BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memberikan apresiasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. untuk membudayakan manusia (Dhiu, 2012:24). Subjek sentral dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri, yakni untuk membudayakan manusia. Menurut Dhiu (2012:25-27)

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan di setiap negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

I. PENDAHULUAN. individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya IPTEK di era modern ini memberikan kesadaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal. tersebut secara rinci dikemukakan berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju mengakibatkan perubahan pola pikir dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi dirinya, masyarakat dan bangsa. (Dhiu Margareta, 2012: 24),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

I. PENDAHULUAN. rendahnya daya serap siswa, kesalahan pemahaman dan rendahnya. kemampuan siswa dalam menerapkan konsep-konsep baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai usaha atau keinginan yang dilakukan dengan sengaja dan teratur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

I. PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menyiapkan sumber daya manusia yang produktif. Hal ini berarti bahwa berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan (Dhiu, 2012: 25)

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama secara efektif. Sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. Hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI SMA YP Unila Bandar

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ardi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa komponen

BAB I PENDAHULUAN. pada provinsi Jawa Tengah. Menurut laporan hasil ujian nasional SMP tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan

BAB V PENUTUP. penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Discovery Learning yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat yang langsung bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. belajar, lingkungan belajar dan motivasi berprestasi siswa.

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai manakala ditunjang oleh usaha dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun pendidikan saat ini masih belum seperti yang diharapkan. Oleh karena itu wajarlah kalau timbul gagasan perbaikan dan perubahan dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang menggeluti bidang pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, ilmu kimia sebagai salah satu mata pelajaran pada setiap jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan formal maupun jenjang pendidikan non formal dipandang memegang peranan yang sangat penting, sebab ilmu kimia merupakan suatu sarana berpikir logis, berpikir abstrak, generalisasi, analitik, dan sistematis, sehingga tipe belajar apapun yang digunakan dalam belajar ilmu kimia selalu berhadapan dengan simbol-simbol dalam struktur kimia, konsep-konsep yang terkandung di balik simbol-simbol ini sangat penting di dalam membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi dalam struktur kimia serta perhitungan kimia. Menurut Ausubel (Trianto, 2007 : 25 ) menekankan proses belajar akan terjadi bila anak didik telah memiliki kesiapan berupa kemampuan untuk menghubungkan konsep-konsep yang akan dipelajari dengan konsep lama. Kemampuan seperti ini berhubungan erat dengan kemampuan penalaran formal.

Menurut Slameto (2013 : 54) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi : faktor eksternal dan faktor internal atau faktor individu siswa. Dijelaskan lebih lanjut bahwa faktor internal paling menentukan dibanding faktor-faktor lain. Faktor internal siswa terdiri atas : faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologi meliputi : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor psikologi dari indivudi siswa yang punya pengaruh cukup besar dalam belajar adalah faktor intelegensi, karena faktor tersebut menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah. (Soemanto, 2012 : 142) Menurut Thurstone (Soemanto, 2012 : 145) menjelaskan tentang organisasi intelegensi yang abstrak, ia dengan menggunakan tes-tes mental serta teknik-teknik statistik khusus membagi intelegensi menjadi tujuh kemampuan primer yaitu : kemampuan numerik/matematis, kemampuan verbal/bahasa, kemampuan abstraksi, kemampuan menghubungkan kata, kemampuan penalaran formal atau membuat keputusan baik induktif maupuan deduktif, kemampuan mengenal dan kemampuan mengingat. Kemampuan merupakan kata benda dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup), melakukan sesuatu sehingga kemampuan dapat diartikan kesanggupan/kecakapan. Nawi (2012) memberikan pengertian penalaran adalah sebagai proses kapasitas siswa untuk melakukan operasi-operasi formal yang meliputi : penalaran proposional, pengontrolan variabel, probabilistik, korelasional, dan kombinatorial. Sedangkan menurut Dandy( Indrawati,2012 ), kemampuan numerik adalah kemampuan dalam hal hitungan angka-angka untuk mengetahui seberapa baik seseorang dapat memahami ide-ide dan konsep-konsep yang

