KEHILANGAN BIOMASSA GAMBUT AKIBAT KEBAKARAN HUTAN (loss of peat biomass due to forest fires)

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

Universitas Sumatera Utara

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV METODE PENELITIAN

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN BAWAH DI ARBORETUM USU SKRIPSI

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

ESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI KEBAKARAN LAHAN GAMBUT

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROSES SUKSESI VEGETASI GAMBUT DI TAMAN NASIONAL SEBANGAU, KALIMANTAN TENGAH BIDANG KEGIATAN : PKM-AI.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

SUKSESI JENIS TUMBUHAN PADA AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN RAWA GAMBUT (Succesion of plant at the area of peat swamp forest ex-burnt)

III. METODE PENELITIAN

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN

POTENSI SIMPANAN KARBON TANAH (SOIL CARBON STOCK) PADA AREAL REHABILITASI TOSO COMPANY Ltd. DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NAELI FAIZAH

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN DIKLAT PONDOK BULUH KABUPATEN SIMALUNGUN

PENDUGAAN CADANGAN KARBON TUMBUHAN BAWAH PADA KEMIRINGAN LAHAN YANG BERBEDA DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KABUPATEN KARO SKRIPSI

Penetapan Cadangan Karbon Bahan Gambut Saprik, Hemik, dan Fibrik

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN DENGAN PEMODELAN SPASIAL DATA PENGUKURAN LAPANG PADA KEBUN KELAPA SAWIT PANAI JAYA PTPN IV

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TEGAKAN REHABILITASI TOSO DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT ZANI WAHYU RAHMAWATI

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

III. METODOLOGI PE ELITIA

Pendugaan Emisi CO 2 sebagai Gas Rumah Kaca akibat Kebakaran Hutan dan Lahan pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan di Kalimantan Tengah, Tahun

Inventarisasi hutan dalam Indentifikasi High Carbon StoCck

Abdul Jawad, Bachrun Nurdjali, Tri Widiastuti

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

III. MATERI DAN METODE

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan

III. METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA

Dampak Perubahan Tataguna Lahan Terhadap Cadangan Karbon Di Lahan Suboptimal. The impact of land use change on Carbon Stock in Suboptimal Land

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. BAHAN DAN METODE

Memahami Keragaman Sistem Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Penghitungan Opportunity Cost

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

Sistem Penggunaan Lahan dalam Analisa OppCost REDD+

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG

IV. METODE PENELITIAN

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

PENDUGAAN CADANGAN KARBON GAMBUT PADA AGROEKOSISTEM KELAPA SAWIT. The Prediction of Peatland Carbon Stocks in Oil Palm Agroecosystems ABSTRAK ABSTRACT

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Tengah Central Kalimantan Province Indonesia

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

The Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest to Industrial Forest Acacia Crassicarpa on Physical and Chemical Properties of Peat Soil

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA. Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran. Pengukuran normal

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Perubahan Iklim dan SFM. Dewan Nasional Perubahan Iklim Jakarta, 3 Desember 2009

Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk

Disajikan oleh: MRPP Team Seite 1

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DI KAWASAN HUTAN BUKIT BELUAN KECAMATAN HULU GURUNG

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TEGAKAN AGROFORESTRI (STUDI KASUS DI DESA PARBABA DOLOK)

Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Barat West Kalimantan Province Indonesia

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

PLOT ROOT CUT PLOT CONTROL

DISTRIBUSI BENTUK C-ORGANIK TANAH PADA VEGETASI YANG BERBEDA. Oleh : ANRI SUNANTO A

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

POTENSI KARBON PADA TEGAKAN HUTAN MANGROVE DI DESA SEBATUAN KABUPATEN SAMBAS

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

ESTIMASI CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN TEGAKAN ATAS DI KAWASAN HUTAN KOTA PEKANBARU. Ermina Sari 1) Siska Pratiwi 2) erminasari.unilak.ac.

CADANGAN, EMISI, DAN KONSERVASI KARBON PADA LAHAN GAMBUT

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

Pendugaan Emisi Karbon (CO 2 ) akibat Kebakaran Hutan dan Lahan pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan di Propinsi Riau Tahun

KAJIAN TOTAL BIOMASSA RERUMPUTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TATA AIR TANAH DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TOBA

Defining Baseline for REDD Ulu Masen, Aceh. Bogor, Agustus 2009

Rumus Emisi CO 2. E = (Ea + Ebb + Ebo Sa) / Δt. Ea = Emisi karena terbakarnya jaringan dipermukaan tanah, misalnya pada waktu pembukaan lahan.

