POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

dokumen-dokumen yang mirip
PUSANEV_BPHN. Overview ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK. Oleh:

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

POLICY BRIEF ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

KEPALA DESA CERMEE KABUPATEN/KOTA BONDOWOSO PERATURAN KEPALA DESA CERMEE NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

Hendry Ch Bangun Wakil Pemimpin Redaksi Warta Kota 21 November 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Hak Akses Informasi Publik M E N G E N A L U U N O 1 4 / T E N T A N G K E T E R B U K A A N I N F O R M A S I P U B L I K

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun evaluasi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYIARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

KAJIAN HARMONISASI RUU PENYIARAN BADAN LEGISLASI DPR RI 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor P

PELANGGARAN ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR. Tengku Erwinsyahbana

KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

FGD Analisa dan Evaluasi Hukum Dalam rangka Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pengambilan Kebijakan Publik. Oleh : Nevey Varida Ariani SH.,M.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000

2011, No Menetapkan Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); 3. Peraturan Menteri

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

BAWASLU. Dana Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

PENGENDALIAN INFORMASI BPJS KETENAGAKERJAAN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2005

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PUSANEV_BPHN OVERVIEW ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA MEMBANGUN SISTEM HUKUM PIDANA (ANAK)

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

2017, No Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KO

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 adalah membangun tata kelola pemerintah yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Agenda ini tertuang menjadi lima agenda yang lebih spesifik, salah satunya adalah Meningkatkan Partisipasi Publik dalam Proses Pengambilan Kebijakan Publik dengan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan badan publik yang baik. Partisipasi publik sangat penting untuk mendorong terwujudnya tata kelola pemerintah yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Keterlibatan publik dalam pembuatan kebijakan memiliki beberapa manfaat: Pertama, memberikan landasan yang lebih baik untuk pembuatan kebijakan publik; Kedua, membuat sebuah kebijakan lebih berpeluang diterima masyarakat karena selaras dengan kebutuhan dan harapan masyarakat; Ketiga, memastikan adanya implementasi yang lebih efektif karena warga mengetahui dan terlibat dalam pembuatan kebijakan publik sehingga dapat meminimalisir respon negatif masyarakat yang dapat berdampak pada stabilitas politik; Keempat, mendukung terwujudnya prinsip transparansi dan akuntabilitas sehingga meningkatkan kepercayaan warga kepada eksekutif dan legislatif; serta kelima, efisiensi sumber daya dan biaya. Pasca reformasi, perhatian terhadap isu ini telah diberikan dan menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Komitmen mendasar terhadap hal ini pertamatama dapat dilihat dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memberikan jaminan hak menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, menyatakan pendapat secara lisan dan tulisan. Komitmen ini didukung dengan lahirnya peraturan perundang-undangan yang turut membangun iklim keterbukaan dan partisipasi publik. Di luar peraturan perundang-undangan, perkembangan lain seperti perkembangan media sosial turut menyumbangkan kemajuan pesat dalam ranah keterbukaan informasi publik dan tersedianya akses publik untuk mempengaruhi pembentukan kebijakan publik. Terhadap pembangunan di bidang ini, RPJMN menetapkan sasaran yang hendak dicapai yakni meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan badan publik yang baik. Arah kebijakan dan strategi ini berfokus pada: Pertama, melaksanakan secara konsisten Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; Kedua, mendorong 1

masyarakat untuk dapat mengakses dan memanfaatkan informasi publik; Ketiga, meningkatkan kualitas penyiaran. Terkait dengan hal tersebut, Badan Pembinaan Hukum Nasional memandang perlu untuk melakukan analisis dan evaluasi hukum untuk menilai partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik yang dilaksanakan sesuai dengan arah kebijakan pembangunan sebagaimana tergambar dalam RPJMN 2015-2019. Oleh karena itu langkah awal dalam melakukan analisis dan evaluasi tersebut adalah melakukan inventarisir dan analisa terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan tema. Peraturan perundang-undangan yang dianalisa tersebut, kemudian dipilah menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: peraturan perundang-undangan mengenai partisipasi publik dan peraturan perundang-undangan mengenai penyiaran. Secara terperinci pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: KELOMPOK PARTISIPASI PUBLIK 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik 3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Depan Umum 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 5. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik 7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 10 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Sistem Elektronik Instansi Penyelenggara Negara 8. Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan Dan Penangangan Perkara Penyampaian Pendapat Di Muka Umum KELOMPOK PENYIARAN 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers 3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Republik Indonesia 4. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia 5. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia 6. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2005 tentang Pedoman Kegiatan Peliputan Lembaga Penyiaran Asing 7. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta 8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas 9. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan 2