dinyatakan dalam bentuk angka serta seberapa mudah seseorang dapat berfikir dan menyelesaikan masalah dengan angka-angka. Kemampuan penalaran formal dan kemampuan numerik merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki siswa sebagai potensi yang turut mempengaruhi prestasi belajar kimia siswa. Karena itu, aspek ini juga perlu mendapat perhatian guru dalam pembelajaran. Dilihat dari segi kemampuan penalaran formal dan kemampuan numerik siswa dalam menanggapi pelajaran yang diberikan juga bervariasi (ada yang rendah, sedang dan tinggi). Hal ini disebabkan oleh kemampuan dalam menerima dan mentransfer informasi yang diperoleh mempunyai tingkatan yang berbeda -beda. Untuk itu tugas guru yang utama, bukan lagi menyampaikan pengetahuan, melainkan memupuk pengertian, membimbing mereka belajar sendiri dan lebih mengarahkan untuk mendapatkan sendiri konsepkonsep ilmu itu. Banyak siswa yang hanya mengetahui secara teoritis saja, tetapi sulit untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Bruner (Soemanto, 2012:134) discovery learning merupakan pembelajaran yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif di dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Discovery learning merupakan model kognitif dalam pembelajaran dimana guru menciptakan situasi sehingga siswa dapat belajar sendiri. Pembelajaran dengan model ini menggunakan proses penemuan yang didesain oleh guru sehingga siswa dapat menemukan atau membuktikan kembali suatu konsep berupa definisi-definisi atau kesimpulan. Selain itu siswa juga dilatih untuk mengembangkan fakta-fakta, membangun konsep untuk menerangkan fenomena-fenomena yang dihadapinya. Dengan model ini siswa akan lebih aktif menemukan informasi sendiri dan membantunya mengembangkan potensi yang ia miliki sebaik mungkin.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada saat PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) di SMAN 8 Kupang sudah baik dimana guru mengkombinasikan berbagai macam metode pembelajaran namun, aktifitas siswa untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan ide dan pendapat saat proses pembelajaran berlangsung masih kurang. Banyak alasan yang disampaikan siswa mengapa mereka tidak mau bertanya. Alasan utama mereka tidak bertanya adalah malu, takut dimarahi, dan lain sebagainya. Akibatnya guru merasa informasi yang disampaikan sudah dipahami oleh seluruh siswa dikelas namun pada kenyataannya ada beberapa siswa yang belum memahami materi yang disampaikan secara keseluruhan. Kadang ada siswa yang hanya berusaha menghafal rumus saja tetapi tidak memahami materi tersebut secara keseluruhan. Hal-hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa dimana banyak yang tidak mencapai standar ketuntasan kelulusan minimal. Berdasarkan data yang ada rata-rata nilai ulangan siswa kelas XI IPA semester ganjil laju reaksi adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Ulangan Materi Laju Reaksi Tahun Ajaran Nilai Rata-rata Nilai KKM 2012 2013 75,21 72 2013 2014 60, 96 72 2014 2015 68,24 75 Rendahnya hasil belajar siswa terhadap materi pokok laju reaksi terhadap siswa kelas XI IPA SMAN 8 Kupang dibuktikan dengan nilai rata-rata ulangan yang masih di bawah Kriteria Kentuntasan Minimal (KKM). Masalah tersebut terjadi karena siswa hanya mau menerima transfer ilmu daripada guru dan tidak mau mencari informasi

sendiri. Kadang juga informasi hanya dicari oleh beberapa teman saja bukan secara keseluruhan sehingga secara keseluruhan siswa tidak dapat memperoleh pengetahuan secara mendalam. Dari data yang ada menandakan cara belajar siswa masih cenderung didominasi oleh guru. Dalam pembelajaran kimia kelas XI IPA terdapat materi Laju Reaksi. Laju reaksi adalah pengurangan konsentrasi pereaksi per satuan waktu atau penambahan konsentrasi per satuan waktu. Materi laju reaksi mempelajari tentang konsep laju reaksi, persamaan laju reaksi, orde reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Oleh karena itu dalam pembelajaran di kelas diharapkan guru mengunakan model, metode ataupun pendekatan yang sesuai dengan isi materi tersebut. Model Pembelajaran yang cocok untuk materi ini salah satunya adalah model discovery learning yaitu siswa belajar menemukan sendiri dan bukan sekedar menghafal saja tetapi siswa didorong untuk aktif menemukan sendiri teori atau fakta fakta melalui kegiatan pembelajaran sehingga siswa lebih memahami materi atau konsep yang dipelajari. Jika siswa aktif menemukan sendiri informasi secara kelompok maupun individu maka kemampuan penalaran formal dan kemampuan numerik yang dimiliki siswa dapat dikembangkan dengan baik dan pastinya akan berpengaruh pada hasil pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Kemampuan Penalaran Formal dan Kemampuan Numerik Terhadap Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Pokok Laju Reaksi Kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sebagaimana telah peneliti paparkan di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut : 1) Bagaimana efektifitas penerapan model pembelajaran discovery learning pada materi laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016? Adapun rumusan masalah di atas dapat dirincikan sebagai berikut : a) Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016? b) Bagaimana ketuntasan indikator dalam mengelolah pembelajran dengan menerapkan pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016? c) Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016? 2) Bagaimana kemampuan penalaran formal siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016? 3) Bagaimana kemampuan numerik siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016? 4) a. Adakah hubungan yang signifikan antara kemampuan penalaran formal siswa terhadap hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016?

