HASIL EVALUASI PEMBELAJARAN MENGENAI MITIGASI PASCA BENCANA GEMPABUMI TAHUN 2006 KELAS VII DI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS X DI SMA BERBUDI KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DAN GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 GATAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

PENGETAHUAN DAN KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGETAHUAN MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA GEMPABUMI. SISWA SMP MUHAMMADIYAH 8 WEDI di KECAMATAN JOGONALAN KABUPATEN KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014

PENGETAHUAN SISWA SMA MTA SURAKARTA KELAS X DAN KELAS XI TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI DENGAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII A B, DAN E DI SMP NEGERI 1 TULUNG DI KECAMATAN TULUNG KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR KELAS VII DAN KELAS VIII DI SMP N23 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi

HASIL BELAJAR. Persyaratan. Disusun Oleh: A

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

BAB III METODE PENELITIAN

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 32 Agar bisa mendapatkan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MAN Tebing Tinggi Tahun Pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulstiwa dan berada pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis Ring of Fire yang menyebabkan banyak

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI KRADENAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

Disusun oleh : ANISA ANGGO MARTANI A

KORELASI ANTARA KONDISI EDUKATIF GURU DENGAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN KELAS PADA SMK NURUSSALAF KEMIRI PURWOREJO

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode juga tergantung pada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

EFEKTIVITAS STRATEGI THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATERI BENTUK MUKA BUMI DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA KELAS VII SMP NEGERI 1 TERAS BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

KESIAPSIAGAAN GURU SMAN 1 PRAMBANAN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI. Agustian Deny Ardiansyah 1.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Jalaludin

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan ciri-ciri objek atau

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENGETAHUAN SISWA MTS MUHAMMADIYAH TAWANGSARI DALAM KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB II METODE PENELITIAN

PEMETAAN SEKOLAH SMA/SMK BERDASARKAN KERAWANAN BENCANA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KEBENCANAAN SISWA DI KABUPATEN SUKOHARJO

III. METODE PENELITIAN. yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan

IDENTIFIKASI KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR PADA SISWA SMP N 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

BAB II METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB III METODE PENELITIAN. hasil dari beberapa variabel yang telah ditetapkan melalui statistik.

III. METODELOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ada dua jenis penelitian yang

ARTIKEL PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TERHADAP ANCAMAN BENCANA BANJIR

BAB III METODE PENELITIAN. oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofi dan ideologi pernyataan isu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan cara atau metode yang benar dalam penelitian tersebut.

ANALISIS KESESUAIAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER IPS TERPADU DENGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 SAMBI BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

Imam A. Sadisun Pusat Mitigasi Bencana - Institut Teknologi Bandung (PMB ITB) KK Geologi Terapan - Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - ITB

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HARIO WIJAYANTO A

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Teknik Arsitektur yang beralamatkan di Jln. Setiabudhi No. 207 Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode ini dibutuhkan karena untuk menentukan data penelitian, menguji

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. korelasional, untuk menjelaskan hubungan antara konsep-konsep atau. Ilmiah Remaja Terhadap Pembentukan Sikap Ilmiah Siswa.

PELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penilitian ini adalah penelitian kuantitatif. Berdasarkan pada Variabel yang

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

Transkripsi:

