BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi sudah banyak dilakukan. Untuk mengukur kondisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingginya tingkat inflasi, nilai tukar. pertumbuhan ekonomi yang masih rendah (Boediono, 2001).

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) demi

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

BAB I PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan sebuah kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya pemulihan pasca krisis moneter , telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberalisasi dan globalisasi membawa konsekuensi pada fundamental

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter adalah merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. moneter terutama sudah sangat banyak dilakukan oleh para peneliti di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya Undang-Undang No. 23 tahun 1999, kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

1. PENDAHULUAN. makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pembentukan Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak ekonom terutama pelaku pasar keuangan, namun belum terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah ekonomi seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. oleh Federal Open Market Committee (FOMC) terhadap return dan volatilitas

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter merupakan bagian dari kebijakan ekonomi yang dirumuskan

BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri ( capital flight)

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter (monetary policy) merupakan komponen kunci kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini

BABI PENDAHULUAN. Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS MATA UANG SUATU NEGARA

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka.

I. PENDAHULUAN. Salah satu dari kebijakan ekonomi terpenting dari sebuah pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN. dari penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh. manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

Perekonomian Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi mengenai pengaruh sektor moneter dan keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi sudah banyak dilakukan. Untuk mengukur kondisi sektor moneter dan keuangan menggunakan Indeks Kondisi Moneter (MCI) dan Indeks Kondisi Keuangan (FCI). Kedua index tersebut mempunyai hubungan yang erat terhadap pertumbuhan ekonomi. Setidaknya terdapat tiga kelompok pendapat mengenai hubungan kedua index tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi. Pendapat pertama menemukan bahwa terdapat hubungan antara Indeks Kondisi Moneter (MCI) maupun Indeks Kondisi Keuangan (FCI) terhadap pengambilan stance kebijakan moneter. Seperti yang diteliti oleh Freedman (1994) dan Gauthier, Graham bersama Liu (2004) di Kanada, Ericson dan kawan-kawan (1998) di Kanada dan Selandia Baru, Goodhart dan Hoffman (2001) di G7 Countries, Mayes dan Viren (2001) di Finlandia, Lack (2002) di Switzerland, End (2006) di Belanda, Qoyyum (2002) di Pakistan, Kanaan, Siddharta dan Bhoi (2006) di India, Osborne dan Sarah (2010) di kawasan euro, Inggris dan Amerika Serikat, Brave dan Butters (2011) di Amerika Serikat, Vokshi (2013) di Albania, Thompson, Eyden dan Gupta (2013) di kawasan Afrika Selatan dan Santoso bersama Iskandar (1999) dan Harahap (2003) di Indonesia. Sementara itu pendapat kedua menyatakan bahwa penggunaan Indeks Kondisi Moneter (MCI) maupun Indeks Kondisi Keuangan (FCI)

2 kurang relevan apabila digunakan dalam indikator utama pengambilan kebijakan moneter. Seperti halnya hasil penelitianan Aramonte (2013) di Amerika Serikat dan Majid (2012) di Malaysia. Namun selain dua pandangan, terdapat penelitian lebih lanjut mengenai hubungan Indeks Kondisi Moneter (MCI) maupun Indeks Kondisi Keuangan (FCI) terhadap pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh Switson (2008) dan Hatzius dan kawan-kawan (2010) di Amerika Serikat. Berdasarkan riset gap diatas, studi ini akan meneliti lebih lanjut tentang pengaruh Indeks Kondisi Moneter (MCI) maupun Indeks Kondisi Keuangan (FCI) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Indeks Kondisi Moneter (MCI) pada awalnya digunakan oleh Freedman pada tahun 1994 untuk membentuk indikator utama yang menjadi pertimbangan pengambilan kebijakan oleh Bank of Canada. Hal ini kemudian diikuti oleh beberapa negara lainnya seperti The Reserve Bank of New Zealand dan Bank of Finland sebagai indikator dalam penentuan kebijakan moneternya. Dalam pembentukan Indeks Kondisi Moneter bagi Freedman menemukan bahwa pembentukan indeks ini merupakan langkah yang sangat konseptual dan praktis dalam pelaksanaan kebijakan. Penelitian ini menggunakan dua variabel utama dalam pembentukan Indeks Kondisi Moneter, yaitu short-term interest rates dan effective exchange rate. Namun, dalam pengambilan kebijakan melalui pertimbangan Indeks Kondisi Moneter ini Freedman menyarankan untuk berhati-hati dan memperhatikan beberapa hal terkait perekonomian. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa variabel lain yang dapat mempengaruhi kondisi