B. HASIL ANALISIS DAN EVALUASI Analisis dan evaluasi terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan tema dilakukan dengan menilai kesesuaian peraturan perundangundangan dengan asas, adanya potensi disharmoni dan efektivitas implementasi dari peraturan perundang-undangan tersebut. Penilaian kesesuaian asas peraturan perundang-undangan dilakukan secara normatif. Penilaian terhadap adanya potensi disharmoni dan efektivitas peraturan dilakukan secara empiris, dimana data-data didapatkan dari narasumber, FGD dan Diskusi Publik. 1. Penilaian Berdasarkan Kesesuaian Asas Peraturan Perundang-Undangan: a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan terdapat 5 Pasal yang perlu diubah yaitu Pasal 7 ayat 1, Pasal 43 ayat 3, Pasal 88 ayat 1, Pasal 92 ayat 1, Pasal 96 ayat 4 serta terdapat 2 pasal yang perlu dicabut yaitu Pasal 8 ayat 1 dan Pasal 96 ayat 2 dan 3. b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik terdapat 4 pasal yang perlu diubah yaitu Pasal 18 ayat 3, ayat 4, ayat 5, ayat 6, ayat 7, Pasal 26, Pasal 27 ayat 1, dan Pasal 58. c. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Depan Umum terdapat 3 Pasal yang perlu dilakukan perubahan, yaitu Pasal 2 ayat 1, Pasal 3 huruf a, Pasal 5. d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terdapat 6 Pasal yang perlu dilakukan perubahan, yaitu Pasal 3, Pasal 9, Pasal 14, Pasal 18 ayat 3, Pasal 18 ayat 5, Pasal 37, dan Pasal 40. e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran terdapat 4 pasal yang perlu dilakukan perubahan yaitu Pasal 7 ayat 3, Pasal 33 ayat 5, Pasal 36, Pasal 47. f. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, ditemukan 1 (satu) pasal yang perlu diubah yaitu Pasal 4 ayat 1, Pasal 4 ayat 2, Pasal 4 ayat 3, Pasal 4 ayat 4. g. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik ditemukan 2 (dua) pasal yang perlu diubah yaitu Pasal 2 dan Pasal 13. h. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, terdapat 3 Pasal yang perlu dilakukan perubahan, yaitu Pasal 11 ayat 2, Pasal 65 ayat 2 huruf b, Pasal 69 ayat 1. i. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik terdapat 4 pasal yang perlu diubah yaitu Pasal 8 ayat 4, Pasal 10 ayat 3, Pasal 10 ayat 10, Pasal 11 ayat 2, Pasal 53. 3

j. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia terdapat 1 pasal yang perlu dilakukan perubahan yaitu Pasal 19 ayat 1. k. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia terdapat 1 pasal yang perlu dilakukan perubahan yaitu Pasal 19 ayat 1. l. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2005 tentang Pedoman Kegiatan Peliputan Lembaga Penyiaran Asing terdapat 2 pasal yang perlu diubah yaitu Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 serta Pasal 7. m. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta terdapat 3 pasal yang perlu diubah yaitu Pasal 5 ayat 1, 2 dan 6, Pasal 32 ayat 3, Pasal 70 dan ada 1 pasal yang perlu dicabut yaitu Pasal 31 ayat 4. n. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas perlu diubah dengan menambahkan pengaturan mengenai pembagian kewenangan dan pedoman hubungan tata kerja antara pusat dan daerah, adanya sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif dan adanya rumusan pasal yang menyatakan adanya mekanisme pencegahan korupsi. o. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan perlu diubah dengan menambahkan rumusan pasal yang menjamin adanya kses informasi publik, sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif serta adanya mekanisme pencegahan korupsi. p. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 10 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Sistem Elektronik Instansi Penyelenggara Negara tidak ada perubahan. q. Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2012 tentang tata cara penyelenggaraan pelayanan, pengamanan dan penangangan perkara penyampaian pendapat di muka umum tidak ada perubahan. 2. Penilaian Berdasarkan Potensi Disharmoni: Dalam bagian ini, penilaian potensi tumpang tindih dilakukan terhadap 17 peraturan perundang-undangan dengan melakukan penilaian terhadap potensi tumpang tindih kewenangan dan penegakan hukum, hak dan kewajiban serta perlindungan. Hasilnya sebagai berikut: a. Potensi tumpang tindih kewenangan merumuskan kode etik, kebijakan umum, petunjuk pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang keterbukaan informasi publik antara Komisi Informasi di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. 4

