DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii BERITA ACARA... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii PERSEMBAHAN... x KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... xii RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xviii I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang... 1 1.3. Perumusan Masalah... 4 1.4. Tujuan... 4 1.5. Manfaat... 4 1.6. Batasan Masalah... 5 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mangrove... 6 2.2. Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove... 7 2.3. Daya Dukung Ekosistem Mangrove... 8 2.4. Mangrove dan Perikanan Tangkap... 8 2.5. Nelayan... 10 2.6. Nelayan Tradisional... 11 2.7. Faktor Lingkungan... 11 iii xi xiii xiv xvi xvii
III METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian... 13 3.2. Alat dan Bahan... 14 3.3. Teknik Pengumpulan Data... 15 3.1.1. Pengumpulan Data Mangrove... 15 3.1.2. Pengumpulan Data Hasil Tangkap Nelayan... 16 3.1.3. Pengumpulan Data Kualitas Air... 17 3.4 Analisa Data 3.4.1. Analisa Kerapatan dan Luas Mangrove... 18 3.4.2. Analisa Hasil Tangkap Nelayan... 18 3.4.3. Analisa Pengaruh Mangrove Terhadap Hasil Tangkapan... 19 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Vegetasi Mangrove di Tahura Ngurah Rai... 21 4.2. Hasil Tangkapan Nelayan di Tahura Ngurah Rai... 25 4.3. Kualitas Perairan Mangrove... 29 4.4. Pengaruh Vegetasi Mangrove Terhadap Hasil Tangkapan... 33 V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 36 5.2 Saran... 36 DAFTAR PUSTAKA... 37 LAMPIRAN... 41
ABSTRAK Jero Ketut Tri Ayu Lestari. 1314511055. Daya Dukung Ekosistem Mangrove Terhadap Hasil Tangkap Nelayan di Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali (I Wayan Gede Astawa Karang dan Ni Luh Putu Ria Puspitha) Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang kompleks. Kelestarian sumberdaya ikan sangat tergantung terhadap kelestarian ekosistem mangrove. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui luas dan kerapatan mangrove, hasil tangkap nelayan di kawasan mangrove serta mengkaji hubungan luas dan kerapatan dengan hasil tangkap nelayan kawasan mangrove. Pengumpulan data meliputi luas dan kerapatan mangrove, parameter lingkungan, serta hasil tangkapan ikan. Penelitian dilakukan di mangrove Mina Werdhi Batulumbang (TP I) dan mangrove Simbar Segara (TP II). Pengumpulan data mangrove menggunakan transek garis sedangkan pengumpulan data hasil tangkap nelayan dilakukan dengan menggunakan metode survei. Hasil penelitian ditemukan 5 jenis mangrove yaitu Avicennia alba, Bruguiera gymnoryza, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Sonneratia alba. Nilai kerapatan jenis di titik penelitian I berkisar antara 0.02 0.15 ind/ m2 untuk tingkat pohon, 0.04 0.6 ind/ m2tingkat anakan dan 0.75-12 ind/ m2 untuk semai. Nilai kerapatan jenis di titik penelitian II berkisar antara 0.05 0.24 ind/ m2 untuk tingkat pohon, 0.08-0.76 ind/ m2 tingkat anakan dan 9 ind/ m2 untuk semai. Jenis Rhizophora mucronata memiliki nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif tertinggi dibandingkan dengan jenis mangrove lainnya. Produksi ikan hasil tangkapan nelayan tempat penelitian I, yaitu 1,42 kg/hari/nelayan dengan luas mangrove sebesar 2,397 Ha sedangkan pada tempat penelitian II produksi ikan hasil tangkapan nelayan sebesar 0.8 kg/hari/nelayan dengan luas mangrove 1,986 Ha. Terdapat hubungan positif antara luas dan kerapatan mangrove dengan jumlah tangkapan ikan, dimana hasil tangkapan akan bertambah ketika luas dan kerapatan mangrove juga bertambah dan terdapat hubungan kuat antara hasil tangkapan dengan oksigen terlarut. Kata Kunci: mangrove; tangkapan nelayan; kualitas air; Tahura Ngurah Rai