HASIL EVALUASI PEMBELAJARAN MENGENAI MITIGASI PASCA BENCANA GEMPABUMI TAHUN 2006 KELAS VII DI MTs MUHAMMMADIYAH 10 WEDI KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi Disusun Oleh: MIFTAKHUL HUDA A 610 090 004 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ABSTRAK HASIL EVALUASI PEMBELAJARAN MENGENAI MITIGASI PASCA BENCANA GEMPABUMI TAHUN 2006 DI KELAS VII MTs MUHAMMMADIYAH 10 WEDI KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN Miftakhul Huda, A 610 090 004 Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. Arti penting pendidikan mitigasi bencana dapat dilakukan secara formal melalui jalur pendidikan sesuai ketentuan pemerintah. Secara informal dapat melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan, forum temu warga ataupun kelompok-kelompok komunitas yang difasilitasi instansi terkait sebagai pembina ataupun komunikator masalah kebencanaan. Pengertian pendidikan mitigasi bencana adalah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Tujuan penelitian 1) Mengetahui pemahaman siswa di MTS Muhammadiyah 10 Wedi mengenai mitigasi bencana gempa bumi, dan 2) Mengetahui kesesuaian hasil evaluasi pembelajaran tentang kompetensi dasar yang memuat tentang materi gempabumi dengan pemahaman siswa mengenai mitigasi bencana gempa bumi di MTS Muhammadiyah 10 Wedi. Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi Mts Muhammadiyah 10 Wedi di Kecamatan Wedi dengan teknik pengambilan sampel adalah teknik sampel random cluster. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket, teknik dokumentasi, dan teknik observasi. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif dan angket. Persyaratan uji analisa dengan menggunakan uji validitas dan uji reabilitas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) hasil pemahaman siswa dari 30 responden adalah 49,5% siswa memahami tentang pemahaman mengenai mitigasi bencana gempabumi berdasarkan tingkat indeks pengetahuan mendapatkan hasil yang kurang dalam pemahamannya. Dengan perincian lewat tabulasi data adalah 19 responden mendapatkan nilai kurang dari 40 dan 11 responden mendapatkan nilai lebih dari 40 sampai 60. Sehingga lebih jelasnya pemahaman mengenai mitigasi bencana gempabumi memang kurang. (2) Kesesuaian hasil belajar siswa-siswi dengan pemahaman mengenai mitigasi bencana mendapatkan hasil yang berbeda, hasil pembelajaran yang diukur dengan nilai ujian per kompetensi dasar mendapatkan nilai yang baik sedangkan dengan pengambilan angket mengenai pemahaman mendapatkan nilai kurang lewat hasil penelitian, sehingga guru memberikan materi mengenai gempabumi tetapi pada pemahaman mengenai mitigasi tidak disampaikan kepada siswa kelas VII Kata kunci : pemahaman terhadap pendidikan mitigasi bencana Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS

PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Filipina. Keempat lempeng raksasa itu sejak dahulu kala hingga kini masih terus dan sedang berinteraksi satu sama lain (PMB-ITB, 2008). Indonesia termasuk negara yang kerawanan akan bencana, baik bencana alam, non alam serta bencana sosial. Bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah bencana alam, kombinasi aktifitas alami (suatu peristiwa fisik atau murni alami seperti letusan gunungapi, gempabumi, tanah longsor) dan aktifitas manusia. Melihat catatan sejarah, ternyata telah terjadi beberapa kali bencana gempabumi di daerah Yogjakarta dan sekitarnya dengan kekuatan yang cukup merusak. Gempabumi yang memberi catatan korban meninggal dan luka-luka yang cukup banyak pada tahun 1867, dan meninggalkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur pada daerah yang cukup luas. Arti penting pendidikan mitigasi bencana dapat dilakukan secara formal melalui jalur pendidikan sesuai ketentuan pemerintah dan secara informal dapat melalui lembagalembaga kemasyarakatan. Pengertian pendidikan mitigasi bencana adalah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan mitigasi bencana lebih luas dari pada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk didalamnya adakah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam (Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana). Kekuatan gempabumi yang tergolong cukup kuat ini, kemudian terjadinya di daratan (inland) mengakibatkan timbulnya kerusakan gedung, bangunan dan infrastruktur lainnya yang cukup parah di daerah Klaten dan sekitarnya. Menurut hasil catatan survey, lebih dari 1670 orang meninggal dunia, dan sekitar 37.000 ribu orang mengalami cedera. Sementara itu 86.000 rumah hancur dan kurang lebih sebanyak 283.000 rumah mengalami kerusakan dengan masing-masing tingkat Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 1