KOMPOSISI VEGETASI PADA LAHAN BEKAS TERBAKAR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT LODY JUNIO

PENDUGAAN EMISI GAS RUMAH KACA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PADA BERBAGAI TIPE TUTUPAN LAHAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN

Medan (*Penulis korespondensi, b Staf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Seminar Gelar Teknologi Kehutanan, 19 Nov. 2009

Transkripsi:

KEHILANGAN BIOMASSA GAMBUT AKIBAT KEBAKARAN HUTAN (loss of peat biomass due to forest fires) Wiri, Dwi Astiani dan Togar Fernando Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124 Email: : aritonangwirie@yahoo.com Abstrack Peat land is a wetland / water-saturated area composed of organic soil material, namely the remains of plants and plant tissue decaying with a thickness of more than 50cm comprising organic materials, either with a thickness of more than 45cm or layered together with mineral soil with thickness of 80cm and have a thick layer of organic material is more than 50cm. Peat serves as a repository of highest carbon reserve after a very large tree. Additionally peat has a role in the ecosystem of peatlands both in terms of hydrology, conservation of wildlife and vegetation. Kuala Dua Village in Kubu Raya has a fairly extensive peatlands with a depth of 1-4 meters. Fire is a phenomenon that often occurs in Kuala Dua Village including peat fires. The fires emit carbon that contribute to the increase of greenhouse gases (GHGs) into the atmosphere. So there is a need to do research on "Measuring the Loss of peat Biomass in the area of peat fires in Kuala Dua Village, Kubu Raya Regency". This study aims to measure the content of peat biomass lost due to forest fire in the village of Kuala Dua Raya campus. The method used was a survey method, and to determine the location of the observations was done intentionally (purposive sampling) with the measurement plot. In total there were 10 sampling plots with a size of 5m 2 / plot and has 25 subplots / plots with a size of 1m 2. Identification of the amount of peat biomass loss was done by measuring the distance from the peat surface of the sampling plot based on the volume of burnt peat method by Agus, et al (2011). The total volume of peat burnt in research plots was calculated in the amount of 39.14 kg / m3 with changes the depth of peat soil surface. The decrease was an average reduction of around 0.621m peat surface. The amount of peat biomass loss due to forest fires during research in the peat area of Kuala Dua Village amounted to 3379.47 kg / m3. Keywords : Carbon Emissions, Forest Fires, Peat Biomass and Kuala Dua Village. PENDAHULUAN Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten yang terletak di daerah Provinsi Kalimantan Barat. Memiliki kawasan gambut hampir 2 juta hektar dari total luas daratanya yang penyebarannya hampir 70 persen dikawasan DAS dan sebagai penyimpan cadangan karbon yang tetap harus terjaga fungsi dan kestabilan lingkungannya. Besarnya jumlah kawasan gambut di Kalimantan Barat yang di tandai dari warna air yang coklat kehitamhitaman terdapat di hampir seluruh perairan sungai dan rawa Kalimantan Barat. Kawasan lahan gambut Desa Kuala Dua merupakan salah satu kawasan cadangan karbon di Kalimantan Barat yang perlu di jaga dari fungsi dan penggunaannya dari kebakaran. Keberadaan kawasan lahan gambut mempunyai peran penting dalam ekosistem baik secara hidrologi, pelestarian satwa dan vegetasi dari kebakaran (Prayitno, 2009). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengukuran Kehilangan Biomassa Gambut Akibat Kebakaran Hutan Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. 824

