IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berbeda antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

Daya Dukung Ekosistem Mangrove Terhadap Hasil Tangkap Nelayan di Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

BAB I PENDAHULUAN. Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi. pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesisir memiliki peranan sangat penting bagi berbagai organisme yang berada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

1. Pengantar A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat di Asia Tenggara. Indonesia dikenal sebagai negara dengan hutan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh. Firmansyah Gusasi

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB V LAHAN DAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

I PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

I. PENDAHULUAN. dan lautan. Hutan tersebut mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan

GUBERNUR SULAWESI BARAT

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan sekitar 5,30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat pulih (seperti minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI TELUK BENOA DAN DAMPAK PROYEK REKLAMASI TELUK BENOA DI BALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. batas air pasang dan surut (Murdiyanto, 2003). Asia Tenggara. Provinsi Lampung mempunyai potensi kawasan hutan seluas

Transkripsi:

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii BERITA ACARA... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii PERSEMBAHAN... x KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... xii RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xviii I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang... 1 1.3. Perumusan Masalah... 4 1.4. Tujuan... 4 1.5. Manfaat... 4 1.6. Batasan Masalah... 5 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mangrove... 6 2.2. Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove... 7 2.3. Daya Dukung Ekosistem Mangrove... 8 2.4. Mangrove dan Perikanan Tangkap... 8 2.5. Nelayan... 10 2.6. Nelayan Tradisional... 11 2.7. Faktor Lingkungan... 11 iii xi xiii xiv xvi xvii

III METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian... 13 3.2. Alat dan Bahan... 14 3.3. Teknik Pengumpulan Data... 15 3.1.1. Pengumpulan Data Mangrove... 15 3.1.2. Pengumpulan Data Hasil Tangkap Nelayan... 16 3.1.3. Pengumpulan Data Kualitas Air... 17 3.4 Analisa Data 3.4.1. Analisa Kerapatan dan Luas Mangrove... 18 3.4.2. Analisa Hasil Tangkap Nelayan... 18 3.4.3. Analisa Pengaruh Mangrove Terhadap Hasil Tangkapan... 19 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Vegetasi Mangrove di Tahura Ngurah Rai... 21 4.2. Hasil Tangkapan Nelayan di Tahura Ngurah Rai... 25 4.3. Kualitas Perairan Mangrove... 29 4.4. Pengaruh Vegetasi Mangrove Terhadap Hasil Tangkapan... 33 V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 36 5.2 Saran... 36 DAFTAR PUSTAKA... 37 LAMPIRAN... 41

ABSTRAK Jero Ketut Tri Ayu Lestari. 1314511055. Daya Dukung Ekosistem Mangrove Terhadap Hasil Tangkap Nelayan di Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali (I Wayan Gede Astawa Karang dan Ni Luh Putu Ria Puspitha) Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang kompleks. Kelestarian sumberdaya ikan sangat tergantung terhadap kelestarian ekosistem mangrove. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui luas dan kerapatan mangrove, hasil tangkap nelayan di kawasan mangrove serta mengkaji hubungan luas dan kerapatan dengan hasil tangkap nelayan kawasan mangrove. Pengumpulan data meliputi luas dan kerapatan mangrove, parameter lingkungan, serta hasil tangkapan ikan. Penelitian dilakukan di mangrove Mina Werdhi Batulumbang (TP I) dan mangrove Simbar Segara (TP II). Pengumpulan data mangrove menggunakan transek garis sedangkan pengumpulan data hasil tangkap nelayan dilakukan dengan menggunakan metode survei. Hasil penelitian ditemukan 5 jenis mangrove yaitu Avicennia alba, Bruguiera gymnoryza, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Sonneratia alba. Nilai kerapatan jenis di titik penelitian I berkisar antara 0.02 0.15 ind/ m2 untuk tingkat pohon, 0.04 0.6 ind/ m2tingkat anakan dan 0.75-12 ind/ m2 untuk semai. Nilai kerapatan jenis di titik penelitian II berkisar antara 0.05 0.24 ind/ m2 untuk tingkat pohon, 0.08-0.76 ind/ m2 tingkat anakan dan 9 ind/ m2 untuk semai. Jenis Rhizophora mucronata memiliki nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif tertinggi dibandingkan dengan jenis mangrove lainnya. Produksi ikan hasil tangkapan nelayan tempat penelitian I, yaitu 1,42 kg/hari/nelayan dengan luas mangrove sebesar 2,397 Ha sedangkan pada tempat penelitian II produksi ikan hasil tangkapan nelayan sebesar 0.8 kg/hari/nelayan dengan luas mangrove 1,986 Ha. Terdapat hubungan positif antara luas dan kerapatan mangrove dengan jumlah tangkapan ikan, dimana hasil tangkapan akan bertambah ketika luas dan kerapatan mangrove juga bertambah dan terdapat hubungan kuat antara hasil tangkapan dengan oksigen terlarut. Kata Kunci: mangrove; tangkapan nelayan; kualitas air; Tahura Ngurah Rai