kerusakan berat, sedang dan ringan per 31 Mei 2006. Kejadian gempa ini tergolong bencana nasional (www.google.com). Gambar data jumlah korban dan kerusakan bencana gempabumi di Yogjakarta dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. Tabel Data Bencana Alam Gempabumi Yogyakarta 2006 walaupun dalam pembelajaran tersebut belum dicantumkan sebagai kurikulum pelajaran dan masih disisipkan dalam kompetensi dasar yang berhubungan dengan materi gempabumi. Pembelajaran tersebut sudah sesuai apa belum perlu diidentifikasi antara hasil pembelajaran dan pemahaman siswa kelas VII mengenai mitigasi bencana. Sumber : media center menkokesra MTs Muhammadiyah 10 Wedi sekolah terkena dampak kerusakan bencana gempabumi tahun 2006 di Kecamatan Wedi. Pasca gempabumi di tahun 2006 sekolah memberikan pembelajaran serta pengetahuan mengenai bencana kepada siswa, hasil penelitian diharapkan sekolahsekolah mengerti mengenai mitigasi bencana untuk mengurangi dampak kerusakan ataupun korban jiwa di daerah Kecamatan Wedi dengan memberikan kebijakan-kebijakan dalam penanggulangan bencana. Peneliti mengambil judul HASIL EVALUASI PEMBELAJARAN Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 2

MENGENAI MITIGASI PASCA BENCANA GEMPABUMI TAHUN 2006 DI MTS MUHAMMMADIYAH 10 WEDI KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN. peneliti mempunyai tujuan penelitian supaya lebih dimengerti antara lain: 1. Untuk mengetahui pemahaman siswa di kelas VII MTs Muhammadiyah 10 Wedi mengenai mitigasi bencana gempa bumi, dan 2. Untuk mengetahui kesesuaian hasil evaluasi pembelajaran tentang kompetensi dasar yang memuat tentang materi gempabumi dengan pemahaman siswa mengenai mitigasi bencana gempabumi di Mts Muhammadiyah 10 Wedi. LANDASAN TEORI Mitigasi bencana mencakup perencanaan dan pelaksanaan tindakantindakan untuk mengurangi risikorisiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakantindakan pengurangan risiko jangka panjang, tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko terhadap bencana menurut Aditya Irvan (2011). 1) Tindakan-tindakan rekayasa dan konstruksi, meliputi: a). Tindakan-tindakan yang menghasilkan struktur konstruksi yang lebih kuat dan lebih tahan terhadap bencana gempa bumi. b). Tindakani-tindakan yang menciptakan struktur yang berfungsi untuk perlindungan terhadap bencana gempa bumi. 2) Tindakan institusional dan manajemen Mitigasi bencana memerlukan tindakan tindakan prosedural dan organisasi tertentu. Jangka waktu dimana pengurangan yang signifikan dapat dicapai dalam potensi bencana memerlukan waktu yang lama. Tujuan dan kebijakan yang mengarah dalam proses mitigasi harus dipertahankan untuk jangka waktu bertahuntahun dan harus tetap bisa bertahan menghadapi perubahan-perubahan dalam bidang politik administrasi yang mungkin terjadi pada saat ini. Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 3

3) Tindakan-tindakan masyarakat Perencanaan mitigasi bertujuan untuk menggambarkan kultur keamanan bencana, dimana masyarakat sadar secara penuh akan bahaya-bahaya yang mereka hadapi, melindungi diri mereka sendiri sejauh yang dapat mereka lakukan dan secara penuh mendukung upaya yang dibuat demi perlindungan bagi mereka. Tujuan dari strategi mitigasi adalah untuk mengetahui kerugiankerugian pada saat terjadinya bahaya di masa mendatang. Tujuan primer adalah untuk mengurangi resiko kematian dan cidera terhadap penduduk. Tujuan sekunder mencakup pengurangan kerusakan dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik dan mengurangi kerugian sektor dari pihak swasta sejauh hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Tujuan-tujuan ini mencakup dorongan bagi masyarakat untuk melindungi diri mereka sejauh mungkin dari bahaya bencana. Strategi mitigasi apapun cenderung memasukkan serangkaian tindakantindakan untuk mengurangi resiko. Serangkaian tindakan yang mencakup kadar ekonomi, beberapa tindakan teknik sipil, perencanaan tata ruang, input sosial dan manajemen perlu untuk menghasilkan mitigasi yang efektif. Program mitigasi yang mengkonsentrasikan hanya pada satu diantara lima aspek ini, akan menjadi tidak seimbang dan kemungkinan tidak akan mencapai tujuan. Sasaran-sasaran mitigasi 1) Sasaran fisik a). Penyelamatan dan penampungan sementara para korban bencana. b). Pengamanan harta benda. c). Penyantunan para korban bencana. d). Pengadaan dana/bantuan dan penyalurannya. e). Rehabilitasi dab rekonstruksi. 2) Sasaran non fisik a). Terwujudnya suasana tenang kembali di tengah masyarakat. b). Terwujudnya aparatur pemerintah dan masyarakat yang tanggap, peka dan trampil terhadap usaha penanggulangan bencana. Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 4