3 perekonomian selain variabel nilai tukar maupun tingkat suku bunga yang digunakan dalam variabel pembentuk indeks ini. Menurut Qoyyum (2002) pendekatan Indeks Kondisi Moneter (MCI) ini digunakan untuk melihat pengaruh dari dua variabel utama yaitu nilai tukar dan tingkat suku bunga terhadap transmisi kebijakan moneter yang diambil. Data yang digunakan dalam pembentukan Indeks Kondisi Moneter (MCI) ini adalah data bulanan dari Juni 1990 sampai Juni 2001. Sebelum menghitung Indeks tersebut, terlebih dahulu dilakukan pembobotan menggunakan metode Johansen maximum likelihood berdasarkan on vector autoregressive technology. Seperti yang dilakukan oleh Modigliani, Bernanke dan Gertler dalam (Gauthier, Graham dan Liu, 2004), mengungkapkan bahwa Indeks Kondisi Keuangan juga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan kebijakan moneter, yang menambahkan peran dari variabel harga properti, nilai saham dan juga saluran kredit, selain dari saluran tingkat suku bunga dan nilai tukar. Dalam tulisan Santoso bersama Iskandar (1999) melakukan pengujian empiris dengan menggunakan vector autoregression dan Granger causality test menunjukkan bahwa kebijakan moneter dengan inflation targeting dapat digunakan di Indonesia khususnya setelah era sistem nilai tukar fleksibel. Pengendalian moneter dalam kerangka inflation targeting dapat dilakukan dengan menggunakan suku bunga PUAB overnight sebagai kandidat utama sasaran operasional dan Indeks Kondisi Moneter (MCI)

4 sebagai sasaran antara, sementara underlying inflation sebagai sasaran akhir tunggal. Sementara penggunaan Indeks Kondisi Moneter (MCI) sebagai sasaran antara tidak dilakukan secara kaku (policy rules) tetapi dimungkinkan terjadinya discretionary policy sepanjang shock terhadap inflasi dan nilai tukar berasal dari supply shock dan bersifat sementara. Selain itu, masih kuatnya hubungan langsung antara monetary aggregates dengan inflasi maka pengalihan kebijakan moneter dari quantity targeting ke price targeting bukan merupakan substitusi penuh. Monetary aggregates masih tetap digunakan sebagai variabel indikator untuk mendeteksi tekanan terhadap inflasi. Menurut Harahap (2003), penggunaan Indeks Kondisi Moneter (MCI) di Indonesia sebagai sasaran antara pada mekanisme transmisi kebijakan moneter akan diketahui ketat atau tidaknya stance dari kebijakan moneter yang ditempuh. Penelitian ini mengevaluasi kembali apakah mekanisme transmisi yang selama ini dipergunakan masih relevan dijalankan dan mencari alternatif mekanisme lainnya yang lebih mengakomodasi terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang semakin terbuka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indeks Kondisi Moneter (MCI) dapat memberikan informasi tentang akan dilakukannya pengetatan atau pelonggaran moneter di Indonesia. Pergerakan indeks kondisi moneter ditentukan oleh gejolak dari komponen yang membentuk indeks kondisi moneter yaitu suku bunga dan nilai tukar.

