BAB V KESIMPULAN Pada akhir abad XVII hampir seluruh Pulau Jawa secara resmi beragama Islam, tetapi dengan intensitas yang berdeda. Pusat ajaran Islam berada di kota-kota pesisir Utara. Disitulah titik berat kebudayaan santri. Kebudayaan pesantern itu berhadapan dengan kebudayaan animisne-dinamisme pedalaman Jawa. Walaupun mereka sebagian besar beragama Islam, namun dalam gaya kehidupan pengaruh tradisi Hindu Jawa lebih menonjol. Menduran merupakan sebuah desa yang letaknya berdekatan dengan Kota Purwodadi. Menurut tradisi lisan, kata Menduran sebenarnya berasal dari kata Mendurani yang artinya orang yang berasal dari Madura. Dari buku yang diterbitkan oleh ponpes Al Maram menyebutkan bahwa Mbah Khafiludin atau Ki Ageng Khafiludin bearasal dari Madura. Desa Menduran yang saat ini sebagai desa santri mempunyai keunikan tersendiri dibanding desa yang lain di wilayah Purwodadi. Keunikan tersebut disebabkan oleh adanya makam Ki Ageng Khafiludin dan masjid peninggalannya. Dengan legitimasi yang kuat, masyarakat sekitar mempercayai hal tersebut.
136 Kondisi semacam ini membuat desa Menduran menjadi desa yang berperan dalam kegiatan keagamaan bagi masyarakat Purwodadi. Pada sisi lain Menduran juga merupakan masyarakat yang dinamis dalam lingkup aktifitas keagamaan. Pemandangan yang diperlihatkan Desa Menduran memberikan isyarat bahwa disana telah menjadi patokan ilmu keagamaan pada tahun 1980. Sedangkan semaraknya kegiatan agama yang berlangsung merupakan simbol dari kehidupan masyarakat yang agamis. Pada tahun 1961, Kyai Muwnawar Kholil mendirikan pondok pesantren Al Maram. Kyai Muwnawar Kholil dan pesantrennya lambat laun memberi sumbangan hal baru baik di bidang kebudayaan, ekonomi, dan juga sosial. Pendekatan yang digunakan Kyai Munaar Kholil adalah pendekatan dakwah berbasis sosio-kultural. Dari sinilah masyarakat mau mempelajari Islam secara lebih mendalam. Pada masa kepemimpinannya, Kyai Muwnawar Kholil cukup sukses memberikan perubahan dalam bidang agama dan ekonomi. Dimana mulai tertariknya masyarakat sekitar untuk mulai mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan di Masjid dan mulai meninggalkan pertanian sebagai sumber penghidupan. Para alumni dari pesantren Al Maram juga ikut berperan dalam transformasi ekonomi Desa Menduran, mereka mencoba
137 mendirikan usaha baru yang sesuai dengan wilayah Desa Menduran. Yaitu dengan cara mendirikan rumah-rumah pemotongan ayam, industi tahu dan tempe, serta menjadi pedagang di pasar Purwodadi. Berdirinya Pesantren Al Maram membuka lembaran sejarah baru, khususnya bagi masyarakat Desa Menduran. Desa yang sebelumnya kurang memahami terhadap agama. Dengan berjalanya waktu Desa Menduran bertransformasi menjadi desa yang penduduknya taat dalam menjalankan ajaran Agama Islam. Dengan proses penyantrian masyarakat yang ada di Desa Menduran. Kyai Munawar Kholil mampu memasukkan budaya pesantern dengan cukup baik, seperti tahlilan, yasinan, manaqib, dan lain sebagainya dalam masyarakat pada pertengahan tahun 1970. Selain itu munculnya MI di komplek pondok pesantren menjadi perpaduan pendidikan yang kompleks. Madrasah yang menjadi benteng bidang agama dan MI berjalan dalam bidang pendidikan formalnya. Kedua pendidikan tersebut menggunakan tempat yang sama, yaitu di kompleks masjid atau pondok pesantren di atas tanah wakaf dari Kyai Munawar Kholil dan kakak iparnya yaitu Muhammad Yasir. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa dengan berdirinya pondok pesabtren dan MI