c). Meningkatknya kesadaran dan kesetiakawanan masyarakat dalam penanggulangan bencana. d). Terbentuknya kembali kehidupan dan penghidupan masyarakat yang aman dari ancaman bencana. Menurut Kurniawan. H dalam penelitian Aditya Irvan (2011) Organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan program-program dan menguraikan tujuan-tujuan kewajiban menyangkut masalah mitigasi. Metodemetode pencapaian tujuan-tujuan ini adalah : 1). Pembangunan institusi Membangun institusiinstitusi nasional dan struktur-struktur formal yang akan bisa menghidupkan program mitigasi merupakan bagian penting. Di sejumlah negara, respon terhadap bencana tunggal adalah mendirikan suatu komite bencana khusus untuk menangani emergensi. Pada akhir rekonstruksi emergensi, komite atau departemen pemerintah tersebut mendapat keuntungan untuk mempertahankan ketrampilanketrampilan dan pengalamanpengalaman itu. Hal ini memungkinkan pergeseran penekanan dari bantuan pasca bencana ke kesiapan pra bencana. Institusi-institusi yang mengumpulkan dan menganalisa informasi merupakan dasar untuk pembangunan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan disetiap bangsa untuk mengurangi resiko terhadap bencana di masa mendatang. 2). Penyebarluasan informasi Penyebarluasan informasi terhadap masyarakat tentang bencana sangat diperlukan agar masyarakat memahami bahaya yang akan mereka hadapi serta kesepakatan tanda bahaya, maka diperlukan suatu institusi yang bertugas untuk menyebarluaskan informasi yang benar-benar akurat dan dapat dipercaya oleh masyarakat. 3). Pertukaran informasi Ilmu mitigasi bencana masih berada pada tahap awal pengembangan dan banyak teknik yang diimplementasikan atau diujicobakan secara sendirisendiri. Hubungan dan pertukaran pengalaman dari satu lokasi ke lokasi lainnya akan membantu pelaksanaan teknik-teknik mitigasi yang efektif (Aditya Irvan, 2011). Pendidikan mitigasi bencana juga didasarkan pada siswa diharapkan memahami secara mendalam tentang Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 5

berbagai lingkungan (lingkungan alam dan lingkungan sosial) dengan mempelajari mekanisme fenomena alam dan hubungan antara bencana dan masyarakat manusia. Pemahaman siswa tentang lingkungan dan mitigasi bencana, yaitu dengan memperdalam pengetahuan melalui pengalamn belajar. Tujuan pendidikan juga di arahkan untuk membawa siswa agar dapat mengambil tindakan secara independen. Asian Disaster Reduction Center (2002), bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di MTS MUHAMMADIYAH 10 WEDI yang terletak di antara pasar tradisional Wedi dan kantor Kecamatan di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Peneliti mengambil daerah penelitian tersebut karena daerah Wedi termasuk daerah rawan terhadap bencana gempabumi dengan tingkat kerusakan yang besar, seperti bencana gempabumi pada tahun 2006 yang merusakan bangunan-bangunan dan korban jiwa. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan metode angket, observasi, metode wawancara, catatan lapangan, dokumentasi. Kelompok besar dari wilayah yang menjadi lingkup penelitian disebut populasi (populasi umum) (Nana, 2011). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah di MTS MUHAMMADIYAH 10 WEDI sekolah terletak antara pasar tradisional Wedi dan kantor Kecamatan. Kelompok besar dari wilayah yang menjadi lingkup penelitian disebut populasi (populasi umum) (Nana, 2011). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah di kelas VII MTs Muhammadiyah 10 Wedi sekolah terletak antara pasar tradisional Wedi dan kantor Kecamatan, Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, bendabenda, hewan, tumbuh-tumbuhan, Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 6

