BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah. budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. serta membutuhkan manusia lainnya untuk hidup bersama dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

PROSES PERMOHONAN PENETAPAN HAKIM TENTANG PENGURUSAN HARTA BAWAAN YANG DIWARISI DARI IBU YANG TELAH MENINGGAL TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR OLEH AYAHNYA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Pengadilan Agama Malang yang Penggugat dan Tergugat sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian perkawinan telah diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang undang No.

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I. Pendahuluan. melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam membangun keluarga

PERTANGGUNGJAWABAN KOPERASI TIDAK TERDAFTAR SEBAGAI BADAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

Lex Administratum, Vol. V/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Penyelesaian sengketa, harta bersama, agunan, perceraian.

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan keturunan, mempertahankan rasnya, sehingga. perkawinan, karena dengan perkawinan manusia dapat melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. zoon politicon, yakni sebagai makhluk yang pada dasarnya. selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia lainnya

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jual-Beli dalam perkara perdata diatur di Buku ke III Kitab Undangundang

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk membentuk suatu keluarga di mana keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Budaya perkawinan dan aturannya yang berlaku pada suatu masyarakat atau pada suatu bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada. 1 Cita-cita masyarakat dan bangsa Indonesia untuk mempunyai sebuah undang-undang yang mengatur tentang perkawinan secara nasional, yang berlaku bagi semua golongan dalam masyarakat Indonesia yakni suatu unifikasi, telah lama ada dan sudah diperjuangkan untuk mewujudkan baik oleh organisasi-organisasi dalam masyarakat maupun pemerintah. Barulah pada tahun 1974, tepatnya tanggal 2 Januari 1974, cita-cita tersebut terkabul dan menjadi kenyataan, dengan disahkan dan diundangkannya Undang- Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 2 Sekalipun judul resminya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974, tentang Perkawinan, tetapi kalau kita simak isi undang- 1 Hilman Hadikusuma, 1990, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: Mandar Maju, hal 1. 2 K. Wantjik Saleh, 1982, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta Timur: Ghalia Indonesia, hal 1 1

2 undang tersebut, maka ternyata di dalamnya tidak hanya diatur tentang perkawinan saja, tetapi juga mengatur tentang akibat-akibat perkawinan. Dengan demikian dapat kita katakan, bahwa Undang-Undang Perkawinan (Undang-Undang No. 1/1974) berisi ketentuan-ketentuan tentang Hukum Keluarga. 3 Menurut Undang-Undang Perkawinan, hubungan hukum yang muncul dari hubungan kekeluargaan meliputi antara lain: 1. Perkawinan, dalam mana termasuk hubungan hukum kekayaan antara suami-istri. 2. Hubungan orangtua dan anak. 3. Hubungan wali dan anak yang di bawah perwaliannya. 4. Hubungan curator dan curandus. R. Soebekti memberikan perumusan yang kurang lebih sama, dan juga dengan tegas mengatakan, bahwa Hukum Keluarga meliputi juga hubungan hukum dalam lapangan Hukum Kekayaan antara suami istri. Jadi Hukum Keluarga meliputi perkawinan dengan semua segi-seginya, akibat yang timbul dari adanya perkawinan. 4 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 sudah mengatur tentang harta benda dalam perkawinan. Pasal 35 ayat (1) tentang harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. Ayat (2) tentang harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah pengawasan masing-masing 3 J. Satrio, 1991, Hukum Harta Perkawinan, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal 3-4 4 R. Soebekti, 1983, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cet. Ke XVII, Jakarta: Intermasa, hal. 16

3 sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Pasal 36 ayat (1) tentang kebolehan suami istri bertindak terhadap harta bersama atas persetujuan kedua belah pihak. Ayat (2) mengatur tentang harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum. Pasal 37 menetapkan bahwa apabila perkawinan putus karena perceraian, maka harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Jadi undangundang ini memberi peluang untuk memberlakukan sistem hukum yang dikehendaki oleh pihak-pihak untuk pembagian harta bersama. 5 Pada harta bawaan dari masing-masing suami dan istri akan tetap menjadi miliknya masing-masing termasuk pula pada barang pribadi milik istri maupun suami. Pada prinsipnya suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya. (Pasal 36 UU No. 1/1974) sehingga istri ataupun suami memperoleh beheer atas hartanya. Artinya, seorang istri atau suami berhak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya masing-masing. Tetapi bila suami istri menentukan lain yang dituangkan dalam perjanjian perkawinan misalnya, maka penguasaan harta bawaan dilakukan sesuai dengan isi perjanjian itu. Demikian pula bila terjadi perceraian, harta bawaan dikuasai dan dibawa oleh masing-masing pemiliknya, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan. Selainitu harta pribadi dapat berpindah tangan apabila sudah memperoleh persetujuan pemilik sah harta tersebut ataupun diwariskan pada ahli waris. 5 Yaswirman, 2011, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau. Jakarta:Rajawali Pers, hal. 215