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang kompleks yang terdiri atas berbagai flora dan fauna. Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya. Ekosistem mangrove juga berperan penting terhadap dinamika ekosistem pesisir dan laut terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem mangrove merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem tersebut (Kawaroe et al., 2001). Kelestarian sumberdaya ikan sangat tergantung terhadap kelestarian ekosistem mangrove. Hubungan luasan mangrove dengan produksi perikanan menunjukan hubungan positif dimana apabila terjadi penambahan luasan mangrove, maka akan berdampak positif terhadap produksi ikan (Ekayani, 2014). Penelitian Sudarmono tahun 2005 in indra (2011) menyatakan bahwa sekitar 30 persen produksi perikanan laut tergantung pada eksistensi hutan mangrove, karena kawasan mangrove menjadi tempat perkembangbiakan berbagai biota laut, termasuk beberapa jenis ikan tertentu. Tingginya produktivitas primer yang dihasilkan serasah pohon mangrove (bunga, ranting dan daun) merupakan landasan penting bagi produksi ikan di muara sungai dan di daerah pantai. Hal ini disebabkan karena zat organik yang berasal dari penguraian serasah hutan mangrove ikut menentukan kehidupan ikan dan invertebrata di sekitarnya. Hutan mangrove digunakan sebagai tempat untuk memijah (spawning), pemeliharaan (nursery) dan mencari makan (feeding) bagi beberapa jenis ikan misalnya ikan belanak, julung, beloso, kepiting maupun hewan hewan lainnya (Supriharyono, 2009). Keterkaitan ekosistem mangrove dengan sumber daya ikan telah dibuktikan oleh Ekayani (2014) yang menyatakan bahwa kelestarian sumber daya ikan sangat tergantung terhadap kelestarian ekosistem mangrove. Pendapat tersebut juga didukung oleh Suryadi (2010) dalam penelitiannya mendapatkan hubungan

perubahan luas mangrove terhadap perubahan produksi ikan adalah linear positive yang artinya jika terjadi perubahan luas mangrove yang positif (semakin bertambah), maka perubahan hasil produksi ikan juga bernilai positif (meningkat). Secara ilmiah nilai ekologi dari suatu ekosistem mangrove dapat dilihat dari beberapa komponen, yaitu komponen biotik (vegetasi mangrove itu sendiri dan sumberdaya ikan nonbudidaya) dan komponen abiotik (kualitas air baik fisika, kimia maupun biologi). Perbedaan kerapatan mangrove (rapat, sedang dan jarang) di suatu tempat diduga akan mempengaruhi produktivitas perairan sehingga mempengaruhi keberadaan ikan dan hasil tangkap nelayan di tempat tersebut (Prahastianto 2015). Bali adalah salah satu provinsi yang memiliki mangrove relatif luas. Hutan mangrove di Bali terbagi menjadi tiga lokasi yaitu Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai dengan luas 1373,5 Ha, Nusa Lembongan dengan luas 202 Ha, dan Taman Nasional Bali Barat 602 Ha (Widagti et al., 2011). Tahura Ngurah Rai merupakan bagian dari kawasan wisata Pulau Serangan, Teluk Benoa, dan area sekitarnya. Penyebaran hutan mangrove Tahura di Kota Denpasar terdapat di Desa Pemogan, Sesetan, Sidakarya dan Serangan dari luas total hutan mangrove yang terdapat di Bali, 62,9% diantaranya terdapat di Tahura Ngurah Rai. Sebaran vegetasi mangrove di Tahura Ngurah Rai terdiri atas tegakan alami dan tegakan rehabilitasi. Taman Hutan Raya Ngurah Rai, yang didominasi oleh vegetasi mangrove terletak di Kabupaten Badung dengan luasnya 753,5 hektar dan Kota Denpasar dengan luasnya 620 hektar (BPDAS Unda Anyar, 2012). Kawasan mangrove Tahura Ngurah Rai merupakan kawasan yang mendapat masukan bahan bahan organik dan anorganik dari wilayah daratan melalui aliran sungai dan buangan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung (Mahasani, 2016). Keberadaan hutan mangrove Tahura Ngurah Rai memiliki berbagai manfaat yang sangat penting baik secara ekologi, fisik maupun ekonomi. Tahura Ngurah Rai sering dimanfaatkan untuk kepentingan budidaya, pariwisata, pendidikan dan penelitian. Secara fisik, hutan mangrove di Tahura Ngurah Rai mampu memfilter sampah dan air limbah yang berasal dari daerah perkotaan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar melindungi terumbu karang dari pencemaran air limbah tersebut. Selain itu tidak sedikit nelayan yang memanfaatkan hutan mangrove di Tahura Ngurah Rai sebagai tempat mencari berbagai jenis ikan dan kepiting yang dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-harinya (Suantika, 2012).