Lahan gambut seringkali rusak akibat kurangnya perhatian oleh masyarakat. Kebakaran lahan gambut salah satu masalah yang sering terjadi akibat banyaknya perubahan alih fungsi hutan pada lahan gambut, seperti pembukaan lahan dan perkebunan dengan sistem penggalian parit yang tidak sesuai. Keberadaan ekosistem lahan gambut perlu dijaga kelestariannya termasuk salah satu penyimpan cadangan karbon. Biomassa gambut yang hilang akibat kebakaran hutan di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya perlu diukur sebagai besaran emisi karbon akibat kebakaran di hutan dan lahan gambut. Selain itu dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran bagi pemerintah dan masyarakat setempat untuk lebih memperhatikan dan menjaga kelestarian alam yang ada disekitarnya. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan Di Kawasan Hutan Desa Kuala Dua Kecamatan Sungau Raya Kabupaten Kubu Raya. Pelaksanaan penelitian ini ± 60 hari efektif di lapangan, terhitung dari tanggal 10 Juni 2015 sampai 2 September 2016. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta lokasi penelitian, Peta plot penelitian, Tally sheet, Bor gambut, Kamera, Alat tulis menulis, GPS, Tali tambang, Tongkat, Parang, Selang air, Kompas, Penggaris besi, dan Spidol. Sebagai objek dalam penelitian ini adalah areal gambut terbakar seluas lebih kurang 4 hektar. Metode yang digunakan adalah metode survei, penentuan lokasi, plot pengamatan dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling). Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari lokasi penelitian yang meliputi Data volume kehilangan gambut terbakar, data kedalaman gambut, Bulk Density (kerapatan jenis) yang diukur dilapangan. Sementara Data sekunder dikumpulkan dengan cara studi pustaka dan interaksi langsung. Adapun data pendukung yang di kumpulkan tersebut seperti waktu terjadinya kebakaran dan perbandingan kedalaman gambut sebelumnya dari penelitian Astiani (2014). Guna mendapat besarnya biomassa gambut yang hilang akibat kebakaran maka dilakukan pengukuran volume gambut yang terbakar, kedalaman gambut setelah terbakar dan Bulk Density gambut pada plot penelitian yang telah ditentukan. Petak areal terbakar berbentuk plot 5m x 5m dibagi kedalam petak-petak kecil dengan ukuran 1m x 1m. Kemudian akan diukur volume gambut yang kehilangan akibat kebakaran hutan dari tinggi tanah sebelum terbakar (kondisi awal) diprediksi dengan menetapkan permukaan tanah gambut tertinggi melalui pengukuran dengan selang air, kemudian perkiraan tanah gambut yang hilang setelah terbakar ditentukan berdasarkan perbedaan ukuran permukaan cekungan gambut tali di empat sudut/tinggi gambut ke dasar pada setiap subpetak yang di sesuaikan pada permukaan gambut tertinggi di plot pengukuran 1m x 1m. HASIL DAN PEMBAHASAN Volume Gambut yang Hilang Akibat Kebakaran Hutan Berdasarkan hasil penelitian di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya 825

Kabupaten Kubu Raya pada saat penelitian didapat jumlah biomassa gambut yang hilang akibat kebakaran hutan selama penelitian di Kawasan Gambut Desa Kuala Dua, yaitu sebesar 3379,47 kg/m3. Guna lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Volume Gambut yang Hilang Akibat Kebakaran Hutan. Plot Volume kg/ (m3) SE kg/ (m3) 1 2,8 0,00422 2 5,93 0,0089 3 4,33 0,014 4 5,81 0,0227 5 3,85 0,0052 6 5,11 0,0179 7 2,83 0,00372 8 3,11 0.00812 9 2,52 0,00499 10 2,89 0,0046 Total 39,1367 Rerata 3,92 SE 0,41 Pengambilan data volume gambut terbakar dilakukan di tiap-tiap plot contoh. Hasil rerata volume gambut terbakar di setiap plot contoh bervariasi. Hal ini dikarenakan kondisi lahan pada saat terbakar bervariasi terutama variasi kadar air, bahan bakar yang ada di permukaan gambut dan lain-lain. Volume gambut terbakar yang terbesar terdapat pada plot 2 yaitu sebesar 5,93 kg/m3, sedangkan volume gambut terbakar yang terkecil terdapat pada plot 9 yaitu 2,52 kg/m3. Agus, dkk. (2011) menjelaskan kebakaran gambut bisa menyusup beberapa meter kedalam lapisan gambut yang kering dan sementara di sekitarnya tidak banyak yang terbakar. Kedalaman Gambut Sebelum dan Sesudah Terbakar Pengukuran kedalaman menggunakan bor gambut dan dilakukan 1x pengeboran di tiap-tiap plot. Dari hasil pengukuran kedalaman gambut yang dilakukan menunjukan adanya perbedaan kedalaman gambut sebelum dan sesudah terbakar. Agus (2011) menjelaskan kebakaran menyebabkan penyusutan permukaan lahan gambut yang mengakibatkan kehilangan volume gambut. Dari pengamatan/pengukuran yang dilakukan penurunan permukaan gambut akibat kebakaran tidak merata dan memiliki cekungan yang berbeda, sehingga terjadi bentuk-bentuk kebakaran yang khas pada plot penelitian dalam setiap meter persegi. Adapun data Bulk Density yang saya ukur dan data pembanding Astiani (2014) dari pengukuran sebelum terbakar. 826