4 Namun demikian, meski undang-undang sudah dibuat sedemikian rupa untuk menampung problematika tentang harta dalam pernikahan tetap saja peran hakim sangat diperlukan dalam memutus berbagai persoalan dalam masyarakat tersebut. Salah satu problematika tersebut timbul ketika seorang suami akan mengelola harta bawaan milik istrinya yang telah meninggal untuk kepentingan anak-anaknya, dimana salah satu dari dua anaknya masih di bawah umur dan memerlukan wali dalam melakukan suatu kegiatan hukum. Sehingga dalam menetapkan wali tersebut harus berdasarkan adanya penetapan pengadilan negeri agar suami dapat mengelola harta bawaan dari istri yang telah meninggal. Berdasarkan penjelasan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dengan melakukan penelitian untuk penulisan skripsi yang berjudul PROSES PERMOHONAN PENETAPAN HAKIM TENTANGPENGURUSAN HARTA BAWAAN YANG DIWARISI DARI IBU YANG TELAH MENINGGAL TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR OLEH AYAHNYA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta). B. Rumusan Masalah Agar penelitian ini dapat fokus dan terarah pada objek kajian yang ingin diteliti, maka dalam skripsi ini penulis membatasinya hanya pada ruang lingkup pengurusan harta bawaan saja dengan rumusan masalah sebagai berikut:

5 1. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menentukan dikabulkannya permohonan pengurusan harta bawaan dari istri yang telah meninggal untuk anak oleh ayah dalam pengadilan? 2. Bagaimana akibat hukum harta bawaan terhadap hak anak yang mendapat harta dan ayah yang mengurus harta tersebut? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan pertimbangan hakim dalam menentukan dikabulkannya permohonan pengurusan harta bawaan dari istri yang telah meninggal untuk anak oleh ayah dalam pengadilan. 2. Untuk menjelaskan akibat hokum harta bawaan terhadap hak anak yang mendapat harta dan ayah yang mengurus harta tersebut. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dan kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman secara terperinci kepada penulis mengenai pengelolaan harta bawaan istri yang telah meninggal terhadap anak di bawah umur oleh suami.

6 2. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan hukum serta menjadi pijakan dalam bertindak apabila mengalami persoalan serupa dalam kehidupan sehari-hari sehingga mampu menemukan solusinya apabila harus berperkara dalam persidangan karena telah memahami dengan baik mengenai pengelolaan harta bawaan istri yang telah meninggal terhadap anak di bawah umur oleh suami. 3. BagiI lmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan agar menambah khazanah keilmuan dunia hukum mengenai pengelolaan harta bawaan istri yang telah meninggal terhadap anak di bawah umur oleh suami agar terus berkembang. E. Metode Penelitian Sebelum penulis melakukan penelitian, hendaknya penulis menentukan terlebih dahulu mengenai metode yang dipakai. Adapun metode yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif, atau disebut pula yuridis doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, acap kali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau

7 hukumdikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. 6 Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis akan mencari dan menganalisis asas-asas hukum dan kaedah hukum yang terkandung dalam suatu perundang-undangan dan juga terkadang dari norma hukum yang tidak tertulis yang hidup dan berkembang di masyarakat sehingga dapat diketahui kaedah hukumnya mengenai pengurusan harta bawaan istri yang telah meninggal oleh suami untuk anak di bawah umur. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif di mana bertujuan untuk menggambarkan secara menyeluruh dan terperinci termasuk pula aspekaspek yang mempengaruhi dan terkait satu sama lain dalam objek yang akan diteliti dan dikaji dalam karya tulis ini yakni mengenai pengurusan harta bawaan istri yang telah meninggal oleh suami untuk anak di bawah umur. 3. Sumber Data Sumber-sumber hukum yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah: a. Data Sekunder Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 6 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 118.

8 1) Bahan Hukum Primer Yaitu bahan-bahan hukum yang berhubungan erat serta mengikat dengan objek kajian penelitian, di antaranya: a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. c) Yurisprudensi. 2) Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan yang memeberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku hukum perkawinan, buku mengenai hukum keluarga, buku mengenai harta dalam perkawinan, dan buku mengenai sengketa waris, hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah para sarjana atau pendapat para pakar hukum yang relevan dengan penelitian ini. 3) Bahan hukum tersier Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum) atau ensiklopedia. 7 b. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara penelitian secara langsung di lapangan. 7 Ibid., hal. 31.