Setelah melakukan wawancara tahap awal, dengan bapak I Wayan Kona Antara sebagai ketua kelompok masyarakat pengawas hutan mangrove, yang menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kondisi mangrove di satu daerah dengan daerah lainnya. Mangrove di kawasan Tahura Ngurah Rai terdapat perbedaan yang dilihat dari tegakan di setiap wilayah contohnya mangrove di Desa Pemogan terdapat jenis tegakan mangrove alami dan rehabilitasi. Perbedaan tegakan dan kerapatan mangrove ini diduga akan mempengaruhi keberadaan ikan sehingga berpengaruh terhadap hasil tangkap nelayan yang mencari ikan di wilayah ini. Desa Pemogan merupakan wilayah pesisir yang sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Masyarakat nelayan di daerah ini, berada dibawah naungan kelompok nelayan di kawasan Tahura Ngurah Rai. Uraian-uraian diatas serta hasil pengamatan langsung di lapangan menunjukan bahwa mangrove memiliki peran langsung maupun tidak langsung terhadap keberadaan ikan yang hidup di dalamnya yang nantinya akan mempengaruhi pendapat hasil tangkap nelayan setempat. Masih terbatasnya informasi tentang peranan mangrove terhadap hasil tangkap nelayan khususnya di Tahura Ngurah Rai, maka perlu dilakukan pengkajian tentang daya dukung ekosistem mangrove terhadap hasil tangkap nelayan di Tahura Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

1.2. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini adapun rumusan masalah yang diangkat yaitu: 1. Bagaimana nilai kerapatan dan luas mangrove daerah penangkapan ikan di Tahura Ngurah Rai? 2. Bagaimana hasil tangkap nelayan kawasan mangrove Tahura Ngurah Rai? 3. Bagaimana hubungan kondisi mangrove serta kualitas perairan dengan hasil tangkap nelayan kawasan mangrove di Tahura Ngurah Rai? 1.3. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1. Menghitung kerapatan jenis dan luas mangrove daerah penangkapan ikan di Tahura Ngurah Rai? 4. Menghitung hasil tangkap nelayan tradisional di kawasan mangrove di Tahura Ngurah Rai 2. Mengkaji hubugan kondisi mangrove serta kualitas perairan dengan hasil tangkap nelayan kawasan mangrove di Tahura Ngurah Rai. 1.4. Manfaat Adapun manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagi peneliti sebagai sarana untuk melakukan verifikasi terhadap keberadaan hutan mangrove dalam kaitan dengan fungsinya sebagai penunjang kehidupan ikan yang ada di lingkungan sekitarnya. 2. Memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan sehingga dampak dari pembangunan di kawasan mangrove tidak memberikan pengaruh negatif terhadap keberadaan komunitas ikan di sekitarnya. 3. Merupakan data dasar bagi peneliti lain dalam menunjang penelitian di kawasan mangrove.

1.5. Batasan Masalah Agar masalah pada penelitian ini terfokus pada hal yang diharapkan, ruang lingkup dibatasi pada: 1. Hasil tangkap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis ikan yang biasa ditangkap oleh nelayan mangrove yaitu ikan baronang, udang, ikan belanak dan ikan nila. 2. Vegetasi mangrove yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jenis mangrove, kerapatan dan kerapatan relatif. 3. Penelitian dilaksanakan pada bulan januari 2017 karena waktu tersebut merupakan musim nelayan mencari ikan di kawasan mangrove. 4. Pengambilan sampel nelayan hanya di dua lokasi penelitian ini yaitu di kelompok nelayan Mina Werdhi Batulumbang dan kelompok nelayan Simbar Segara Desa Pemogan, Denpasar, Bali.