5 Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hatzius dan kawankawan (2010) menemukan bahwa terdapat hubungan antara Indeks Kondisi Keuangan (FCI) dengan pertumbuhan ekonomi. Indeks ini dibentuk dari tiga indikator kunci, yaitu tingkat suku bunga, harga saham dan juga nilai kredit. Penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian, indeks ini memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kemudian menunjukkan adanya respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan yang terjadi dalam indeks kondisi keuangan. Dalam memperkirakan kondisi perekonomian yang akan datang penelitian ini menggunakan AR model. Penetapan kebijakan moneter memegang peranan penting dalam menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian keseimbangan makro yang ditandai dengan tingkat inflasi yang rendah dan terkendali serta perkembangan neraca pembayaran yang seimbang (Endri, 2008). Perekonomian yang stabil menggambarkan kondisi ekonomi dalam negeri menjadi lebih aman dan tidak rentan terhadap guncangan yang diakibatkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Secara umum, kebijakan moneter memiliki beberapa tujuan, yaitu meningkatkan kesempatan kerja,

6 meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas harga, menjaga stabilitas suku bunga, menjaga stabilitas pasar keuangan, dan menjaga stabilitas pasar valuta asing. Idealnya, otoritas moneter ingin mencapai semua tujuan tersebut, tapi pencapaian berbagai tujuan tersebut secara bersamaan adalah sangat sulit, terlebih jika dalam penerapannya instrumen kebijakan tersebut memiliki jalur transmisi yang seringkali bersifat kontradiktif. Kestabilan pertumbuhan perekonomian merupakan tujuan yang ingin diraih oleh semua negara. Kestabilan perekonomian suatu negara menjadi tolok ukur bagi perkembangan perekonomian secara berkelanjutan. Namun, permasalahan kestabilan perekonomian bukanlah hal yang mudah untuk dicapai dan kerap kali menjadi masalah terutama bagi negara berkembang. Baik di setiap negara maju maupun negara yang sedang berkembang menghadapi masalah kestabilan serta masalah pertumbuhan ekonomi. Menurut Siregar, et al (2006) bahwa stabilitas ekonomi dapat dilihat dari dampak guncangan suatu variabel makroekonomi terhadap variabel makroekonomi yang lainnya. Apabila dampak suatu guncangan menyebabkan fluktuasi yang besar pada variabel ekonomi dan diperlukan waktu yang relatif lama untuk mencapai keseimbangan jangka panjang, maka dapat dikatakan bahwa stabilitas makroekonomi rentan terhadap perubahan. Jika sebaliknya, dampak guncangan menunjukkan fluktuasi yang kecil dan waktu untuk mencapai keseimbangan jangka panjang relatif tidak lama maka dapat dikatakan bahwa kondisi makroekonomi masih stabil.

7 Dalam hal ini Indeks Kondisi Moneter maupun Indeks Kondisi Keuangan merupakan indikator yang dapat menggambarkan kondisi makroekonomi. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam indikator tersebut akan berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Hubungan Antara Kondisi Moneter dan Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia : Analisis VECM ( Periode Tahun 2006-2015) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menunjukkan pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi, maka rumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada tahun 2006-2015? 2. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap goncangan Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan di Indonesia pada tahun 2006-2015? 3. Bagaimana peran Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan dalam menjelaskan pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2006-2015?

8 C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan yang ingin diperoleh yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 2. Untuk mengetahui respon yang ditunjukkan dari pertumbuhan ekonomi terhadap goncangan variabel Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan 3. Untuk mengetahui peran Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini untuk berbagai pihak yaitu sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat dijadikan penerapan teori yang telah diperoleh selama masa perkuliahan serta dapat menjadi sarana untuk mengasah pengetahuan penulis terkait dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini. 2. Bagi pembaca, penelitian ini memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengaruh Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 3. Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya mengantisipasi goncangan ekonomi yang terjadi.

9 4. Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi hasi-hasil penelitian dengan menjadikan penelitian ini referensi dan pembelajaran bagi penelitian selanjutnya.