b. Potensi tumpang tindih kewenangan menangani sengketa informasi publik antara Komisi Informasi dan Ombudsman. c. Potensi tumpang tindih kewenangan mengelola/menindaklanjuti aduan atau laporan terkait penyiaran antara Komisi Penyiaran Indonesia tingkat Pusat dan Daerah, Dewan Pers dan PPNS Kementerian Komunikasi dan Informatika. d. Potensi tumpang tindih kewenangan menyusun dan menetapkan kebijakan terkait penyiaran antara Komisi Penyiaran Indonesia tingkat Pusat dan Daerah. e. Potensi tumpang tindih kewenangan memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan di bidang penyiaran antara Komisi Penyiaran Indonesia tingkat Pusat dan Daerah serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (terkait dengan film). f. Potensi tumpang tindih kewenangan dalam pemberian izin terkait penyiaran antara Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Komisi Penyiaran Indonesia. g. Potensi tumpang tindih antara hak mengakses informasi publik dengan hak menolak memberikan informasi. h. Potensi tumpang tindih antara hak mengeluarkan pendapat dengan hak atas perlindungan diri pribadi. i. Potensi tumpang tindih antara perlindungan terhadap rahasia negara dengan keterbukaan informasi masyarakat. j. Potensi tumpang tindih antara perlindungan kekayaan intelektual dengan perlindungan nama domain. k. Potensi tumpang tindih antara perlindungan pers dengan perlindungan rakyat. 3. Penilaian Berdasarkan Efektivitas Implementasi Peraturan Perundang- Undangan Hal penting dari suatu peraturan perundang-undangan adalah implementasinya atau penerapan peraturan perundang-undangan tersebut. Pada tahap ini suatu peraturan perundang-undangan akan diuji normanormanya yang dibentuk melalui proses panjang. Dari hasil penilaian efektivitas peraturan perundang-undangan yang terkait dengan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik ditemukan permasalahan-permasalahan mendasar antara lain: a. Masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman badan publik mengenai informasi publik; b. Peran PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) yang belum maksimal; c. Belum adanya penegasan mengenai ruang dan mekanisme partisipasi publik; d. Adanya over kriminalisasi atas ketentuan pasal terutama dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; 5

e. Pemaknaan kebebasan menyampaikan pendapat yang masih sempit; f. Ketiadaan pedoman dalam melakukan pengujian konsekuensi; g. Lemahnya penegakan hukum dibidang partisipasi publik dan penyiaran; h. Ketidakjelasan pembagian kewenangan antar lembaga; i. Keterlibatan kepentingan politik yang kuat dalam pengambilan kebijakan publik; j. Pelayanan publik yang belum berorientasi pada layanan yang efektif dan efisien. C. REKOMENDASI 1. Perlunya penegasan pengaturan ruang dan mekanisme partisipasi publik yang lebih terbuka/transparan dengan mengakomodir perkembangan teknologi; 2. Perlunya penguatan personel polisi sebagai polisi yang mampu menangani kasuskasus di dalam segala tindakan kriminal yang dilakukan di dunia maya (cyberpolice); 3. Penguatan peran Komisi Penyiaran Indonesia. Selain itu, terdapat juga rekomendasi khusus dalam perspektif materi, struktur, penegakan, dan budaya hukum sebagai berikut: 1. Materi Hukum Rekomendasi Perlu perubahan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers Perlu perubahan ketentuan Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Perlu penambahan pengaturan khusus dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengenai transparansi dan akuntabilitas Penjelasan Di dalam Penjelasan Umum Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa tujuan utama Hak Tolak adalah agar wartawan dapat melindungi sumbersumber informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi. Terhadap hak tolak ini, diberikan pembatasan dimana dapat dibatalkan demi kepentingan dan keselamatan negara atau ketertiban umum yang dinyatakan oleh pengadilan. Pembatasan terhadap hak tolak ini perlu dimasukkan ke dalam ketentuan pasal dalam undang-undang tersebut. Perlu ditambahkan ketentuan berupa penambahan persyaratan atau pembatasan kebebasan dalam mengeluarkan pendapat mengingat ketentuan dalam pasal ini sulit untuk diimplementasikan. Timbulnya rasa kebencian atau permusuhan merupakan suatu hal abstrak yang sulit untuk diukur. Hal ini tentunya akan berdampak pada kesulitan pembuktiannya. Sebegai bentuk dukungan terhadap pencegahan korupsi, perlu pengaturan khusus dalam undangundang ini terkait dengan mekanisme pencegahan korupsi. Mengingat korupsi yang mungkin dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi. Oleh karena itu perlu ketentuan pasal yang mengatur mengenai hal ini. 6