gejala-gejala, nilai test atau peristiwaperistiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian ( Nawawi,1991). Seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam populasi. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Jumlah populasi kelas VII Mts Muhammaiyah 10 Wedi 36 siswa keseluruhan terdiri dari 2 kelas A dan B. Populasi kelas peniliti ambil sebanyak 30 siswa dari 36 siswa data sekolah dengan keterangan 5 siswa tidak melanjutkan jenjang pendidikan dan 1 siswa tidak berangkat dalam pembelajaran. Kesimpulanya pengambilan data kepada 30 siswa. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel berdasarkan tujuan penelitian. 1. Hasil pembelajaran mengenai gempabumi didapatkan dari hasil uji kompetensi (variable independent) 2. Pemahaman siswa terhadap mitigasi bencana gempabumi (variable dependent). Uji prasyarat analisis mengunakan uji validitas menggunakan rumus product moment dan uji realibilitas menggunakan Microsoft exell 2007 dalam pengolahan data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk memberikan deskripsi atau pembahasan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan teknik analisis ini, yaitu: 1. Membuat tabel distribusi jawaban angket 2. Menentukan skor jawaban responden 3. Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh 4. Data penelitian tabel pengetahuan siswa mengenai mitigasi bencana gempabumi setelah adanya hasil pembelajaran, diberikan kriterian: Ya diberi skor 1 Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 7

Tidak diberi skor 0 Score: x 100% Menentukan kategori kelas pengetahuan siswa terhadap mitigasi bencana gempabumi agar lebih valid tingkat pengetahuan siswa dengan perhitungan aritmatik.: Interval kelas = Panjang kelas interval dan persentase skor minimal maka diperoleh kelas-kelas interval sebelum menentukan kelas tingkat pengetahuan dan sikap. Menentukan kategori kelas hasil penelitian pemahan siswa terhadap mitigasi bencana gempabumi menggunakan Tingkat Pemahaman oleh Arikunto (2006): Tabel 1. Tingkat Pengetahuan No Persentase Katagori 1 76%-100% Baik 2 56%-75% Cukup 3 <56% Kurang Sumber: Arikunto (2006) PEMBAHASAN Lokasi Mts Muhammadiyah 10 Wedi terletak di Desa Beku rt 02 rw 04 Kelurahan Gadungan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengan, secara umum terletak dibelakang pasar Wedi Kecamatan Wedi. Mts Muhammadiyah 10 Wedi merupakan sekolahan kepemilikan oleh yayasan majelis diskdasmen muhammadiyah cabang Wedi dengan luas bangunan 335 m2. Struktur organisasi didalam sekolahan terdiri dari kepala sekolah yang bernama Drs. Suyanto. M. Pd serta data pendidik yang berjumlah 16 guru dan 1 karyawan. Pemahaman siswa pada perhitungan keseluruhan siswa kelas vii MTs Muhammadiyah 10 Wedi nilai tertinggi responden pada angket siswa mendapatkan nilai 60 dan nilai terendah adalah 20 sedangkan nilai tertinggi dari kuesioner untuk seluruh jawaban benar adalah 80. Rata-rata nilai pemahaman responden mengenai mitigasi bencana gempabumi dari kuesioner yang disebarkan kepada siswa adalah 49,5% yang termasuk dalam kategori pada indeks pemahaman mengenai mitigasi bencana gempabumi adalah kurang pemahaman. Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 8