b. Adakah hubungan yang signifikan antara kemampuan numerik siswa terhadap hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016? c. Adakah hubungan yang signifikan antara kemampuan penalaran formal dan kemampuan numerik siswa terhadap hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016? 5) a. Adakah pengaruh yang signifikan antara kemampuan penalaran formal terhadap hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning materi pada pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016? b. Adakah pengaruh yang signifikan antara kemampuan numerik terhadap hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016? c. Adakah pengaruh yang signifikan antara kemampuan penalaran formal dan kemampuan numerik terhadap hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 Adapun tujuan di atas dapat dirincikan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 b. Untuk mengetahui ketuntasan indikator dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 c. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 2. Untuk mengetahui kemampuan penalaran formal siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 3. Untuk mengetahui kemampuan numerik siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 4. a. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan kemampuan antara penalaran formal siswa terhadap hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 b. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan kemampuan antara numerik siswa terhadap hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 c. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kemampuan penalaran formal dan kemampuan numerik siswa terhadap hasil belajar dengan

menerapkan model pembelajaran discovery learning materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 5. a. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kemampuan penalaran formal terhadap hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 b. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kemampuan numerik terhadap hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 c. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kemampuan penalaran formal dan kemampuan numerik terhadap hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Universitas Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagi bahan referensi bagi peneliti lain dengan materi sejenis, serta memberikan sumbangan bagi perbendaharaan karya tulis ilmiah di perpustakaan. 2. Bagi Sekolah

a) Sebagai bahan masukan bagi guru kimia dalam usaha untuk memperbaiki faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya hasil belajar kimia pada materi pokok materi pokok laju reaksi. b) Memberikan informasi bagi siswa untuk memperbaiki cara belajar agar dapat menumbuhkan minat, kreativitas berpikir dan bekerja sama, serta saling berinteraksi sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi Peneliti a) Menambah pengetahuan sekaligus menerapkan ilmu pengetahuan yang selama ini diperoleh di universitas. b) Jika dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa pembelajaran discovery learning berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa, maka hal ini mendorong penulis untuk menggunakan jenis pembelajaran ini dalam kegiatan belajar mengajar di masa mendatang. 4. Bagi Pihak Lain Sebagai sumber informasi bagi para pencinta ilmu pengetahuan khususnya yang berminat melakukan penelitian serupa lebih lanjut. 1.5 Batasan Penelitian Agar tidak terjadi penyimpangan dan penafsiran yang berbeda-beda terhadap persoalan pokok pada penelitian ini maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut : 1. Obyek penelitian yaitu penalaran formal dan kemampuan numerik dan hasil belajar materi pokok laju reaksi. 2. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang.

3. Proses pembelajaran kimia pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran discovery learning. 4. Hasil belajar materi pokok pokok laju reaksi yang dilihat dari aspek kognitif C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Aplikasi) yang diperoleh melalui posttest, aspek afektif, dan aspek psikomotor. 1.6 Batasan Istilah Batasan istilah dalam penelitian ini adalah : 1. Pengaruh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga menjelaskan bahwa Pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Alwi. dkk, 2002:150). Sedangkan Surakhmad (dalam Tindaon, 2012) menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. 2. Model Pembelajaran Discovery learning Menurut Thomas, dkk (1999) dalam Sani (2014) disebutkan bahwa Pembelajaran discovery learning merupakan model pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. 3. Kemampuan Penalaran Formal Kemampuan merupakan kata benda dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup), melakukan sesuatu sehingga kemampuan dapat diartikan kesanggupan/kecakapan. Menurut Shurter dan Pierce (dalam Sumarno, 1987)

memberikan pengertian penalaran adalah sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. 4. Kemampuan Numerik Menurut Gardner, kemampuan numerik adalah kemampuan yan\gan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti dipunyai seorang matematikus, saintis, programmer, dan logikus. Termasuk dalam inteligensi tersebut adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan. 5. Hasil belajar. Hasil belajar dalam hal ini berarti hasil belajar kimia materi pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kupang tahun ajaran 2015/2016.