Perlu penambahan pengaturan mengenai bentuk-bentuk transaksi elektronik terkini dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Perlu perubahan ketentuan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Perlu perubahan ketentuan sanksi dalam Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 2. Struktur Hukum Rekomendasi Perkembangan teknologi informasi memungkinkan masyarakat melakukan transaksi elektronik untuk mendukung kehidupannya. Fenomena di masyarakat yang ada sekarang seperti adanya aplikasi yang memudahkan orang untuk menggunakan transportasi secara online. Aturan terkait dengan transportasi online ini belum diakomodir oleh undang-undang ini yang sejatinya mengatur transaksi elektronik. Oleh karena itu perlu diatur transaksi-transaksi elektronik yang berkembang dalam masyarakat sehingga perlindungan terhadap konsumen dapat dilaksanakan dengan maksimal. Ketentuan di dalam Pasal 58 ini menyebutkan bahwa tata cara pembayaran ganti rugi oleh Badan Publik akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Namun jika dilihat dari keseluruhan pasal-pasal di dalam undang-undang ini tidak ada satupun pasal yang menyebutkan perihal ganti rugi. Jadi dapat dikatakan ketentuan dalam Pasal 58 ini merupakan ketentuan pasal yang tidak jelas substansi pengaturannya. Penyesuaian sanksi dalam undang-undang ini dalam hal ketentuan mengenai penghinaan dan pencemaran nama baik dengan rumusan sanksi dalam KUHP. Terkait dengan penghinaan atau pencemaran nama baik, hal ini sudah diatur dengan jelas di dalam KUHP. Rumusan sanksi yang diberikan dalam undang-undang ini hendaknya tidak bertentangan dengan KUHP, agar tidak terjadi tumpang tindih pengaturan norma. Penjelasan Perlu perubahan pasal dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik terkait dengan struktur dan kewenangan antara Komisi Informasi tingkat pusat dan daerah. Perlu perubahan pasal dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran terkait dengan struktur dan kewenangan Komisi Penyiaran Indonesia Pusat dan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah. Perlu memperjelas struktur hukum dalam hal pembagian kewenangan yang jelas antar lembaga Komisi Informasi Pusat, Komisi Informasi provinsi dan Komisi Informasi kabupaten/kota. Perlu memperjelas struktur hukum dalam hal pembagian kewenangan yang jelas antar lembaga Komisi Penyiaran Pusat dan Komisi Penyiaran Daerah. 7

Perlu perubahan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang pelaksanaan Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Perlu perubahan Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang pelaksanaan Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Perlu mengubah pasal dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik terkait kewenangan Komisi Informasi. 3. Penegakan Hukum Rekomendasi Perlu mengubah pasal dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terkait dengan penyebaran berita menyesatkan. Perlu memperjelas mekanisme penegakan hukum dalam hal ketentuan yang terkait dengan perbuatan yang dilarang yang dilakukan diluar wilayah Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Perlu mengubah Pasal 18 ayat (3), (4), (5), (6), dan (7) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Dalam pasal ini disebutkan mengenai diperlukannya pertimbangan tertulis atas setiap kebijakan yang diambil terkait dengan pemohon informasi publik. Oleh karena itu perlu memperjelas mekanisme dan syarat-syarat persetujuan pimpinan Badan Publik, dalam hal pertimbangan tertulis tersebut harus mendapat persetujuan pimpinan Badan Publik. Perlu memperjelas kompetensi PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) dengan memberikan standarisasi kompetensi agar jabatan ini tidak hanya sekedar jabatan yang di ada-adakan. Sehingga ke depannya informasi publik yang diberikan oleh Badan publik kepada masyarakat publik dapat meningkat kualitasnya. Perlu memberikan kewenangan kepada Komisi Informasi untuk menetapkan informasi menyesatkan. Hal ini dirasakan perlu terutama terkait dengan kredibilitas lembaga yang menyediakan informasi publik dan memberikan perlindungan kepada masyarakat dari derasnya arus informasi yang ada. Penjelasan Perlu penegakan hukum lebih tegas terhadap pelaku yang menyebarkan berita bohong atau informasi yang menimbulkan rasa benci. Mengingat informasi ini sifatnya subyektif tergantung dari sudut pandang yang menerima informasi. Informasi juga bisa diperoleh dari media seperti pers. Ketentuan dalam pasal ini melarang perbuatanperbuatan yang dilarang yang dilakukan diluar wilayah Indonesia. Namun perlu memperjelas mekanisme penegakan hukum yang dilakukan terhadap kejahatan lintas negara atau yang dilakukan diluar wilayah Indonesia. Dalam hal diperlukan untuk membuka informasi yang dikecualikan, tidak hanya aparat penegak hukum yang dilibatkan namun perlu dipertimbangkan untuk melibatkan Komisi Informasi dan juga Badan Publik sebagai pemilik informasi. 8