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang kompleks yang terdiri atas berbagai flora dan fauna. Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya. Ekosistem mangrove juga berperan penting terhadap dinamika ekosistem pesisir dan laut terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem mangrove merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem tersebut (Kawaroe et al., 2001). Kelestarian sumberdaya ikan sangat tergantung terhadap kelestarian ekosistem mangrove. Hubungan luasan mangrove dengan produksi perikanan menunjukan hubungan positif dimana apabila terjadi penambahan luasan mangrove, maka akan berdampak positif terhadap produksi ikan (Ekayani, 2014). Penelitian Sudarmono tahun 2005 in indra (2011) menyatakan bahwa sekitar 30 persen produksi perikanan laut tergantung pada eksistensi hutan mangrove, karena kawasan mangrove menjadi tempat perkembangbiakan berbagai biota laut, termasuk beberapa jenis ikan tertentu. Tingginya produktivitas primer yang dihasilkan serasah pohon mangrove (bunga, ranting dan daun) merupakan landasan penting bagi produksi ikan di muara sungai dan di daerah pantai. Hal ini disebabkan karena zat organik yang berasal dari penguraian serasah hutan mangrove ikut menentukan kehidupan ikan dan invertebrata di sekitarnya. Hutan mangrove digunakan sebagai tempat untuk memijah (spawning), pemeliharaan (nursery) dan mencari makan (feeding) bagi beberapa jenis ikan misalnya ikan belanak, julung, beloso, kepiting maupun hewan hewan lainnya (Supriharyono, 2009). Keterkaitan ekosistem mangrove dengan sumber daya ikan telah dibuktikan oleh Ekayani (2014) yang menyatakan bahwa kelestarian sumber daya ikan sangat tergantung terhadap kelestarian ekosistem mangrove. Pendapat tersebut juga didukung oleh Suryadi (2010) dalam penelitiannya mendapatkan hubungan
perubahan luas mangrove terhadap perubahan produksi ikan adalah linear positive yang artinya jika terjadi perubahan luas mangrove yang positif (semakin bertambah), maka perubahan hasil produksi ikan juga bernilai positif (meningkat). Secara ilmiah nilai ekologi dari suatu ekosistem mangrove dapat dilihat dari beberapa komponen, yaitu komponen biotik (vegetasi mangrove itu sendiri dan sumberdaya ikan nonbudidaya) dan komponen abiotik (kualitas air baik fisika, kimia maupun biologi). Perbedaan kerapatan mangrove (rapat, sedang dan jarang) di suatu tempat diduga akan mempengaruhi produktivitas perairan sehingga mempengaruhi keberadaan ikan dan hasil tangkap nelayan di tempat tersebut (Prahastianto 2015). Bali adalah salah satu provinsi yang memiliki mangrove relatif luas. Hutan mangrove di Bali terbagi menjadi tiga lokasi yaitu Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai dengan luas 1373,5 Ha, Nusa Lembongan dengan luas 202 Ha, dan Taman Nasional Bali Barat 602 Ha (Widagti et al., 2011). Tahura Ngurah Rai merupakan bagian dari kawasan wisata Pulau Serangan, Teluk Benoa, dan area sekitarnya. Penyebaran hutan mangrove Tahura di Kota Denpasar terdapat di Desa Pemogan, Sesetan, Sidakarya dan Serangan dari luas total hutan mangrove yang terdapat di Bali, 62,9% diantaranya terdapat di Tahura Ngurah Rai. Sebaran vegetasi mangrove di Tahura Ngurah Rai terdiri atas tegakan alami dan tegakan rehabilitasi. Taman Hutan Raya Ngurah Rai, yang didominasi oleh vegetasi mangrove terletak di Kabupaten Badung dengan luasnya 753,5 hektar dan Kota Denpasar dengan luasnya 620 hektar (BPDAS Unda Anyar, 2012). Kawasan mangrove Tahura Ngurah Rai merupakan kawasan yang mendapat masukan bahan bahan organik dan anorganik dari wilayah daratan melalui aliran sungai dan buangan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung (Mahasani, 2016). Keberadaan hutan mangrove Tahura Ngurah Rai memiliki berbagai manfaat yang sangat penting baik secara ekologi, fisik maupun ekonomi. Tahura Ngurah Rai sering dimanfaatkan untuk kepentingan budidaya, pariwisata, pendidikan dan penelitian. Secara fisik, hutan mangrove di Tahura Ngurah Rai mampu memfilter sampah dan air limbah yang berasal dari daerah perkotaan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar melindungi terumbu karang dari pencemaran air limbah tersebut. Selain itu tidak sedikit nelayan yang memanfaatkan hutan mangrove di Tahura Ngurah Rai sebagai tempat mencari berbagai jenis ikan dan kepiting yang dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-harinya (Suantika, 2012).
