistik nasional dengan membangun infrastuktur logistik yang terdiri atas simpul logistik dan mata rantai logistik yang berfungsi menggerakkan barang dari titik asal ke titik tujuan; Pengembangan sistem transportasi nasional melalui pengembangan sistem transportasi yang efisien, salah satunya dengan pengembangan tol laut; Pengembangan kewilayahan melalui penciptaan pusatpusat pertumbuhan ekonomi melalui pembentukan enam koridor ekonomi dimana masing-masing koridor memiliki tema yang disesuaikan dengan karakteristik wilayahnya. Dalam pengembangan kewilayahan juga dikembangkan pembentukan kawasan-kawasan ekonomi, misalnya KAPET atau KEK; dan Pengembangan TIK diarahkan kepada pengunaan TIK dalam sektor pemerintahan dan bisnis. Di sektor pemerintahan pengunaan TIK diwujudkan dalam pengunaan e-gov, sedangkan pada sektor bisnis pengunaan TIK diterapkan pada tatakelola bisnisnya. 9. Pengembangan konektivitas nasional masih menjumpai berbagai permasalahan, yang dapat mengganggu pelaksanaannya. Permasalahan terjadi dalam tahapan perencanaan sampai pelaksanaan, terutama upaya-upaya penguatan konektivitas nasional. Masalah menyangkut pembangunan infrastruktur konektivitas adalah iv
masalah perizinan investasi dan berbagai masalah klasik seperti pendanaan, penegakkan aturan dan dan faktor lingkungan fisik. Bagi pemerintah daerah permasalahannya adalah keterbatasan potensi sumber daya terutama keterbatasan anggaran. Persoalan lain yang dihadapi adalah persoalan pembebasan lahan serta peruntukan lahan disamping masalah tumpang tindihnya kewenangan (yang terkait dengan regulasi). 10. Dalam hal perencanaan pembangunan maka perlu memperluas dan mendiseminasikan kemampuan perencanaan ke seluruh lapisan masyarakat karena tidak setiap daerah memiliki kemampuan yang sama dalam menyusun perencanaan pembangunannya. Terkait dengan revisi UU No.25 Tahun 2004 maka perlunya perbaikan dalam SPPN yang diterapkan di Indonesia yaitu dengan menyeragamkan tahapan pembangunan antara pusat dan daerah serta perlunya fleksibilitas dengan horizon perencanaan yang ditetapkan sehingga tidak terlalu kaku dengan penerapan konsep pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang. 11. Dalam hal penguatan konektivitas maka harus mengalokasikan sumberdaya pembangunan melalui kelembagaan-kelembagaan dalam sistem logistik nasional, sistem transportasi nasional, pengembangan wilayah, dan TIK sesuai dengan Road Map. Termasuk didalamnya adalah melakukan revisi atas peraturan perundangundangan yang terkait seperti: Pengembangan beberapa regulasi dan kelembagaan untuk penanganan jalan daerah, antara lain: mendukung skema pendanaan untuk pembangunan jalan daerah yang melibatkan hibah dari pemerintah pusat; Melanjutkan dan merampungkan reformasi di bidang transportasi jalan melalui UU No.38 Tahun 2004 tentang Jalan dan revisi UU No.14 Tahun 1992 tentang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan, dan Peraturan Pelaksanaannya; Merevisi PP No.56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian sebagai landasan hukum bagi pemerintah dan badan usaha lainnya dalam mendorong penyelenggaraan sarana dan prasarana kereta api; Penataan pelabuhan laut sebagai salah satu komponen sistem transpotasi laut perlu ditata sesuai dengan UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran, khususnya yang terkait dengan penataan Pelabuhan Utama, Pelabuhan v
Pengumpul, dan Pelabuhan Pengumpan; Penerbitan Perpres untuk Ratifikasi Arrest of Ship Convention 1999 sebagai landasan hukum bagi pemerintah dalam mendukung pembiayaan penyediaan armada pelayaran nasional; dan, Penetapan PP/Perpres tentang pembentukan otoritas transportasi yang memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan transportasi di wilayah perkotaan yang melewati lintas batas kewenangan Pemda sebagai landasan pengembangan sistem transportasi perkotaan. 12. Menghadapi permasalahan konektivitas nasional maka diperlukan penataan regulasi jika itu menyangkut masalah kewenangan. Dalam hal penataan regulasi juga dibutuhkan pengaturan lebih rinci dan teknis terutama terkait dengan penguatan konektivitas nasional. Tetapi jika menyangkut potensi maka pemerintah pusat dapat memberikan/insentif kebijakan lainnya. Misalkan untuk pengembangan transportasi udara maka pemerintah dapat mengembangkan penerbangan perintis. vi