Perlu mengubah Pasal 3 ayat (1), Pasal 10 ayat (2) dan Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Perlu komitmen pemerintah dalam menegakkan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik 4. Budaya Hukum. Rekomendasi Perlu meningkatkan edukasi masyarakat dalam mengartikan dan memahami kemerdekaan pers. Perlu komitmen pemerintah menegakkan ketentuan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pengujian konsekuensi merupakan suatu pengujian yang mengupayakan landasan suatu Badan Publik tidak memberikan informasi kepada publik. Dilihat dari sifatnya pengujian konsekuensi ini menjadi penting terkait dengan keterbukaan informasi publik. Oleh karena itu pengaturan dalam pasal-pasal yang terkait dengan pengujian konsekuensi masih perlu perumusan yang lebih aplikatif atau dalam hal diperlukan adanya panduan atau pedoman dalam melaksanakan ketentuan terkait dengan pengujian konsekuensi. Ketentuan dalam pasal ini jelas mewajibkan penyelenggara sistem elektronik untuk menempatkan pusat data di wilayah Indonesia. Ketentuan wajib ini berlaku bagi semua penyelenggara sistem elektronik baik yang berasal dari lokal maupun asing. Oleh karena itu diperlukan ketegasan pemerintah dalam melaksanakan ketentuan pasal ini mengenai kewajiban membangun pusat data (data center) bagi perusahan-perusahaan asing penyedia jasa internet yang beroperasi di Indonesia. Penjelasan Ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers menyebutkan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara, dimana pers terbebas dari tindakan pencegahan, pelarangan dan atau penekanan agar hak masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin. Namun perlu pemahaman bahwa kebebasan dalam hal ini tidak diartikan sebagai kebebasan yang mutlak, tetap ada tanggung jawab yang muncul dari kebebasan tersebut. Hal ini diartikan bahwa pers mempunyai tanggung jawab terhadap informasi yang benar dan tidak menyesatkan masyarakat. Komitmen pemerintah terhadap keberadaan undang-undang ini perlu dipertegas kembali, dimana keterbukaan informasi publik merupakan sarana untuk mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan Badan Publik. Salah satu penegasan komitmen ini didukung dengan peningkatan pemahaman Badan Publik mengenai pentingnya keterlibatan publik dalam penyelenggaraan negara. 9

Perlu peningkatan kesadaran masyarakat pers bahwa ketika pers mencari dan menyebarkan informasi harus mengedepankan prinsip pemberitaan yang seimbang, tidak berpihak dan sesuai dengan kenyataan di lapangan. Perlu edukasi untuk mendewasakan budaya hukum terkait dengan makin meningkatnya pengguna internet yang memanfaatkan media-media sosial. Perlu sosialisasi yang lebih luas terkait dengan ketentuan penghinaan, pencemaran nama baik dan sanksi yang dijatuhkan, agar masyarakat dapat memahami delik ini. Perlu peningkatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait dengan literasi media Keterlibatan publik tidak hanya terbatas pada menerima masukan publik, namun juga dipahami bahwa keterlibatan publik merupakan proses timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat atau publik. Dengan demikian, pemerintah dalam hal ini Badan Publik wajib untuk memberikan informasi publik yang akurat, benar dan tidak menyesatkan. Dalam Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers diatur mengenai Hak untuk mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Ketentuan pasal ini pada dasarnya merupakan bentuk perlindungan kepada kebebasan pers, dimana kebebasan pers bukanlah kebebasan yang mutlak. Namun masih dibebani dengan tanggung jawab mengingat pers mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan juga kontrol sosial Ketentuan dalam Pasal 27, Pasal 28 dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik seringkali dijadikan dasar tuntutan pidana terhadap pengguna media sosial yang makin meningkat jumlahnya. Namun sayangnya ketentuan dalam pasal-pasal ini pada prakteknya jauh dari dasar penormaan pasal-pasal tersebut. Oleh karena itu terjadi over kriminalisasi terhadap ketentuan pasal-pasal ini, terutama dikaitkan dengan kebebasan berpendapat. Literasi media adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media, agar pemirsa sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) menjadi sadar (melek) bagaimana media dikonstruksi (dibuat) dan diakses. Literasi media yang baik akan membuat masyarakat berdaya dalam melakukan pengawasan terhadap konten siaran setiap lembaga penyiaran dan implementasi dari UU Penyiaran. 10