Tabel 2. Kedalaman Gambut Sebelum dan Sesudah Terbakar. Plot Pada subplot Sebelum Terbakar (m) SesudahTerbakar (m) 1 7 3,15 2,5 0,65 2 14 3,0 2,3 0,70 3 7 2,4 1,8 0,60 4 5 2,4 1,6 0,80 5 22 2,6 2,25 0,35 6 8 2,6 2,35 0,25 7 6 4,6 3,74 0,86 8 9 4,6 3,74 0,86 9 2 4,4 3,70 0,70 10 1 4,4 3,96 0,44 Total 6,21 Rerata penyusutan 0,61 Bulk Density Bulk Density kerapatan massa tanah gambut diukur dari kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm menggunakan Standard Russian Peat Borer Gambut Penggere (Aquatic Research Penelitian Instrument), 20 sample inti tanah tidak terganggu di plot penelitian diperoleh untuk menentukan bulk density tanah. Sample tanah dikeringkan selama 24 jam pada suhu kamar, ditimbang untuk pengukuran kapasitas menahan air, di oven keringkan pada 700 C selama 2-3 hari dan kemudian ditimbang. Bulk Density tanah dihitung massa sebagai kering oven per volume sample dilaporkan dalam gr/cm3. Perhitungan bulk density dilaksanakan pada hari Senin, 21 September 2015 pada pukul 09.00-11.00 WIB, di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Penurunan (m) Tanjungpura, Pontianak. Bulk Density cukup berpengaruh terhadap proses kebakaran karena semakin rendah Bulk Density gambut maka tingkat kebakaran semakin tinggi, hal ini dikarenakan gambut yang memiliki Bulk Density rendah adalah gambut yang belum melapuk, bahan asalnya masih bisa dikenali dan lebih dari 75 persen seratnya masih tersisa karena gambut yang memiliki Bulk Density rendah berada pada posisi paling atas sehingga resiko terbakar akan lebih tinggi di karenakan daya menyerap/menampung air rendah dan semakin tinggi Bulk Density maka kemampuan menyerap dan menahan air akan lebih tinggi sehingga kebakaran akan lebih rendah (Kusuma, 2011). 827

Tabel 3. Bulk Density Plot Bulk Density 0 20 cm (gr/cm) 1 0,089 0,14 2 0,089 0,14 3 0,11 0,153 4 0,11 0,153 5 0,101 0,103 6 0,101 0,103 7 0,088 0,11 8 0,088 0,11 9 0,115 0,127 10 0,115 0,127 Biomassa Tabel 4 menunjukkan rerata kehilangan biomassa gambut terbakar yang paling rendah terdapat pada plot penelitian ke-1, yaitu sebesar 1,5 kg. Sedangkan rerata kehilangan biomassa gambut tebakar yang paling tinggi terdapat pada plot ke-4, yaitu sebesar 27,9 kg. Data selengkapnya dapat dilihat pada gambar 12. Kehilangan biomassa diatas dikonversikan menjadi satuan ton/ha untuk melihat jumlah kebakaran. Kandungan biomassa yang hilang akibat kebakaran dipengaruhi jumlah volume terbakar dan Bulk Tabel 4. Rekapitulasi Biomassa Plot. Biomassa Plot (kg)/plot contoh Kehilangan Biomassa (ton/ha) Bulk Density 20 40 cm (gr/cm) Density tanah gambut tersebut. Dodi Kusuma (2011) juga menjelaskan tanah gambut juga mempunyai Bulk Density yang sangat rendah yaitu kurang dari 0,1 gr/cm3 untuk gambut kasar dan sekitar 0,2 gr/cm3 untuk gambut halus, dibanding dengan tanah mineral yang memiliki Bulk Density 1,2 gr/cm3, rendahnya Bulk Density juga menyebabkan daya dukung gambut (Bearing Capasity) menjadi sangat rendah, keadaan ini menyebabkan rebahnya tanaman tahunan seperti karet, kelapa, dan kelapa sawit pada tanah gambut STDEV 1 38,52 15,4 0,3 0,06 2 151,9 60,8 5,3 1,05 3 592,06 236,8 6,5 1,3 4 697,03 278,8 10,73 2,15 5 388,9 155,6 2,64 0,53 6 366,02 146,4 14,8 2,95 7 249,04 99,6 1,64 0,33 8 273,70 109,5 3,6 0,71 9 289,9 116 2,9 0,57 10 332,4 133 2,65 0,53 Total 3379,47 SE 828