Setelah melakukan wawancara tahap awal, dengan bapak I Wayan Kona Antara sebagai ketua kelompok masyarakat pengawas hutan mangrove, yang menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kondisi mangrove di satu daerah dengan daerah lainnya. Mangrove di kawasan Tahura Ngurah Rai terdapat perbedaan yang dilihat dari tegakan di setiap wilayah contohnya mangrove di Desa Pemogan terdapat jenis tegakan mangrove alami dan rehabilitasi. Perbedaan tegakan dan kerapatan mangrove ini diduga akan mempengaruhi keberadaan ikan sehingga berpengaruh terhadap hasil tangkap nelayan yang mencari ikan di wilayah ini. Desa Pemogan merupakan wilayah pesisir yang sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Masyarakat nelayan di daerah ini, berada dibawah naungan kelompok nelayan di kawasan Tahura Ngurah Rai. Uraian-uraian diatas serta hasil pengamatan langsung di lapangan menunjukan bahwa mangrove memiliki peran langsung maupun tidak langsung terhadap keberadaan ikan yang hidup di dalamnya yang nantinya akan mempengaruhi pendapat hasil tangkap nelayan setempat. Masih terbatasnya informasi tentang peranan mangrove terhadap hasil tangkap nelayan khususnya di Tahura Ngurah Rai, maka perlu dilakukan pengkajian tentang daya dukung ekosistem mangrove terhadap hasil tangkap nelayan di Tahura Ngurah Rai, Denpasar, Bali.
1.2. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini adapun rumusan masalah yang diangkat yaitu: 1. Bagaimana nilai kerapatan dan luas mangrove daerah penangkapan ikan di Tahura Ngurah Rai? 2. Bagaimana hasil tangkap nelayan kawasan mangrove Tahura Ngurah Rai? 3. Bagaimana hubungan kondisi mangrove serta kualitas perairan dengan hasil tangkap nelayan kawasan mangrove di Tahura Ngurah Rai? 1.3. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1. Menghitung kerapatan jenis dan luas mangrove daerah penangkapan ikan di Tahura Ngurah Rai? 4. Menghitung hasil tangkap nelayan tradisional di kawasan mangrove di Tahura Ngurah Rai 2. Mengkaji hubugan kondisi mangrove serta kualitas perairan dengan hasil tangkap nelayan kawasan mangrove di Tahura Ngurah Rai. 1.4. Manfaat Adapun manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagi peneliti sebagai sarana untuk melakukan verifikasi terhadap keberadaan hutan mangrove dalam kaitan dengan fungsinya sebagai penunjang kehidupan ikan yang ada di lingkungan sekitarnya. 2. Memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan sehingga dampak dari pembangunan di kawasan mangrove tidak memberikan pengaruh negatif terhadap keberadaan komunitas ikan di sekitarnya. 3. Merupakan data dasar bagi peneliti lain dalam menunjang penelitian di kawasan mangrove.
1.5. Batasan Masalah Agar masalah pada penelitian ini terfokus pada hal yang diharapkan, ruang lingkup dibatasi pada: 1. Hasil tangkap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis ikan yang biasa ditangkap oleh nelayan mangrove yaitu ikan baronang, udang, ikan belanak dan ikan nila. 2. Vegetasi mangrove yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jenis mangrove, kerapatan dan kerapatan relatif. 3. Penelitian dilaksanakan pada bulan januari 2017 karena waktu tersebut merupakan musim nelayan mencari ikan di kawasan mangrove. 4. Pengambilan sampel nelayan hanya di dua lokasi penelitian ini yaitu di kelompok nelayan Mina Werdhi Batulumbang dan kelompok nelayan Simbar Segara Desa Pemogan, Denpasar, Bali.