frekuensi 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Nilai pemahaman siswa MTs Muhammadiyah 10 wedi 20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-60 Kelas interval Gambar nilai pemahaman siswa. Berdasarkan kesesuaian RPP dengan nilai siswa menjelaskan siswa dalam pemahaman mengenai materi yang disajikan oleh guru sudah sesuai kompetensi dan siswa memahaminya dengan nilai keseluruhan siswa ratarata 8,5 nilai tersebut didapat dari nilai siswa keseluruhan dari kompetensi dasar mengenai gempabumi dan disesuaikan dengan standart tuntas nilai belajar siswa sebesar 78 sehingga lulus standard kompetensi dari guru. Hasil pembelajaran melalui penilaian tertulis dengan hasil pemahaman yang dibagikan kepada para responden mengenai mitigasi bencana gempabumi dengan rata-rata nilai pemahaman responden mengenai mitigasi bencana gempabumi adalah 49,5%. Hubungan antara pemahaman dengan daftar nilai siswa mengenai materi gempabumi pada siswa Kelas VII analisis korelasi (hubungan) menghasilkan data sebagai berikut. Tabel Correlations antara Nilai kompetensi dasar dan pemahaman Nilai KD NilaiKD Pemaha man Pearson Correlat ion Pemaha man 1.071 Sig. (2- tailed).709 N 30 30 Pearson Correlat 1.071 ion Sig. (2- tailed).709 N 30 30 Sumber : Hasil penelitian Berdasarkan tabel korelasi pada tabel 4.12 antara nilai kompetensi dasar siswa mengenai gempabumi dam Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 9

pemahaman siswa tentang mitigasi bencana gempabumi menghasilkan angka 0,071. Sehingga angka tersebut berarti kedua variabel tersebut mempunyai korelasi (hubungan) yang lemah karena dibawah nilai signifikan 0,5. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. 1. Pemahaman siswa-siswi mengenai mitigasi bencana gempabumi diukur menggunakan angket pemahaman mengenai mitigasi bencana gempabumi didapatkan hasil pemahaman siswa 2. Hasil Kesesuaian nilai kompetensi dasar siswa mengenai gempabumi yang sesuai dengan RPP dan silabus dengan pemahaman siswa tentang mitigasi bencana gempabumi menghasilkan kedua variabel tidak berkorelasi. Pengujian hipotesis menghasilkan nilai dari data tabel yang tertera diatas bahwa nilai probabilitas 0,795 > 0,05 maka tidak ada korelasi atau hubungan dua varibel yang signifikan antara nilai kompetensi dasar kelas VII dengan pemahaman siswa mengenai mitigasi bencana gempabumi. B. Saran Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihakpihak yang terkait. Melalui hasil penelitian ini disarankan agar : 1. Komponen sekolah lebih peka terhadap kondisi lingkungan sekitar sekolah sehingga setiap kemungkinan bencana yang terjadi dapat dideteksi sejak dini. 2. Meningkatkan mitigasi bencana terhadap sekolah, seharusnya sekolah memberikan kegiatan-kegiatan kelingkungan serta simulasi mengenai akan bencana. Sekolah menetapkan kebijakan tentang bencana secara sistematik dan sesuai indikator kebijakan yang dirumuskan dalam konsorsium sekolah siaga bencana sehingga guru memiliki pedoman yang pasti dalam upaya penanggulangan bencana. DAFTAR PUSTAKA Adhitya Irvan pristanto, 2010, Skripsi Kualitatif, Mengenai Pemahaman Masyarakat tentang Mitigasi Bencana Gempabumi di Desa Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 10

Tirtomartani Kecamatan Kalasan Kabupaten Klaten. UNY. Yogyakarta. ADRC. 2002. Annual Report No.5 Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsini. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana No.4 tahun 2007. Buku Pegangan Guru. Pendidikan Siaga Bencana. ITB Bandung: ISBN. Media Center Menkokesra. Sukmadinata,Nana Syoidih.2011. Metode Penelitian Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Miftakhul Huda, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS 11