Bentuk-Bentuk Kebakaran Dari hasil pengamatan penelitian bentuk-bentuk kebakaran gambut di plot penelitian merupakan hasil dari proses alami kebakaran gambut. Agus, dkk. (2011) menjelaskan volume gambut yang terbakar dapat diperkirakan dengan mengukur volume cekungan pada lahan gambut yang terbentuk sesudah terjadinya kebakaran dengan sifat yang sama dan terbakar merata melalui metode (luas arel terbakar x kedalaman penyusutan gambut). Dalam kenyataannya tidak ditemukan kebakaran yang merata disetiap permukaan gambut. Adapun proyeksi bentuk-bentuk kebakaran gambut dapat dilihat pada gambar 2. Bentuk trapezium bentuk slinder Bentuk kubus dengan beda rusuk/tinggi Bentuk Kubus salah satu sisi tidak memiliki tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian pengukuran kebakaran hutan di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya dapat disimpulkan jumlah kebakaran hutan yaitu 697,03 kg yang didapat dari penjumlahan volume gambut terbakar sebesar 39,14 kg/m3 dengan Bulk Density pada tiap-tiap plot dalam besaran yang bervariasi. Rerata volume gambut terbakar yaitu sekitar 3,92 kg/m3 dengan perubahan kedalaman/penyusutan permukaan tanah gambut sekitar 0,621 m. Untuk bahan pertimbangan sebagai acuan pemerintah dan masyarakat dalam memperkirakan jumlah karbon yang teremisi dari hutan dan lahan gambut terbakar, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengukuran kebakaran hutan sehingga hasilnya dapat mendukung penelitian yang telah 829

dilakukan dilahan gambut terbuka. Pengukuran kehilangan biomassa gambut akibat kebakaran hutan dengan metode ini diusahakan melakukan pengukuran jangan terlalu lama setelah kebakaran. Kemungkinan gambut dapat mengalami penambahan penurunan akibat hujan dan aktivitas di lokasi kebakaran, sehingga dapat mempengaruhi dalam pengambilan data. DAFTAR PUSTAKA Astiani, Dwi. 2014. Bornear peatlands: Forest Dynamic, Land Use and Carbon Flux Doctoral dissertation. Gratuate School of Yale University USA 201p. Astiani, D, Mujiman, Hatta, Hanisah, dan Fifian, F. 2015. Soil CO2 Respiration Along Annual Crops Or Land-Cover Type Gradients On West Kalimantan Degraded Peatland Forest. Procedia Environmental Sciences 28:231-243. Procedia Enviromental Scienees Elsevie. No 28 : 231-242. Badan Pusat Statistik Kalbar. 2007. Kalimantan Barat Dalam Angka. http://kalbarprov.go.id/statistik/20 07/FILE/KDA2007. Chokkalingan, U, Iwan, K, dan Yayat, R. 2005. Fire, Livelihoods, and Environmental Change in the Middle Mahakam Peatlands, East Kalimantan. Ecology and Society. Kalimantan Timur. Hardiansyah, H, Gusti. 2013. Strategi Dan Rencana Aksi Provinsi (Srap) Redd+ Kalimantan Barat. http://gcftaskforce.org/document/ SRAP west kalimantan 2014.pdf. Ismayawati, Dewi. 2003. Kualitas Gas Rumah Kaca Akibat Pemadaman Kebakaran Di Lahan Gambut Dengan Menggunakan Air Laut. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kusuma, Dodi. 2011. Pengaruh Lama Kekeringan Terhadap Kebakaran Tanah Gambut Desa Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Universitas Tanjungpura. Pontianak. Prayitno, M,B, E,P, Sagala dan Muhammad, A. 2009. Dampak Kebakaran Lahan dan Aktivitas Masyarakat Terhadap Karakteristik Gambut dan Keanekaragaman Hayati Di Hutan Produksi Terbatas Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Laporan Penelitian Hibah Strategis Nasional. Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya. http://eprints.unsri.ac.id/. 830