PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN DAN PENGAWASAN HUTAN MANGROVE DI KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa lingkungan Hutan Mangrove yang ada di wilayah Kota Tarakan perlu dijaga kelestariannya baik oleh Pemerintah Daerah maupun oleh seluruh lapisan masyarakat; b. bahwa sehubungan dengan maksud pada huruf a diatas, maka dipandang perlu diatur dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 7. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3711); 8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 9. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1998 tentang Provisi Sumber Daya Hutan; 13. Peraturan..
13. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dibidang Kehutanan Kepada Daerah; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; 16. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 17. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 21 Tahun 1999 tentang Hutan Kota (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 1999 Nomor 13 Seri-C); 18. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 1999 Nomor 11 Seri C-01) Jo. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 26 Tahun 2001 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2001 Nomor 26 Seri D-09). 2 Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN, MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN TENTANG LARANGAN DAN PENGAWASAN HUTAN MANGROVE DI KOTA TARAKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Tarakan; 2. Pemerintah Kota adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah; 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah badan legislatif daerah; 4. Kepala Daerah adalah Walikota Tarakan; 5. Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Tanaman Pangan adalah Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Tanaman Pangan Kota Tarakan; 6. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap; 7. Hutan Mangrove adalah hutan yang terutama tumbuh pada tanah aluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut dan dicirikan oleh jenis-jenis pohon (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aeqieceres, Scypyphora dan Nypa); 8. Abrasi adalah proses rusaknya pantai (erosi) sebagai akibat gemburan ombak atau gaya air laut atau gaya berat dari tanah / partikel tanah / batuan itu sendiri; 9. Intrusi adalah peresapan air laut kedaratan; BAB II LETAK DAN LOKASI Pasal 2 (1) Lokasi
(1) Lokasi hutan mangrove tersebar dalam Wilayah Kota Tarakan dan letak hutan mangrove masing-masing pada Pulau Tarakan dan Pulau Sadau; (2) Kawasan hutan mangrove secara keseluruhan meliputi daerah pasang surut air laut. 3 BAB III FUNGSI DAN PERAN Pasal 3 Fungsi dan peran hutan mangrove adalah; 1. Sebagai areal sumber daya genetika / plasma nutfah; 2. Sebagai penahan gempuran ombak dan angin sehingga menahan garis tepi pantai; 3. Sebagai pencegah proses intrusi air laut; 4. Sebagai pencegah abrasi daerah pantai; 5. Sebagai daerah penyangga ( buffer zone ) antara daratan dan lautan; 6. Sebagai tempat wanawisata; 7. Sebagai laboratorium alam dan obyek penelitian; 8. Sebagai habitat flora dan fauna; BAB IV HAK DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 4 Seluruh warga masyarakat berhak untuk menikmati fungsi dan peran yang diberikan Hutan Mangrove sepanjang memenuhi ketentuan yang dimaksud Pasal 5 Peraturan Daerah ini. Pasal 5 (1) Kelestarian Hutan Mangrove merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota dan seluruh warga masyarakat untuk terus secara konsisten memelihara, menata, menjaga dan mengembangkannya agar fungsi dan perannya dapat terus ditingkatkan sesuai dengan dinamika kemajuan dan kepentingan Kota Tarakan pada masa mendatang; (2) Masyarakat yang mengetahui adanya pengrusakan fungsi dan peran hutan mangrove sebagaimana dimaksud Pasal 3 Peraturan Daerah ini, yang dilakukan oleh perorangan / kelompok atau lembaga, wajib melaporkan kepada Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Tanaman Pangan untuk ditindak lanjuti. BAB V PERLINDUNGAN HUTAN MANGROVE Pasal 6 Penyelenggaraan perlindungan hutan mangrove bertujuan menjaga kawasan hutan mangrove dan lingkungannya agar fungsi dan perannya tercapai secara optimal dan lestari. Pasal 7 Perlindungan
Perlindungan kawasan hutan mangrove merupakan usaha untuk : 1. Mencegah dan membatasi kerusakan kawasan hutan mangrove yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, bencana alam, hama serta penyakit; 2. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara atas kawasan hutan mangrove. Pasal 8 (1) Pemerintah Kota mengatur perlindungan kawasan hutan mangrove; (2) Untuk menjamin perlindungan kawasan hutan mangrove dengan sebaikbaiknya, masyarakat diikutsertakan dalam upaya perlindungan hutan mangrove. 4 BAB VI LARANGAN Pasal 9 Di wilayah Kota Tarakan setiap orang dilarang melakukan kegiatan: 1. Mengerjakan dan atau menduduki kawasan hutan mangrove; 2. Menebang pohon dari kawasan hutan mangrove; 3. Mengangkut dan atau memperdagangkan kayu yang berasal dari hutan mangrove; 4. Menggunakan dan atau memanfaatkan kayu yang berasal dari kawasan hutan mangrove; 5. Melakukan kegiatan lain yang dapat merusak kelestarian hutan mangrove; 6. Merambah hutan mangrove; 7. Membakar hutan mangrove; 8. Mencemari hutan mangrove baik dengan bahan organik maupun dengan bahan dan non organik; 9. Merusak sarana dan prasarana yang ada di hutan mangrove; 10. Mengeluarkan, membawa, dan atau mengangkut tumbuh-tumbuhan dan atau satwa liar yang berasal dari kawasan hutan mangrove. BAB VII PENGAWASAN Pasal 10 (1) Pengawasan terhadap Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Tanaman Pangan; (2) Bila dipandang perlu Kepala Daerah dapat membentuk Tim Pengawasan terpadu. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 11 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 9 Peraturan Daerah ini diancam hukuman pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dengan atau tidak menyita barang tertentu untuk daerah, kecuali jika ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan; (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. BAB IX..
5 BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 12 (1) Selain oleh Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Negawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kota yang pengangkatannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah: a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang hutan mangrove agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi dan atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang hutan mangrove; c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi dan atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang hutan mangrove; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang hutan mangrove; e. Melakukan penggeledahan-penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang hutan mangrove; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang hutan mangrove; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang hutan mangrove menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD. Pasal 14 Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan. Ditetapkan.
6 Ditetapkan di Tarakan pada tanggal 23 Juli 2002 WALIKOTA TARAKAN, ttd. dr. H. JUSUF, S.K Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2002 Nomor 04 Seri E-02 Tanggal 31 Juli 2002 SEKRETARIS DAERAH, ttd Drs. H. BAHARUDDIN BARAQ, M.Ed Pembina Utama Muda Nip. 550 004 607