138 Menduran ini mampu memberikan perubahan yang positif bagi masyarakat desa. Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan semakin meningkat. Meski dengan keadaan serba terbatas namun mereka mampu membuktikan niat mereka untuk bersekolah dan menyekolahkan anaknya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pesantren Al Maram dapat maju dan berkembang pesat, serta dapat dengan mudah diterima masyarakat Menduran. Pertama, kualitas kepemimpinan Kyai Munawar itu sendiri. Kepemimpinannya mempengaruhi karakter pesantren yang diasuh sekaligus mempengaruhi masyarakat desa. Kyai Munawar tergolong mampu menjadi seorang Kyai pemimpin umat, khususnya pada masyarakat Menduran. Pengetahuan ilmu agama Islam yang dimiliki sangat luas. Hal tersebut merupakan modal utama bagi seorang pemimpin agama. Sifat altruis yang dimiliki menyebabkan kebijakan yang diambil lebih berorientasi pada umat yang dipimpinnya. Kedua hubungan atau komunikasi Kyai Munawar atau pesantren dengan masyarakat sangat baik. Ada bebeapa kasus pesantren yang tidak dapat maju atau berkembang karena hubungan atau komunikasinya dengan masyarakat sekitar kurang baik. Pesantren Al Maram tidak menggunakan asas mukim,
139 sehingga siapa yang ingin menjadi santri tidak harus hidup dalam pondok pesantren. Dengan sifat yang demikian pesantern Al Maram tidak menjadi lembaga pendidikan yang Isolatif dari masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari sifat penyelenggaraan pandidikan madrasah yang banyak menampung anak-anak remaja dan masyarakat sekitarnya serta memberikan kesempatan pada mereka untuk mendapatkan pendidikan pesantren dalam waktu-waktu tertentu. Pesantren Al Maram menjadi sumber utama dari perubahan-peubahan dalam masyarakat Desa Mendura. Dengan sifat yang terbuka, pesantren Al Maram menyatu dengan masyarakat sekitar sehingga seola-olah pesantren Al Maram menjadikan masyarakat sebagai santri atau mensantrikan masyarakat. Yaitu pesantren yang santrinya adalah seluruh komponen masyarakat desa dan sekitarnya. Perkembanga selanjutnya menunjukan pasantren Al Maram mampu menjadi pusat perubahan dalam kehidupan politik. Kyai sebagai elit desa sangat berpengaruh terhadap politik di tingkat pedesaan. Kyai Munawar walaupun bukan politikus tetapi keputusan politiknya sangat mempengaruhi masyarakat dan terlebih para santri. Hal ini dibuktikan Kyai Munawar dengan pesantrennya yang mampu mengubah keputusan politik
140 masyarakat desa Menduran dalam mendukung atau memilih partai politik. Pada saat masyarakat desa Menduran masih abangan, atau sebelum berdirinya pesantren, partai yang menjadi mayaoritas pilihan adalah partai yang berbasis masa golongan abangan (PNI dan PKI). Sehingga partai tersebutlah yang menjadi partai terbesar dalam pemilu tahun 1955. Setelah pesantren Al Maram berdiri masyarakat merubah keputusan politiknya untuk memberi dukungan pada partai yang berbasis Islam, yaitu partai NU dan kemudian PPP. Fenomena tersebut dapat menunjukkan bahwa terjadinya mobillitas dalam sikap politik di masyarakat. Selain itu yang telah diuraikan diatas, Pesantren Al Maram menjadi sumber dan motor penggerak perubahan dalam masyarakat Menduran. Pesantren pada saat itu menjadi salah satu yang sangat berpengaruh atau agen of change pada masyarakat Desa Menduran. Hal ini karena pesantren telah menjadi cultural focus atau institusional focus dalam kehidupan masyarakat. Yaitu suatu lembaga yang mendapat penilaian tertinggi dari masyarakat. Oleh karena itu tidak heran bila menjadikan pesantren Al Maram sumber perubahan-perubahan dalam masyarakat Mendura.