9 1) Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pengadilan Negeri Surakarta karena instansi ini berwenang untuk menangani perkara perdata di wilayah Surakarta termasuk mengenai perkara pengurusan harta bawaan istri yang telah meninggal oleh suami terhadap anak di bawah umur. 2) Subjek Penelitian Penulis menetapakan subjek yang diteliti yaitu informan atau responden yan berkompeten menegenai objek yang diteliti yaitu menegenai perkara pengurusan harta bawaan istri yang telah meninggal oleh suami terhadap anak di bawah umur, sehingga penulis memilih Hakim Pengadilan Negeri Surakarta sebagai responden (narasumber). 4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data digunakan teknik sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara mencari, mencatat, menginventarisasi, menganalisis dan mempelajari data-data yang berkaitan dengan obyek penelitian yang terdiri dari bahan hukum sekunder, bahan hukum primer dan bahan hukum tersier yang berhubungan dengan proses permohonan penetapan hakim tentang pengurusan harta bawaan yang diwarisi dari ibu yang telah meninggal terhadap anak di bawah umur oleh ayahnya.

10 b. Studi Lapangan 1) Wawancara Wawancara ialah cara memperoleh informasi dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan terkait objek yang diteliti terhadap narasumber yang dianggap memahami mengenai objek yang diteliti dalam penelitian ini penulis memilih melakukan wawancara terhadap hakim di Pengadilan Negeri Surakarta. 2) Daftar pertanyaan Daftar pertanyaan adalah suatu yang berisikan rangkaian pertanyaan tentang suatu hal atau suatu bidang. Daftar pertanyaan ini disusun guna mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah, tersusun secara urut dan sistematis. 5. Teknik Analisis Data Adapun metode analisis data yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan menganalisis data yang meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, buku-buku kepustakaan dan jurisprudensi yang berkaitan dengan proses permohonan penetapan hakim tentang pengurusan harta bawaan yang diwarisi dari ibu yang telah meninggal terhadap anak di bawah umur oleh ayahnya yang kemudian akan dihubungkan dengan data-data yang diperoleh penulis dari studi lapangan yang berupa hasil wawancara dengan responden. Data yang diperoleh

11 disusun secara sistematis dan dicari pemecahan dari bab-bab tersebut kemudian dari data tersebut lalu ditarik kesimpulan. F. Sistematika Skripsi Hasil penelitian akan disusun dalam format empat bab untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai apa yang akan penulis uraikan dalam penelitian ini. Untuk lebih mempermudah dalam melakukan pembahasan, penganalisaan, serta penjabaran isi dari penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan, adalah sebagai berikut: Bab I yaitu Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Skripsi. Bab II mengenai Tinjauan Pustaka, berisi Tinjauan tentang harta bawaan yang meliputi Pengertian Harta Bawaan, Penguasaan Harta Bawaan, Pengertian di Bawah Umur, Pembagian Harta Bawaan Anak Setelah Terjadi Perceraian, Pengurusan Harta Bawaan Terhadap Anak di Bawah Umur, dan Peran Ayah Dalam Pengurusan Harta Bawaan Dari Ibu yang Telah Meninggal. Selanjutnya mengenai Tinjauan tentang Proses Pemeriksaan Perkara Perdata di Pengadilan Negeri, meliputi Menyusun Surat Gugatan, Pengajuan Gugatan ke Pengadilan Negeri, Pemanggilan Para Pihak, Proses Sidang Pemeriksaan Perkara antara lain: Usaha Perdamaian, Pembacaan Gugatan Penggugat, Jawaban Tergugat, Replik, Duplik, Pembuktian terdiri dari Pengertian Pembuktian, Beban Pembuktian, Macam-macam Alat Bukti,

12 Penilaian Pembuktian, dan Kesimpulan Pembuktian. Kemudian Putusan, terdiri dari Pengertian Putusan Hakim, Macam-macam Putusan Hakim, dan Pertimbangan Putusan Hakim. Bab III adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan, muat Pertimbangan hakim dalam menentukan permohonan pengurusan harta bawaan dari istri yang telah meninggal untuk anak oleh ayah dalam pengadilan dan Akibat hukum harta bawaan terhadap hak anak yang mendapat harta dan ayah yang mengurus harta tersebut. Bab IV adalah Penutup, berisi Kesimpulan dansaran.